google-site-verification=p9qJozFAxhzGe34ILd9HveIilttSs1WdWWvHElDe9Xg
berita

Jawaban Tentang Tudingan Kepalsuan Hadis Nur Muhammad

Jawaban Tentang Tudingan Kepalsuan Hadis Nur MuhammadSumber: Islami.co
0

Khazanah ilmiah tentang pembahasan hadist, akan terus menerus berkembang seiring dengan perkembangan pemahaman dari penulis.  Perkembangan ini tidak ubahnya dalam masalah fikhiyyah dalam membicarakan satu qodhiyyah.

Namun begitu banyaknya penulis yang menganggap palsu hadits Nur Muhammad ini, tidak berarti dibenarkan sebab diamnya ulama ulama salaf sebelumnya, dimana tidak adanya pembahasan bukan berarti diam dengan sebuah kesalahan, tapi justru diamnya mereka tidak pernah menganggap ada isykal.

Penulis penulis kitab maulid yang menyertakan hadis nur Muhammad, tidak berarti menulis kepalsuan hadits palsu atau turut andil menyebarkannya, tentu tidak berarti demikian kenyataannya, sebab mereka juga mengerti kedudukan hadis itu.

Berikut nalarnya:

1- Jika hadits itu dinilai palsu karena tidak ada sanadnya, maka salah seorang peneliti telah mendapatkan sanad hadist itu secara Muttasil, dari riwayat dari Musnad Abdurrazzak.

Hadits tersebut tertulis dalam Musonnaf Abdurrozzaq

عن جابر رضي الله عنه أنه قال: قلت يا رسول الله أخبرني عن أول شيء خلقه الله تعالى قبل الأشياء؟ قال: يا جابر إن الله تعالى خلق قبل الأشياء نور نبيك من نوره… فلما أراد الله أن يخلق الخلق، قسم ذلك النور أربعة أجزاء: فخلق من الأول القلم، ومن الثاني اللوح، ومن الثالث العرش، ثم قسم الرابع أربعة أجزاء: فخلق من الأول السموات، ومن الثاني الأرضين، ومن الثالث الجنة والنار، ثم قسم الرابع أربعة أجزاء… الحديث بطوله

Dengan sanad sebagai berikut:

عبد الرزاق الصنعاني عن معمر عن ابن المنكدر عن جابر بن عبدالله وذكر الحديث

Hadist tersebut diriwayatkan juga oleh ulama ulama besar semacam

 

١- محي الدين بن العربي في تلقيح الأذهان

٢- ابن حجر المكي في منح المكية شرح الهمزة

٣- العجلوني في كشف الخفا

٤- المناوي في تعطير الشريفة

٥- عبد الوهاب الشعراني في اليواقيت والجواهر

٦- الزرقاني في شرح المواهب

Kemudian yang jadi pertanyaan: Dari manakah kesimpulan mereka yang mengatakan tidak ada ulama yang membahas masalah ini sebelumnya…?

Jawabannya: Nama-nama ulama besar di atas, telah menyebutkan sanadnya, sama dengan sanad Abdurrazzaq.

Andaikan hadits itu palsu, niscaya akan ditulis dalam kumpulan hadits-hadits palsu, seperti

 

  1. Maudhu’at Ibnu Jauzi
  2. Maudhu’at La’ali Masnu’ah Suyuti
  3. Maudhu’at Fawaed Majmuah Syaukani
  4. Maudhu’at Tadkiroh
  5. Maudhu’at Maqdisi
  6. Maudhu’at Ali Qori
  7. Maudhu’at Al-Fatni.

Andaikan hadis itu palsu, niscaya akan ditulis oleh ulama-ulama tersebut dan tidak akan terlewatkan demikian saja.

Dan andaikan ada ulama yang menilai palsu pun, kemudian ada ulama lain tidak sependapat demikian, tidak boleh kita mentarjeh (mengunggulkan) salah satu dari mereka, sebab maqom kita bukan maqom tarjeh.

Anggap saja ini adalah khazanah ilmiah.

Hadist tersebut ditulis di beberapa kitab yang muallifnya adalah pakar hadist, seperti imam Al-Qustollani dalam Mawahib Ladunniyah, dan imam Al-‘Ajluni dalam Kasyful Khofa dsb.

Tidak mungkin orang-orang sekaliber mereka  meletakkan hadits palsu dalam karyanya. Bila nyata palsu pasti akan menitipkan komentar palsu.

Ini patut jadi bahan renungan.

Jika diantara penyebab menghukumi palsu pada hadits tersebut karena ada tanda tanda palsu, susunan kalimatnya gak enak di perasaan orang yang biasa baca hadits.

وهو الذوق, ركاكة المعنى

(tidak enak dirasa dan rancu di makna)

Maka jawabannya adalah : Salah satu dari tanda hadist palsu memang demikian, bisa dilihat dari sastranya, yang gak enak di hati, bahasanya rancu, tapi itu tidak boleh dipukul rata semuanya, tidak boleh vonis palsu dengan sebab itu, sebab kemungkinan hadits itu bisa jadi diriwayatkan bil makna.

Berikut komentar imam Ibnu Hajar Al-Asqollani

قوله : وقد وضعت أحاديث يشهد بوضعها ركاكة ألفاظها ومعانيها، انتهى. اعترض عليه بأن ركاكة اللفظ لا تدل على الوضع حيث جوزت الرواية بالمعنى. نعم إن صرح الراوي بأن هذا صيغة لفظ الحديث وكانت تخل بالفصاحة أو لا وجه لها في الإعراب دل على ذلك, والذي يظهر أن المؤلف لم يقصد أن ركاكة اللفظ وحده تدل كما تدل ركاكة المعنى بل ظاهر كلامه أن الذي يدل هو مجموع الأمرين:

 ركاكة اللفظ والمعنى معا.

Jika sumber isykalnya karena wujud basyariyah Nabi Muhammad, tidak mungkin tercipta dari cahaya. Sebab Nabi Muhammad adalah manusia, keturunan nabi Adam. Dari sini mereka mengatakan mustahil, bila tercipta dari cahaya. Pastinya tercipta dari air mani.

Hal itu bisa dijawab dengan perbandingan: Penciptaan Nabi Adam dari tanah, selanjutnya anak turunnya berasal dari air mani. Kelanjutan ini bertujuan untuk menggambarkan bahwa nabi Adam dan orang setelahnya  adalah manusia. Tidak berarti nabi Adam mustahil diciptakan dari tanah.

Tidak berarti pula kontradiksi nabi Adam dan makhluk lain diciptakan dari Nur Muhammad. Tidak demikian.

Diulang lebih jelas: Allah menciptakan alam semesta ini dari nur Muhammad.

قال يا جابر ان الله خلق قبل الأشياء نور نبيك من نوره

Sebagaimana jin diciptakan pertama kali dari api, namun setelah itu tercipta dari air mani

قال تعالى : وشاركهم في الأموال والأولاد

قال البغوي في تفسير آية الإسراء: وروي عن جعفر بن محمد أن الشيطان يقعد على ذكر الرجل، فإذا لم يقل: “بسم الله” أصاب معه امرأته وأنزل في فرجها كما ينزل الرجل

Sebenarnya isykal ini berangkat dari ucapan syekh Ahmad Alghimari

قال الشيخ أبو الفيض أحمد بن صديق الغماري في كتابه: المغير على الأحاديث الموضوعة في الجامع الصغير : وهو حديث موضوع، لو ذكره بتمامه لما شك الواقف عليه في وضعه، وبقيته تقع في نحو ورقتين من القطع الكبير مشتملة على ألفاظ ركيكة ومعان منكرة

Dan ini sudah terjawab diatas:

  1. Penemuan sanadnya Muttasil sampai pada Rasulullah.
  2. Bila dilihat dari maknanya yang bertentangan dengan beberapa dalil
  1. “Pertama kali yang diciptakan adalah Al-Qolam”, atau
  2. Pertama kali makhluk yang diciptakan adalah Arsy, maka perselisihan itu bisa dijamakkan.

Imam Al-Ajluni Dalam Kasyful khofa mengatakan,

 فيجمع بينه وبين ما قبله بأن أولية القلم بالنسبة إلى ماعدا النور النبوي المحمدى والماء والعرش انتهى ، وقيل الأولية في كل شيء بالاضافة الى جنسه ، أى أول ما خلق الله من الأنوار نوري وكذا باقيها

Kemudian bagaimana cara menjelaskan perselisihan riwayat, (Segala sesuatu tercipta dari air), sedangkan riwayat yang lain (Tercipta dari nur Muhammad)?

Berikut Penjelasan syekh Abdullah Sirojuddin Al-Husaini: (Rangkuman dr Alfakir). Bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari air

وجعلنا من الماء كل شيء حي

Yang dimaksud dengan air, bukanlah air dunia yang kita ketahui, air dunia yang kita ketahui adalah salah satu unsur penciptaan makhluk

Bukan menjadi asal muasal segala sesuatu.

Jadi yang dimaksud dengan air dalam ayat itu: adalah air yang seperti dalam firman Allah

{ وَهُوَ ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضَ فِی سِتَّةِ أَیَّامࣲ وَكَانَ عَرۡشُهُۥ عَلَى ٱلۡمَاۤءِ

[Surat Hud: 7].

Air inilah yang suatu saat akan menghidupkan manusia setelah dibangkitkan kelak

ماء الحياة

Air Kehidupan

Juga Yang terdapat dalam sebagian hadits,

.يا أبا هريرة كل شيء خلق من الماء

Adalah air kehidupan.

Dan sebelum air itu diciptakan, Allah telah menciptakan nur Muhammad, yang menjadi ruh dari air diatas.

Kembali kepada hadits di atas, jawab ini bisa dibiaskan

يا جابر ان اول ما خلق الله نور نبيك محمد من نوره

كنت نورا بين يدي ربي عز وجل قبل خلق آدم قبل أربعة عشر الف عام

وروى ابو نعيم : أنا أول الأنبياء في الخلق وآخرهم في البعث (في العالم الحقيقة النورانية)

كنت نبيا وآدم بين الروح والجسد

Penulis: Ibnu Hajar Almakky

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Tak Ingin Ketingalan Berkah Pengarang Simthudduror, Ponpes Dalwa Gelar Haul Habib Ali Al-Habsyi

Previous article

Kunjungan Studi Banding Ponpes Al-Anwar 2 Sarang Rembang Soroti Sistem Keamanan dan Program di Dalwa

Next article

Comments

Leave a reply