FahriKolomOpini

Bahaya Fanatik Buta

0

 

 
Perbedaan itu pasti, tergantung bagaimana kita menyikapinya.  Sebagai manusia, kita diberi beberapa perbedaan agar kita saling mengisi kekurangan yang ada. Bukan malah merasa bangga dengan apa yang kita miliki. Dewasa ini, banyak perbedaan yang malah membuat kita terpecah belah. Belakangan ini umat terpecah belah hanya karena masalah beda pilihan. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena hakikat negara ini adalah menjunjung demokrasi.
                Sebagai muslim, janganlah kita terlau fanatik terhadap suatu golongan. Karena hal tersebut hanya membuat buta akan sekeliling kita. Banyak orang yang terlalu fanatik terhadap kelompok tertentu sehingga apapun yang dilakukan kelompoknya akan dinilai benar meskipun pada posisi yang salah. Hal inilah yang disebut fanatik buta atau taassub al a’ma. Sebuah permisalan unik yang dibuat Emha Ainun Najib mengenai sifat fanatik ini. “Misalnya kita suka dengan kelapa, kita akan meminum air dan memakan buahnya. Jangan mentang-mentang suka dengan kelapa lantas memakan serabutnya.”
Artinya apa?, hal yang baik kita ambil, yang buruk kita tinggalkan. Sikap fanatik buta ini seyogyanya tidak dimiliki oleh seorang muslim. Karena sifat ini hanya membuat kita menjunjung tinggi apa yang kita sukai dan merendahkan lainnya. Secara historis, kita bisa mengamil pelajaran dari sikap fanatik buta kaum Nasrani terhadap Nabi Isa AS. Nabi Isa AS yang notabene hanya sebagai utusan, malah mereka sembah, mereka agung-agungkan melebihi keagungan Allah SWT.
                Pengaruh fanatik buta memiliki dampak yang besar. Secara psikologis, seseorang yang terlalu fanatik biasanya tidak mampu memahami apa yang diluar dirinya, tidak paham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti paham-paham atau filsafat selain yang mereka yakini[1]. Besarnya pengaruh negatif  ini, sampai-sampai Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari turut berkomentar mengenai masalah ini “wahai ulama yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap perkara-perkara furu’.(Al tibyan , hal 33)”. Bahkan ulama sekaliber Imam Malik juga pernah mengatakan “sesungguhnya aku ini seorang manusia, aku pernah salah dan pernah benar, oleh karena itu, perhatikan pendapatku, jika pendapatku sejalan dengan Al quran dan Assunnah maka ambillah Jika tidak, maka tinggalkanlah.” Dari konteks kalimat ini, bisa kita simpulkan bahwa Imam Malik sama sekali tidak menganjurkan orang lain untuk mengikutinya jika beliau ada pada jalur yang salah.
                Memang sikap fanatik merupakan fitrah dari setiap manusia. Tapi hendaknya janganlah fanatik berlebihan terhadap suatu golongan karena hal tersebut dapat memicu api perpecahan. Fanatik berlebihan akan menjadi sensitif, dan sensitif berujung pada emosi labil marah. Dari marah menjadi perkelahian, dan terakhir bisa menjadi peperangan[2]. Sikap fanatik berlebihan ini merupakan ciri khas kaum Jahiliyah dahulu. Mereka sangat loyal terhadap suku ataupun kerabat sedarah, tapi sangat anti terhadap orang yang tidak mempunyai ikatan apapun dengannya. Kemudian Islam datang dengan kasih sayang dan kehangatan. Islam mempersatukan mereka yang bercerai-berai. Islam hadir untuk mendekatkan mereka yang jauh. Bahkan diriwayatkan dari Abi Nadrah Radhiyallahu anhu dari orang yang mendengar Rosulullah SAW bersabda di hari-hari Tasyriq. Beliau bersabda: “Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian itu juga satu. Dan ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam, tidak pula orang Ajam atas orang orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang yang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam atas orang berkulit merah, kecuali atas dasar ketakwaan.”
                Oleh karena itu, bisa kita simpulkan bahwa fanatik buta dilarang oleh agama dengan alasan dapat memecah belah keragaman. Janganlah kita sibuk mencari perbedaan sedangkan dalam sisi lain kita mempunyai kesamaan.Fahriyahya/red.


[1]www.harakatuna.com
[2]Kaskus.co.id
admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Hidayah Iqro

Previous article

DFC, tiada yang tahan tidak mencobanya

Next article

Comments

Leave a reply