“Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia”.(HR Abu Daud).
Hadits diatas pantas untuk diutarakan mengingat Indonesia saat ini telah memasuki 79 tahun pasca kemerdekaannya. Syukur akan kemerdekaan berarti mengenang jasa para pahlawan dan melanjutkan tugas para pejuang dalam membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Para pahlawan yang telah berjasa demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa ini bukan hanya berasal dari tanah air saja, melainkan ada beberapa orang dari luar Indonesia yang dengan ikhlas mendukung dan membantu bersama-sama guna mewujudkan Indonesia yang merdeka. Diantara sosok itu ialah Syeikh Amin Al-Husaini dari Palestina.
Siapa itu Syeikh Amin Al-Husaini?
Beliau memiliki nama lengkap Muhammad Amin bin Muhammad Thahir bin Musthafa Al-Husaini gelar Mufti Falestin Al-Akbar (Mufti Besar Palestina), lahir di Al-Quds pada tahun 1893. Diangkat menjadi mufti Palestina pada tahun 1922 menggantikan saudaranya Muhammad Kamil Al-Husaini. Sebagai ulama yang berilmu dan beramal, memiliki wawasan yang luas, kepedulian yang tinggi, Syeikh Muhammad Amin Al-Husaini mengetahui dan merasakan penderitaan kaum muslimin di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia akibat penjajahan yang dilakukan kaum kolonial.
Dukungan terhadap kaum muslimin dan negeri-negeri muslim untuk merdeka dari belenggu penjajahan senantiasa dilakukan oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, termasuk dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Ketika tidak ada suatu negara dan pemimpin dunia yang berani memberi dukungan secara tegas dan terbuka terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, maka dengan keberaniannya, Syeikh Muhammad Amin Al-Husaini mufti Palestina menyampaikan selamat atas kemardekaan Indonesia.
Beliau adalah sosok yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kaum muslimin serta negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia, walaupun pada saat itu beliau sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al-Quds, Palestina.
Zein Hassan Lc. sebagai pelaku sejarah, di dalam bukunya yang berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, 1980, hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Sayyid Muhammad Amin Al-Husaini secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia.
Diceritakan bahwa pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ dari mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini yang saat itu ia sedang melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut dan disebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan; padahal saat itu janji kemerdekaan dari Jepang hanya sekedar propaganda saja.
Syeikh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” yang diketuai oleh H. Agus Salim dan memberi dukungan penuh untuk kemerdekaan Indonesia.
Bukan hanya menerima dan memberi dukungan kemerdekaan untuk Indonesia, Syekh Amin Al-Husaini dengan kepopuleran yang ia miliki juga mendesak kepada pimpinan negara-negara Timur Tengah untuk memberikan dukungan kepada Indonesia. Mesir adalah negara pertama yang memenuhi seruan Syeikh Amin tersebut dengan memberikan pengakuan secara de facto pada 22 Maret 1946.
Setahun kemudian, Mesir memberikan pengakuan secara de jure untuk Indonesia tepatnya 10 Juni 1947. Haji Agus Salim pada 7 Agustus 1947 menunjuk HM Rasyidi untuk menjadi perwakilan Indonesia di Kairo.
Setelah Mesir, negara selanjutnya yang memenuhi seruan Syeikh Amin untuk segera mengakui kemerdekaan Indonesia yakni Suriah pada 2 Juli 1947, dilanjutkan dengan Lebanon pada 27 Juli 1947, Arab Saudi pada 21 November 1947 dan Yaman pada 20 November 1947.
Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini. Sehingga tidak mengherankan ada suara yang sumir, minor, bahkan sinis ketika ada anak negeri ini membantu perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka, membebaskan tanah airnya dan masjid Al-Aqsha dari belenggu penjajah Zionis Israel.
“Kenapa kita mikirin negeri Palestina? Negeri sendiri saja bayak masalah!”. Itulah ungkapan orang yang egois, orang yang berpikiran parsial, orang yang wawasannya hanya dibatasi teritorial yang sempit. Kalimat tersebut di atas merupakan gambaran orang yang tidak pandai bersyukur, orang yang tidak pandai berterima kasih, ibarat pepatah mengatakan, ”seperti kacang lupa dengan kulitnya”.
Di sinilah pentingnya mengenal dan mengetahui sejarah.
Setelah berjuang tanpa kenal lelah, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini wafat pada tanggal 4 Juli 1974, di makamkan di pekuburan Syuhada’, Al-Maraj, Beirut, Libanon. Kaum muslimin dan tokoh pergerakan Islam menangisi kepergian ulama pejuang, pendukung kemerdekaan Indonesia, mufti pembela tanah waqaf Palestina, penjaga kemuliaan masjid Al-Aqsha. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahannya, menerima amal jihadnya dalam membela tempat suci kaum muslimin, Al-Quds. Aamiin.
Comments