ArtikelberitaOpiniTaslim

Tarawihmu Berapa Rakaat?

0

Intermezzo

Ramadan sudah di depan pintu, mari kita sambut dia dengan penuh gembira dan bahagia. Nah itu dia!

“Assalamu’alaikum! Hai semuanya, apa kabar kalian?” ucap Ramadan memberi salam.

“Wa’alaikum salam Ramadan! Ya Allah aku kangen banget sama kamu. Alhamdulillah kita masih bisa bertemu,”

“Semoga Allah memberkahi waktu kita semua,”

Marhaban ya Ramadan! Marhaban ya Ramadan! Marhaban ya Ramadan! Marhaban ya Ramadan!,” mereka bernyanyi bersama.

Sholat Tarawih, Ibadah Khusus Pada Bulan Suci Ramadan

“Selama aku bersama kalian, shalatlah setiap malam dengan Shalat Tarawih. Setelah kalian berbuka dan menunaikan Shalat Maghrib bersama keluarga di rumah, berangkatlah bersama ke masjid untuk menunaikannya. Berkumpul-lah dengan muslim lainnya untuk berjamaah Shalat Tarawih,” kata Ramadan.

Selama kita bersama Ramadan, Nabi menganjurkan memperbanyak amal ibadah, karena Allah subhanahu wata’ala akan mengganjarnya berkali-kali lipat. Salah satunya dengan shalat, shalat Tarawih.

Shalat Tarawih adalah shalat sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) dalam bulan Ramadan. Satu diantara ibadah khusus untuk Ramadan. Kerananya juga Ramadan menjadi berbeda dan lebih mulia dari bulan lainnya.

عن ابي هريرة رضي الله عنه ان رسول الله صلي الله عليه وسلم قال: من قام رمضان ايماناواحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه (رواه البخاري)

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat Tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari)

Amirul mukminin Sayyidina Umar bin Khattab adalah inisiator penggaung Sholat Tarawih secara berjamaah di masjid. Nabi sudah menganjurkan sebelumnya untuk Qiyam Ramadhan atau shalat Tarawih kepada para sahabat. Alih-alih demikian, tidak dilaksanakan berjamaah seperti di masa Sayyidina Umar. Rasulullah khawatir ada anggapan Tarawih wajib di kalangan sahabat.

Sayyidina Umar hanya mengumpulkan sahabat dan menjadikan satu diantaranya sebagai imam, untuk Qiyam Ramadhan dengan berjamaah yang sebelumnya mereka berpencar di rumah masing-masing. Bukan pelaku bid’ah seperti yang diisukan.Prof. Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitabnya As-Syariah al-Kholidah, beliau mengatakan “Yang dilakukan Sayyidina Umar hanya mengumpulkan kaum muslimin dengan satu imam di masjid yang sebelumnya mereka berpencar-pencar.”

Inilah artian dari ucapan Sayyidina Umar ”Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (shalat Tarawih dengan berjamaah)”.

Emang Shalat Tarawih Berapa Rakaat? 8 Atau 20 Rakaat? Mana yang Shohih?

Belakangan ini berhembus perselisihan di kalangan awam tentang jumlah rakaat dalam shalat Tarawih. Sebenarnya hal ini adalah ’lagu lama’ yang kembali digaungkan untuk perpecahan umat Islam oleh mereka yang menginginkannya.

Berangkat dari hal tersebut, KH. Qoimuddin Abdullah menyusun kitab yang membahas secara gamblang hadist-hadist yang bersinggungan dengan Tarawih dan jumlah rakaatnya. Beliau beri judul karangannya dengan Sholat Tarawih Nabi 20 Rakaat, Benarkah?.

Beliau menguraikan ke-shohihan hadist-hadist tersebut berdasarkan pandangan para ulama. Di dalamnya beliau membantah kebenaran perkara hadist yang mengatakan Tarawih 8 rakaat lebih shohih dari yang 20 rakaat.

Dalam bukunya, hadist tersebut secara sanad memang shohih tetapi dhoif (lemah) secara matan karena beberapa illat, diantaranya adalah mutthorib (simpang siur), tidak jelas maksudnya karena ada redaksi yang kontradiksi, yang selanjutnya akan diuraikan.

Hadistnya sebagai berikut:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أرْبَعاً، فَلاَ تَسْأَلْ عنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثمَّ يُصَلِّي أَرْبَعاً، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً، قَالَتْ عَائِشَةُ: فقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: «يَا عَائِشَةُ، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah dalam shalat malam Ramadhan atau lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat, jangan tanyakan tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Saya bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum shalat witir.’” Beliau menjawab, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, tetapi hatiku tidak.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1147 dan Muslim, no. 738]

Dari pertanyaan Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha kepada Nabi يَا رَسُولَ اللهِ، أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟” (Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum shalat witir?) menunjukan itu adalah sholat Witir bukan Tarawih.

Ulama sepakat bahwa hadist tersebut bukan dasar untuk shalat Tarawih. Karena hadist itu sering disampaikan hanya sampai perkataan ثمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً tanpa dilanjutkan. Hal ini merupakan pangkal pengkaburan untuk mengelabui orang awam.

Hadist tersebut pun menyatakan, Nabi tidak shalat lebih dari 11 rakaat di malam hari pada bulan Ramadan dan bulan lainnya. Sedangkan Tarawih hanya dilaksanakan di Ramadan.

Hadist tersebutlah, dengan tanpa menyertakan redaksi pertanyaan Sayyidah Aisyah, yang dijadikan pijakan oleh mereka yang berpendapat Tarawih 8 rakaat, ditambah Witir 3 rakaat. Toh Imam Muslim pun mencantumkan hadist tersebut dalam bab shalat Witir, tidak dalam bab shalat Tarawih.

Sedangkan hadist yang menyebutkan jumlah rakaat Shalat Tarawih Nabi 20 rakaat adalah sebagai berikut:

عن ابن عبّاس رضي الله عنهما: أنّ النبي صلى الله عليه وسلّم كان يصلّى فى شهر رمضان عشرون ركعة. (رواه أبو بكر عبد العزيز فى الشافي)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam shalat pada bulan Ramadan dengan 20 rakaat.” (HR. Abu Bakar Abddul Aziz dalam kitab As-Syafi’)

Hadist itu menjadi kuat dengan ijma’ atau kesepakatan sahabat Nabi. Awal pertama kali umat Islam melaksanakan shalat terawih  berjamaah adalah di zaman Khalifah ke dua Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, itu dilaksanakan dengan 20 rakaat dan tidak ada sahabat yang mengingkarinya. Sedangkan sahabat tidak mungkin sepakat dalam kesalahan. Demikian yang termaktub dalam buku Sholat Tarawih Nabi 20 Rakaat, Benarkah?.

Jumlah Shalat Tarawih 20 Rakaat Telah Menjadi Ijma’ Sahabat Nabi dan Para Ulama

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Tarawih 20 rakaat telah disepakati oleh para sahabat Nabi, begitu pun disepakati oleh 4 imam mazhab dan para ulama lainnya.

Dari keterangan buku Sholat Tarawih Nabi saw. 20 Rakaat, Benarkah? sholat Tarawih 20 rakaat telah menjadi kesepakatan ulama, bahkan Imam Muhammad bin Abdul Wahab dan Ibnu Taimiyyah pun ikut berkomentar bahwa sholat Tarawih memang berjumlah 20 rakaat.

Sedangkan pendapat Imam Malik dalam satu riwayat menerangkan bahwa Tarawih 36 rakaat. Namun dari riwayat beliau yang masyhur adalah sepakat dengan 3 imam mazhab lainnya, yaitu 20 rakaat.

Tarawih Secara Bahasa

KH. Qoimuddin pun mengatakan secara langsung kesalahan orang yang berpendapat Tarawih 8 rakaat dari sisi bahasa, saat Jalsah Ilmiyyah pada Senin (10/2/2025) lalu yang diselenggarakan Ponpes Dalwa untuk membahas topik tersebut.

“Secara bahasa, Tarawih itu (bentuk) jama’ dari tarwihah yang artinya istirahat.” Kata beliau. Secara aritmatika bahasa Arab, jama’ itu bilangan dari 3 hingga seterusnya. “Istirahat setelah sholat 4 rokaat dengan 2 salam. Kalau hanya 8, ya berarti cuma 2 kali istirahat. Secara bahasa saja mereka sudah salah.” Sebut KH. Qoimuddin mempreteli.

Sebagaimana hadist di awal juga, shalat Tarawih dinamai dengan Qiyam Ramadhan. Sedangkan mengapa disebut Tarawih karena saat diresmikannya Tarawih di zaman Sayyidina Umar, sahabat beristrahat setelah empat rakaat dengan dua salam. Sebagaimana pemaparan KH. Qoimuddin.

Keutamaan Tarawih 20 Rakaat

Kemudian, beliau pernah ditanya oleh seseorang, lebih utama mana antara sholat Tarawih 8 rakaat dan 20 rakaat.

“Saya kalau ditanya lebih afdhol (utama) mana, ya jelas, saya jawab 20 rakaat. Gerakannya lebih banyak, al-Fatihahnya pun yang dibaca lebih banyak. 20 rakaat berarti 20 kali membaca surat al-Fatihah,” ucap beliau di Jalsah saat menceritakan ada seorang Mursyid Naqsyabandiyyah bertanya pada beliau. “Kalau cuma 8 kan, masih kurang 12. Tentu lebih afdhol 20 rakaat.” lanjutnya.

Pada akhirnya, dengan penuh harap dan doa Allah subhanahu wata’ala memberikan pencerahan untuk kita semua dalam merespon syiar-syiar Islam, dan dalam menjalankan syariat Islam di jalan yang diridhoi oleh-Nya.Taslim/red.

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Perayaan penutupan Tahun Ajaran 1445-1446 H Ponpes Dalwa, Simak Beberapa Pesan Dr. Segaf Baharun

Previous article

Amalan di Hari Pertama Bulan Ramadhan

Next article

Comments

Leave a reply