Di hari pertama anak KKN Dalwa Posko 1 tiba di desa Kedasih, mereka merasakan nuansa pembacaan maulid yang berbeda, seolah malam maulid di sana menjadi hal yang tak biasa, sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan di pondok. Seperti yang dituturkan Mahasiswa yang bernama Raka Fahrezi asal bogor.
“Perbedaan antara maulid yang kita adakan di pondok dan disini itu berbeda sekali,” ucapnya dengan terheran-heran melihat tradisi yang belum pernah dia liat sebelumnya.
“Yaitu yang mana ketika pembacaan maulid, diatas-atas itu banyak makanan-makanan yang digantung-gantung dan setelah pembacaaan maulid mereka langsung rebutan,” tuturnya lagi
Untuk masyarakat Probolinggo sendiri khususnya, tradisi ini disebut dengan Rebu’en yang konon tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun sejak ratusan tahun yang lalu. Dengan tujuan agar masyarakat itu lebih bersemangat dalam menghadiri acara maulid dan sebagai bentuk kekompakan mereka dalam bermasyarakat.

Sumber: TribunJatimTimur.com/Danendra Kusuma
“Itu tradisi yang unik sekali, yang mana ketika saya tanya tujuannya untuk apa, untuk memancing masyarakat agar semangat menghadiri acara maulid,” kata Raka.
Antusias warga ketika menghadiri acara maulid juga terlihat mengesankan bagi Raka. Mereka menghadiri acara tersebut ada yang berbondong menggunakan mobil pick-up, ada juga yang menggunakan motor secara beramai-ramai begitulah semangatnya mereka.
“Dan untuk semangat masyarakat untuk menghadiri acara maulid ketika kita berangkat, bahkan mereka berbondong-bondong satu kampung itu, ada yang menggunakan mobil pick-up bareng-bareng dan juga make motor bareng untuk menghadiri maulid,” tukasnya ketika hendak berangkat menghadiri acara maulid yang diadakan di lapangan Desa Kedasih.
Tak kalah membuat mereka–para peserta KKN UII Dalwa–kagum, yaitu respon-nya para warga tatkala mereka telah sampai di tempat acara maulid berlangsung.
“Dan respon mereka kepada kita sebagai mahasiswa UII Dalwa menghadiri acara maulid mereka sangat apresiasi sekali, karena pertama kali pas kita dateng, kami duduk di belakang. Lalu, ketika mereka tahu bahwasanya kami ini KKN Dalwa, mereka langsung menyuruh kita untuk duduk paling depan,” ucapnya.
Dan pada malam itu juga, kebetulan yang mengisi tausiyah adalah Habib Mahdi bin Ahmad al-Muhdor dari Majelis Alwafa’ Bi’ahdillah Probolinggo.
Irsyad/red
Comments