Bangil, Dalwa Berita – Dalam Islam, alam bukanlah sekadar sumber daya untuk dieksploitasi, melainkan tanda-tanda kebesaran Allah (ayatullah) yang harus dijaga dan dihormati. Kerusakan alam yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia saat ini, termasuk ancaman eksploitasi tambang nikel di kawasan Raja Ampat, mencerminkan kelalaian manusia dalam menjalankan amanah sebagai khalifah di bumi.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan adalah akibat langsung dari keserakahan dan ketidakpedulian manusia terhadap keseimbangan ciptaan Allah. Dalam konteks Indonesia, penebangan hutan, pencemaran sungai, dan eksploitasi tambang—seperti rencana tambang nikel di Raja Ampat—adalah contoh nyata dari bentuk perusakan tersebut.
Raja Ampat: Warisan Ilahi yang Harus Dijaga
Raja Ampat bukan hanya kekayaan ekologis Indonesia, tetapi juga merupakan salah satu kawasan laut paling beragam hayatinya di dunia. Dalam pandangan Islam, segala ciptaan Allah memiliki hak untuk hidup dan berkembang. Tidak ada satu pun makhluk yang diciptakan-Nya tanpa tujuan:
“Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” (QS. Ad-Dukhan: 38)
Rencana pembukaan tambang nikel di wilayah ini bukan hanya mengancam lingkungan hidup, tetapi juga merusak tatanan sosial dan kultural masyarakat adat yang hidup bersinergi dengan alam. Dalam Islam, merusak bumi dengan alasan ekonomi semata tanpa memperhitungkan dampaknya adalah bentuk ketidakadilan (kezaliman). Rasulullah SAW sendiri melarang penebangan pohon secara sembarangan, bahkan saat perang.
Islam dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Islam mengajarkan konsep maslahah (kemaslahatan umum) dan laa dharara wa laa dhirar (tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain). Sebuah kebijakan yang mengorbankan alam dan masyarakat lokal demi keuntungan jangka pendek adalah bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Tambang nikel yang berisiko mencemari laut dan merusak ekosistem karang di Raja Ampat adalah bentuk kebijakan yang tidak memenuhi syarat keadilan ekologis.
Kembali kepada Tauhid Ekologis
Sudah saatnya umat Islam di Indonesia menghidupkan kembali semangat tauhid ekologis—kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan harus dikembalikan kepada-Nya dalam keadaan baik. Menolak tambang nikel di Raja Ampat bukan sekadar aksi lingkungan, tapi bagian dari ibadah, dari jihad menjaga amanah Allah di muka bumi.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya dunia ini hijau dan indah, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah di dalamnya, untuk melihat bagaimana kalian berbuat.” (HR. Muslim)
Mari kita buktikan bahwa kita layak sebagai khalifah Allah di bumi, dengan menjaga alam bukan merusaknya.
(Afd/red)
Comments