Kenapa saya katakan seperti itu? Pernahkah kalian sadari bahwa uang kertas yang selama ini kalian gunakan hanyalah selembar kertas biasa yang biaya cetak per lembarnya hanya lima ratus rupiah?, tapi nyatanya kita sangat tidak peduli akan pembodohan ini. Pernahkah kalian sadar bahwa semakin kaya kita maka sebenarnya kita semakin miskin?, kalian punya uang milyaran atau triliyunan rupiah, tapi apakah kalian pernah melihat uang kalian itu semua sekaligus daripada hanya melihat rentetan angka-angka yang panjang? Jawabannya kalian sudah tahu, sebenarnya yang berharga di dunia ini bukanlah uang kertas, tapi uang emas (dinar) dan perak (dirham) yang memiliki substansi nilai konkret.
Ya, anda telah ditipu terus menerus sejak negara ini masuk era reformasi, perlu kalian ketahui bahwa setiap uang yang beredar di kantong dan dompet anda harus sesuai dengan persedian back up emas yang disimpan oleh bank. Lalu apa yang terjadi jika produksi uang kertas tidak sesuai dengan persedian back up emas yang ada?. Inflansi (penurunan nilai mata uang), seperti itulah yang akan terjadi. Tapi selama ini anda tidak pernah protes akan itu, seperti anda sedang disihir untuk tidak perlu berbuat macam-macam walaupun anda sudah mengetahui fakta itu. anda semua sedang tersihir untuk diam mengikuti sebuah alur permainan, anda semua sedang dipermainkan oleh segelintir orang.
Dalam UUD 1945 No. 19 pasal 1, pemerintah menjamin setiap nilai 10 rupiah sebanding dengan 5 gram emas, yang berarti anda dapat membeli 1 gram emas dengan 2 rupiah. Jika anda memiliki 1000 rupiah pada tahun 1945, maka anda bisa membeli ½ kilogram emas. Sayangnya, hari ini tukang parkir pun tidak mau menerima uang 1000 rupiah anda, padahal UUD 45 itu masih berlaku, lucukan?.
Dengan uang 1000 rupiah pada tahun 1945 yang setara dengan ½ Kg emas, anda adalah orang yang paling kaya. Anda bisa membeli 1 buah mobil Chevrolet trax seharga 286 juta rupiah. Tapi saat ini kenyataannya bukan seperti itu, karena nilai uang yang selalu merosot, maka 1000 rupiah yang anda miliki sudah jatuh harganya pada hari ini.
Jika ada yang berkata “wajarlah, namanya saja perkembangan zaman. Semuanya pasti naik dong harganya?.” Jika itu yang anda bingungkan. Berarti anda sudah masuk dalam agenda pembodohan ini. Kita bandingkan dengan mata uang yang dipakai Rasulullah SAW 14 abad lebih yang lalu. Dalam sebuah hadist beliau bersabda “Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli debupun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari).
Dari hadist tersebut kita mendapatkan sebuah cerita nyata 14 abad yang lalu, bahwa 1 dinar di zaman Rasulullah SAW bisa membeli 1 ekor kambing. 1 dinar pada masa Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan dengan nilai 4,25 gram emas yang apabila ditukarkan dengan uang rupiah kurang lebih 2,7 juta, yang berarti anda masih bisa mendapatkan 1 ekor kambing di zaman edan ini tanpa mengalami inflasi nilai walau telah melewati waktu 14 abad. Coba anda lihat inflasi mata uang kertas Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun saja telah mengalami penurunan nilai yang fantastis.
Jadi siapa dan apa yang salah selama ini? Siapa yang bertanggung jawab di belakang semua ini?
Dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, banyak harga yang harus dibayar untuk sebuah kemerdakaan. Sebuah bangsa tidak bisa hanya dengan memproklamasikan diri bangsanya dengan sebelah pihak lantas dinyatakan resmi menjadi sebuah negara. Perlu ada pihak lainnya yang mengakui dan menerima secara ikhlas bangsa tersebut merdeka dan pada rentetan kemerdekaan NKRI, masih ada pihak-pihak yang tidak setuju kita merdeka sampai akhirnya tercatat dalam sejarah adanya agresi Militer I 1947 dan II 1948 yang akhirnya berlanjut ke episode KMB 1949 (konferensi Meja Bundar) yang menghasilkan 10 keputusan antara pihak Belanda Indonesia dan dewan keamanan PBB yang sangat tidak menguntungkan, berikut pernyataan Dr. Revrisond Baswir Pendiri AEPI (Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia) tentang 3 syarat ekonomi KMB;
1. Mempertahankan perusahaan asing di Indonesia
2. Mematuhi IMF dalam mengelola perekonomian Indonesia
3. Menerima hutang Hindia Belanda
Kok begini sih? Penjajah yang berhutang, yang dijajah malah melunasi hutangnya. Kenapa harus mematuhi IMF? Siapa mereka, ada kepentingan apa dengan IMF?
Sederhananya IMF adalah suatu organisasi Dana Moneter Internasional yang berinduk pada organisasi PBB dan memiliki aktivitas pencatatan statistik dan analisis, pengawasan ekonomi negara anggota dan tuntutan kebijakan tertentu. IMF juga memberikan pinjaman dana bagi negara yang sedang terlilit krisis dan hutang untuk pengembangan negara dalam jangka pendek, selain itu ada pula Bank sentral dunia yang bernama The Federal Express (The FED) yang menyediakan peminjaman dana atau hutang pada negara-negara berkembang untuk pembangunan skala jangka menengah dan panjang.
Meskipun sudah sampai pada Agresi Militer dan berbagai perundingan, tetap saja para penjajah belum rela melepaskan kekayaan yang ada di Indonesia. Tidak berhenti sampai situ, mereka kembali mengatur sebuah penjajahan dari balik layar dengan sistem yang lebih sistematis dan terselubung dari pada mereka harus capek mengeluarkan dana dan tenaga untuk menjajah kekayaan di Indonesia dengan mengirim serdadu-serdadu mereka, lebih baik menjajah dari balik layar dengan sistem yang rapi dan menjadikan bangsa Indonesia seakan-akan telah merdeka.
Bahasa yang lebih sederhananya lagi dari diadakannya KMB 1949 ini adalah “kamu boleh merdeka, tapi kamu harus tanggung hutang saya, dan saya boleh mendirikan perusahaan di negara kamu.”
Apalagi sistem pembayaran yang mengunakan emas dan perak telah diubah sejak kedatangan penjajah yang memonopoli perdangangan dengan menggunakan uang kertas yang harganya adalah ilusi.
Dalam ceramah yang disampaikan oleh Syekh Imran Hosein seorang ulama Trinidad dan Tobago saat berada di Kuala Lumpur Malaysia menyebutkan bahwa ketika Indonesia merdeka, presiden Soekarno memanggil ulama pada zaman itu dan menanyakan tentang uang kertas ini, beliau menekankan “saya bukan ulama, anda ulamanya, tolong jelaskan semua ini. Bagaimana kita bisa punya kertas sebagai uang?” beliau meneruskan ceramahnya tentang jawaban ulama di zaman itu “kertas ini bisa halal, hanya jika dapat ditukarkan dengan emas.” “Yang berarti kertas tersebut dapat ditukar dengan emas dengan harga yang tetap. Jadi kertas ini berfungsi sebagai cek.” Tambah beliau menuturkan pendapat ulama zaman itu.
Penggunaan uang emas dan perak di Nusantara telah ada sejak lama yang diterbitkan oleh kesultanan, seperti kesultanan Ternate, kesultanan Solo, dan kesultanan Cirebon yang saat ini 3 kesultanan tersebut kembali memproduksi uang dinar dan dirham.
Dahulu pun orang telah mengenal transaksi mengunakan emas dan perak sebagai mata uang, tapi sejak pemerintah Hindia Belanda datang, mereka mulai memaksa untuk menerapkan sistem uang kertas dengan cara memonopoli komoditi hanya dijual ke pihak mereka dan dengan mata uang kertas mereka.
Emas dan perak pun ditarik secara perlahan dengan cara ditukarkan dengan uang kertas milik mereka. Lalu sistem mata uang emas dan perak dikalahkan oleh sistem dzolim mereka. Hingga saat kemerdekaan Indonesia tiba, mereka menyelamatkan pundi-pundi harta mereka dengan memberikan persyaratan kemerdekaan di KMB 1949 tadi, Indonesia boleh merdeka, asalkan Indonesia menanggung hutang pemerintah Hindia Belanda, dan mendirikan bank sentral yang bukan milik lembaga pemerintah itu, agar mereka bisa membeli komoditi kita dengan uang kertas yang biaya cetaknya 500 rupiah, bukan dengan emas maupun perak yang berharga.
Kenapa saya sebut sistem dzolim?, Coba anda membeli sebuah barang yang ada di luar negeri yang memakai mata uang Dollar dengan mata uang Rupiah. Mereka pasti tidak akan mau. Malah kita disuruh untuk menukarkan mata uang kita dengan mata uang mereka, karena mata uang mereka 10 kali lebih mahal dari nilai mata uang kita.
Andai saja sistem mata uang emas dan perak masih berlaku, maka tidak ada yang akan mengatakan “emas saya 10 kali lebih tinggi harganya daripada emas milikmu” karena harga emas yang universal dan 0% inflasi terbukti sejak 14 abad lebih.
Lalu, kalau bisa mencetak uang dengan mudah kenapa tidak cetak saja sebanyak-banyaknya atau lunasi hutang-hutang negara dengan cetak uang lalu kirimkan? Tidak semudah yang kalian bayangkan, perlu otak encer dan mental maling yang lebih tinggi lagi untuk melakukan trik semua itu.
Uang yang beredar di masyarakat harus sesuai dengan emas yang disimpan oleh bank. Itu semua sudah terjadi sejak zaman dulu, sejak masuk era reformasi peraturan itu mulai diacuhkan. Sehingga pada puncaknya tahun 1998, nilai Rupiah terjun bebas hingga saat ini.
Disamping itu, Indonesia pun harus melunasi hutang-hutangnya pada bank sentral dunia. Indonesia mengajukan anggaran hutang negara pada bank sentral dunia, bank sentral menyetujuinya dan mengirim angka-angka nominal yang dibutuhkan ke rekening Indonesia. Tapi saat pelunasan hutang tersebut kita tidak bisa hanya mengirimkan angka-angka seperti mereka tadi, Perlu adanya devisa yaitu sejumlah emas atau valuta asing yang bisa digunakan untuk transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima dan diakui luas oleh dunia internasional. Hebat bukan sistem yang mereka susun dengan sangat rapi ini.
Ketika kita mengajukan anggaran hutang, mereka kirimkan angka ke bank Indonesia. Dan ketika pelunasan hutang, kita disuruh membayar dengan devisa atau emas. Yang berarti mereka menciptakan uang dari udara hampa, dan kita disuruh membayarnya dengan mengeruk hasil bumi kita secara gratis.
“Bank menciptakan uang dari udara hampa, dan meminjamkannya dengan bunga yang tinggi. Kalian boleh tidak percaya atau meragukan ini, tapi seperti itulah kenyataan yang terjadi” ungkap Prof. Herman Daly_Former Senior World Bank Economist. Kita mengenal sebuah proses selama ini, kita menabung di bank, lalu bank meminjamkan uang dari uang yang kita tabungkan. Padahal itu dua hal yang berbeda, mereka tidak pernah melakukan itu. Mereka menciptakan angka-angka baru bagi mereka yang membutuhkan hutang baik rakyat atau negara yang memerlukan dengan syarat pengembalian dengan bunga.
Mereka menciptakan uang tanpa wujud dan mendapat uang dua kali lipat dengan berwujud dari keringat anda. Anda sedang diperas!. Begitulah sistem dzolim yang terorganisir sangat rapi ini. Belum lagi pinjaman uang Online dan sistem pembayaran Online yang sedang ngetren saat ini lebih mempermudah pihak otoritas keuangan untuk menciptakan uang dari udara hampa. Sehingga pada saatnya uang hanyalah angka, dan anda tidak memiliki bentuk fisik uang tersebut melainkan hanya angka-angka yang terus merosot nilainya. Itulah yang mereka sebut kaya dengan uang orang lain atau bahasa familiarnya “others People money”
Yah, mereka para bankir telah menciptakan sistem ini sejak lama, mereka membuat sebuah sistem yang terus berkembang besar seperti balon untuk membuat diri mereka kaya, maka tidak heran Menteri keuangan negara ini, Bu Susi mengatakan 99% kekayaan Indonesia dimiliki oleh 1% golongan. Dan 99% kekayaan di dunia juga dimiliki oleh 1% golongan dalam suatu wawancara di sebuah stasiun televisi.
Sistem moneter berupa balon ini akan terus membesarkan pundi-pundi keuangan mereka, sampai suatu saat balon yang terus membesar itu akan meledak dan sistem keuangan dollar sebagai mata uang dunia ini akan runtuh. Lalu bagaimana nasib uang anda selama ini?. Tidak terselamatkan, itulah jawabannya. Nilai mata uang yang selama ini kita gunakan akan runtuh, dan orang-orang tidak mau menggunakan mata uang itu lagi. Bankir bangkrut dan tidak bisa mengembalikan harta yang anda simpan. Kecuali anda mempunyai simpanan uang emas dan perak pribadi. Mereka tahu, tapi mereka tidak sebodoh itu memberi tahu keunggulan dan kerugian sistem ini
.
Rasulullah saw bersabda: “Akan tiba suatu masa pada manusia, pada masa itu tidak ada apapun yang bermanfaat selain dinar (uang emas) dan dirham (uang perak)” (Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal).
“Pada akhir zaman, manusia di masa itu semestinya memiliki dirham-dirham dan dinar-dinar untuk menegakkan urusan agamanya dan dunianya” (Hadits riwayat Imam Al-Tabrani sebagaimana terdapat dalam kitab Jami’u As-Saghir karya Imam As-Sayuti),
“Akan datang suatu zaman kepada manusia, barang siapa tidak mempunyai yang kuning (uang emas) dan yang putih (uang perak), maka tidak akan mendapatkan kemudahan dalam kehidupan.” (H.R. Ath-Thabrani dalam al-Kabir 17415 (20/278).
Yah, uang yang anda pegang selama ini hanya ilusi angka-angka yang menyihir anda seperti ilusi sihir ular di zaman Firaun. Tapi tongkat yang berubah menjadi ular sungguhan milik nabi Musa AS yang berasal dari Allah SWT memakan ular-ular tipuan penyihir Firaun. Sama halnya dengan ilusi semua sihir uang yang mereka buat di zaman modern ini, akan dikalahkan oleh wujud mata uang yang telah diciptakan oleh yang maha adil, yaitu dengan dinar dan dirham.
Jika anda mempunyai satu lembar uang 100 ribu Rupiah, dan membelanjakannya seekor ayam. Maka ayam tersebut lebih memiliki nilai daripada uang kertas anda, ayam dijual per-ekor atau dipotong-potong perbagian masih berharga. Bisa dijual jadi ayam geprek, ayam goreng kalasan dan lain sebagainya. Tapi uang kertas yang anda miliki, jika dipotong-potong perbagian maka tidak berharga lagi. Berbeda dengan emas dan perak, meski dipotong-potong perbagian maka tetap saja emas dan perak itu berharga.
Sekali lagi, saya katakan “anda sedang tersihir!.” Anda sudah tahu apa yang salah dan siapa yang salah. Jangan salahkan pemerintah karena mereka hanya menjalankan sistem. Tidak perlu ragu dan ditutup-tutupi lagi ada kekuasaan dibalik pemerintah yang mengendalikan negara dari balik layar. Penguasa asli negeri ini bukanlah pemerintah tapi mereka para pemilik modal dan bangkir.
Sebaiknya sebelum sistem uang kertas ini tumbang, dan kita kehilangan nominal uang yang kita miliki. Lebih baik persiapkan uang emas dan perak sejak dini. Karena uang kertas yang anda pegang tidak berharga tapi hanya dilabeli harga dengan rentetan angka dan nol diatasnya.
Lalu apa rencana mereka mendatang?.Wildan/red.
Comments