Multaqo

Dari Tantangan Menuju Harapan: Kegigihan Abuya Hasan Merintis Perguruan Tinggi

Ilustari harapan Abuya Hasan
0

Nama besar UII Dalwa hari ini tak bisa dilepaskan dari mimpi dan kerja keras Abuya Hasan. Beliau menginginkan agar para santri mampu berdakwah tidak hanya di mimbar dan masjid, tetapi juga di ruang-ruang akademik serta masyarakat luas. Gagasan tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan tumbuh perlahan dari berbagai inovasi dan kebutuhan nyata yang beliau temui dalam perjalanan panjang pesantren.

Beberapa tahun setelah Pondok Dalwa dirintis, datang seorang dewan pengajar bernama Ustadz Atim Subekti menghadap Abuya Hasan. Beliau dikenal sebagai salah satu saksi awal lahirnya pendidikan formal di lingkungan pesantren ini. Kisah tersebut ia ceritakan langsung kepada Tim Redaksi Multaqo, pada Senin, 14 Juli 2025, di sela-sela istirahat mengajarnya.

“Ustadz, santri kita itu ada yang belum punya ijazah negeri.”

“Memangnya untuk apa?” tanya Abuya Hasan.

“Kalau mereka hanya dari pesantren, itu kan kurang kencang dakwahnya di luar. Tapi, kalau di samping mereka itu santri, punya ijazah negeri, itu ada sisi menariknya tersendiri,” kata Ustad Atim dengan semangatnya.

Usulan itu disambut baik oleh Abuya Hasan. Maka, berdirilah Madrasah Tsanawiyah sebagai langkah awal pendidikan formal di Pondok Dalwa. Tiga tahun kemudian, Ustadz Atim kembali menghadap Abuya Hasan.

“Bagaimana kalau dilanjutkan sampai Madrasah ‘Aliyah? Nanti ajak adik saya, Ustadz Mushtofa (Alm.), untuk kita urus sampai ke Kanwil Kemenag.”

“Oh iya-iya, bisa itu,” jawab Abuya Hasan.

Dengan itu, berdirilah Madrasah Aliyah sebagai tahap kedua pendidikan formal.

Pada tahun 1996, ketika para santri mulai menyelesaikan pendidikan di MA Dalwa, Abuya Hasan berharap mereka tak perlu keluar untuk melanjutkan studi. Beliau ingin agar mereka menyelesaikan pendidikan diniyah di pondok. Dari sinilah muncul gagasan besar: mendirikan perguruan tinggi sendiri, walau fasilitas yang dimiliki saat itu sangat terbatas. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat beliau.

Untuk mewujudkan cita-cita besar ini, Abuya Hasan meminta bantuan sahabat-sahabatnya yang memiliki jaringan luas di dunia pendidikan tinggi, antara lain Ustadz Musleh, Ustadz Fauzi Hamzah, dan Habib Zainal Abidin Bilfaqih. Mereka berjuang bersama menyusun proposal dan menjalin komunikasi ke berbagai pihak agar pendirian perguruan tinggi bisa terlaksana.

“Ustadz Hasan menyuruh kami untuk menghubungi beberapa pihak untuk pendirian perguruan tinggi. Kami terus mencari komunikasi, kemudian membuat proposal. Hingga setelah jadi, beliau, Ustadz Hasan, mengawal secara langsung pendirian jamiah itu ke Kopertais,” ucap Ustadz Fauzi Hamzah saat diwawancarai di Mabna Abuya Hasan pada Kamis (17/07/2025).

Namun, jalan itu bukan tanpa tantangan. Saat itu, jumlah pondok pesantren yang memiliki perguruan tinggi sangat sedikit, bahkan bisa dihitung dengan jari. Tantangan, fitnah, dan hinaan pun menjadi makanan sehari-hari bagi Abuya Hasan.

Habib Zainal Abidin Bilfaqih yang kala itu mendampingi Abuya turut menyaksikan cibiran yang diarahkan pada Abuya.

“Apa mungkin, pondok pesantren dengan tradisinya yang ada, kemudian masuk ke tradisi akademik yang penuh keterbukaan, penuh demokratis, siap dikritik? Kondisi yang tidak mudah di pondok pesantren.”

Bahkan ada yang sinis berkata:

“Mau mendirikan SMA kelas empat ya?”

Namun, semua itu ditelan pahit dengan kesabaran, keikhlasan, dan semangat dakwah yang tidak pernah padam.

Akhirnya, pada tahun 1996, terbitlah Surat Keputusan Nomor 34 yang menandai berdirinya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darullughah Wadda’wah. Inilah awal dari cita-cita Abuya Hasan bin Ahmad Baharun untuk menjadikan santri yang sekaligus mahasiswa, dan mahasiswa yang tetap berjiwa santri, berakhlak mulia, menguasai pengetahuan agama, kitab kuning, bahasa Arab, dan bersemangat dalam berdakwah.

Perjalanan panjang ini terus berlanjut. Sejak awal tahun 2021, dimulai proses alih status dari IAI Dalwa menuju universitas. Rapat-rapat besar bersama dosen dan pengurus digelar, dan transformasi dirancang secara matang. Setelah melalui proses administratif dan akademik, pada 16 Desember 2022, penyerahan SK dilakukan secara simbolis di kediaman Pimpinan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah.

Kini, Universitas tersebut menyandang nama internasional menjadi Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda’wah (UII Dalwa). Visi besarnya adalah mencetak lulusan unggul yang mampu mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sekaligus menjadikan santri yang mahasiswa, dan mahasiswa yang tetap berjiwa santri.

Tim Redaksi Multaqo

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Seuntai Doa Abuya di Balik Sebuah Cita

Previous article

Lembaran Kertas yang Abuya Hasan Bawa ke Timur Tengah

Next article

Comments

Leave a reply