Bangil, Dalwa Berita- Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah (Dalwa) Jawa Timur dilanda duka mendalam. Bahkan duka itu bukan saja dirasakan mereka, tapi juga Muslim di Jawa Timur dan lainnya. Istri almarhum Abuya Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun, Pendiri Pesantren Dalwa, Al-Mukarramah Hubabah Khodijah binti Muhammad al-Hinduan, wafat pada Rabu pagi (03/07/2024).
Ibunda dari Abuya Al-Habib Zain, Habib Segaf Baharun, dan lainnya, itu telah dipanggil untuk kembali kepada Allah di saat Pesantren Dalwa sudah berkembang pesat. Kini tempat belajar ribuan santri tersebut telah menghasilkan banyak alumni yang tersebar di berbagai kawasan.
Habib Segaf Baharun di beberapa kesempatan dakwahnya sering kali mengisahkan sosok dari Sang Ibunda tercintanya.
Dikatakan, Hubabah Khodijah adalah sosok yang penuh kearifan, senantiasa mendukung segala perjuangan sang suami tercintanya yakni Abuya Al-Habib Hasan Baharun yang penuh dengan tantangan.
Selama 27 tahun hidup bersama Abuya Al-Habib Hasan, Hubabah Khodijah dengan tulus senantiasa membersamai sang suami tercinta Ustadz Hasan Baharun.
Bahkan suatu ketika, beliau mengikhlaskan perhiasan yang dimiliki dimanfaatkan untuk pembangunan pesantren. Tak hanya itu, Hubabah Khodijah juga selalu membersamai Ustaz Hasan Baharun dalam keterbatasan, hidup dengan sangat sederhana, karena untuk mendukung Sang Suami mendakwahkan kearifan Islam dan mendirikan Pesantren Dalwa.
“27 tahun menikah dengan Abuya Al-habib Hasan.. Beliau al-Mukarramah Hubabah As-Syarifah Khodijah al-Hinduan enggak pernah berantem, enggak pernah meminta sesuatu, dan enggak pernah membantah sama sekali,” ujar Ustadz Segaf Baharun satu kesempatan.
Ketegaran Al-Mukarramah Hubabah Khadijah
Mengutip dari ceramah Habib Segaf Baharun saat mengisi pengajian di Majelis Darus Sholihin, Banjarmasin, 9 April 2018 lalu. Beliau menceritakan kisah agung, mengharukan, dan penuh makna ketika wafatnya Abuya Hasan Baharun, kemudian beliau melanjutkan..
https://www.youtube.com/watch?v=K12I1LH7RPg (Klik link untuk mendengar kisah lengkapnya)
“Ketika Abuya Al-Habib Hasan meninggal dunia, beliau Al-Mukarramah hubabah as-Syarifah Khodijah Al-Hinduan sedang pergi ke Surabaya untuk membeli alat masak yang baru keluar pada waktu itu.
Tidak ada seorang pun yang berani untuk memberi kabar tentang meninggalnya Abuya Hasan kepada beliau, terlebih fikir anak-anak beliau, Sang Ibunda sangat terikat dengan suaminya Abuya Hasan Baharun, sehingga kalau seandainya beliau diberi tahu fikir anak-anak beliau, beliau pasti histeris.
Tapi ternyata tidak demikian.
Apa yg terjadi..??
Ketika beliau al-Mukarramah sudah datang, dan turun dari mobil, anak-anak beliau tidak ada yang berani menemui beliau, karena tidak bisa membayangkan bagaimana histerisnya beliau, tapi yang terjadi adalah ketika beliau menuju jenazah suaminya, beliau tidak meneteskan air mata sedikitpun, sampai malam hari beliau tidak meneteskan air mata, dan hal itu terus berlanjut sampai pagi..
Ketika pemandian jenazah Abuya Hasan Baharun sudah selesai beliau lalu mengumpulkan anak-anaknya, Abuya Al-Habib Zein, Al-Habib Segaf, Al-Habib Husein beserta saudara perempuan mereka.
Apa yg dilakukan oleh beliau..?, Beliau, al-Mukarramah menyumpah anak-anaknya dihadapan jenazah Abuya Hasan Baharun untuk senantiasa tetap bersatu padu dan tidak melakukan sesuatu yang keluar dari pada koridor yang telah dipesankan oleh Abuya Hasan Baharun.”
Sehingga menanggapi hal itu, Ustaz Segaf mengatakan dalam cerita beliau “Selama kami hidup kami akan memperjuangkan Pondok Darullughah Wadd’wah (Dalwa) dan enggak akan buka (membuat pondok baru) sendiri.”
Dan setelah itu jenazah Abuya Hasan Baharun dibawa, maka pada saat itulah Al-Mukarramah masuk ke dalam kamarnya, mengunci pintunya kemudian di situlah beliau menangis.”
Ustad Segaf Baharun kemudian mengatakan, “Beliaulah seoarang wanita sholehah yang memberi kekokohan dan kekuatan luar biasa pada anak-anaknya yang pada saat itu masih belum siap untuk melanjutkan perjuangan Abuya Hasan Baharun (dalam membina pesantren Dalwa). Tapi, kemudian dengan kekuatan, kekokohan dan kekuatan seorang ibu yang sholehah, kami bisa mampu untuk menjalankannya.”
Mungkin dahulu, kami hanya mendengar tentang kisah wanita sholehah yang sangat luar biasa tanpa pernah tahu siapa dia.
Kami yakin bahwa wanita sholehah pewaris Sayyidah Fatimah az-Zahra’ dan Sayyidah Khadijah itu ada dan nyata yang mana ternyata beliau adalah Ibunda kami, sosok yang sangat kami kagumi yang lambat laun kami sangat mencintai beliau. Sosok wanita sholehah yang menjadi sumber kekuatan dan keberkahan Pesantren Dalwa al-Mukarramah al-Hubabah as-Syarifah Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan..
Kini perjuangan almarhumah dan suami beliau yang sudah lebih dahulu wafat pada 1999, sudah menghasilkan pesantren yang menjadi referensi mencari ilmu ribuan orang. Semoga Allah meridhai almarhumah dan menempatkannya di taman-taman surga.Aamin.Afdillah/red.
Comments