Dunia Hari IniOpini

Barak Militer : Solusi Utama Kenakalan Anak, Benarkah?

0

Belakangan ini, muncul gagasan program pendidikan karakter anak berbasis barak militer. Dengan tujuan membina anak-anak yang dianggap “nakal”, dengan pendekatan disiplin ala militer.

Hal ini menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat. Sehingga pertanyaan mendasar pun muncul, apakah program ini efektif dalam memperbaiki watak anak? Apakah barak militer menjamin kesehatan mental pada anak? Adakah solusi lain untuk menangani masalah ini?.

Oleh karena itu, tulisan ini akan mengajakmu untuk menyingkap tabir kontroversi seputar pendidikan karakter seorang anak dalam bingkai agama Islam.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa watak seorang anak cenderung terbentuk dari perilaku orang tuanya. Karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak dalam aspek kehidupan.

Jadi, kenakalan anak biasanya berasal dari masalah yang mendalam. Seperti kurangnya perhatian dari orang tua atau gangguan emosi yang sedang ia alami dan tidak di ketahui oleh orang tuanya.

Namun sangat disayangkan, sebagian orang tua lebih memilih untuk menitipkan anak  mereka di barak militer, karena merasa kesulitan dalam mendidik anak dalam rumah.

Sebagian orang tua juga berharap, bahwa dengan adanya program pendidikan karakter ke barak militer dapat memberikan dampak positif bagi anak-anak mereka di masa depan.

Di sisi lain, kritik terhadap program ini juga datang dari sebagian orang tua lainnya. Mereka beranggapan, bahwa pendekatan ala militer sering kali terfokus pada hukuman dan kedisiplinan, bukan pada pemahaman atau pemulihan emosi anak.

Bukannya menjadi lebih baik, program ini justru membuat anak menutup diri, membenci otoritas, atau mengalami ketakutan, kecemasan bahkan depresi.

Mungkin mengirim anak nakal ke barak militer memiliki tujuan yang baik, asalkan dilakukan dengan pendekatan uang bijaksana, terstruktur dan sesuai usia dan kondisi psikologis anak.

Namun, adakah solusi lain untuk menangani masalah ini?

Tentu saja ada, Rasulullah telah memberikan kita cara bagaimana mendidik anak sesuai dengan ajaran agama.

Mendidik anak ala Rasulullah melibatkan kasih sayang, keteladanan, kelembutan dan kebijaksanaan. Sebagaimana yang dijelaskan Syeikh Umar bin Ahmad Baradja, dalam kitabnya Akhlaq Lil Banin. Bahwasanya Rasulullah tidak pernah membentak sekalipun.

Mengutip dari NU Online, diriwayatkan bahwasanya Sayyidina Anas bercerita (HR. Imam Ahmad):

خدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ وَمَا كُلُّ أَمْرِي كَمَا يُحِبُّ صَاحِبِي أَنْ يَكُونَ مَا قَالَ لِي فِيهَا أُفٍّ وَلَا قَالَ لِي لِمَ فَعَلْتَ هَذَا وَأَلَّا فَعَلْتَ هَذَا

“Aku melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Tidak semua pekerjaanku sesuai dengan perintah beliau, (tapi) beliau tidak pernah berkata kepadaku (karena ketidak-becusanku) “ah/dasar”, dan tidak pernah (juga) berkata padaku, “kenapa kau lakukan ini?” dan “kenapa tidak kau lakukan (seperti) ini?”

Dalam konteks ini, Rasulullah sedang mendidik Sayyidina Anas dengan keteladanan. Sehingga, kesan yang didapatkan oleh beliau adalah kelembutan dan kemulian akhlak rasul.

Para ulama salaf juga telah menjelaskan kepada kita, bagaimana cara mendidik anak dengan benar. Dalam kitab Tatsbitul Fuad, karangan Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau menceritakan ada seseorang mengadukan anaknya kepada salah seorang sholihin, karena anaknya sering sekali bermain. Maka orang sholeh itu meraih tangan anak kecil itu dan berkata, ”pergi dan bermainlah.”

Lalu orang tuanya bertanya, ”Kenapa engkau sedih begitu?.” Ia menjawab, ”Biarkan ia puas bermain, karena sekarang adalah masanya. Kalau tidak, ia akan menuntutnya kelak bukan pada waktunya.”

Tidak hanya itu, Habib Segaf Baharun juga telah memaparkan kepada kita, kiat-kiat mendidik anak. Dalam buku beliau ”Anakku Investasi Akhiratku”.

Diantara kiatnya adalah, hendaknya orang tua memberikan sebuah teladan kepada anak-anak sebelum memerintahkannya kepada mereka. Sehingga dengan begitu, anak tersebut akan mudah meniru dan bersemangat untuk melakukannya. Karena sudah didahului oleh kedua orang tuanya.

Maka dari pemaparan di atas, salah satu solusi untuk memperbaiki perilaku anak adalah, dengan memasukannya ke pondok pesantren.

Dengan kultur pondok pesantren, anak bisa belajar akan pentingnya kedisiplinan dan tanggung jawab. Tanpa merasa dihukum atau dipaksa, melainkan anak akan dibimbing dengan penuh kasih sayang.

Tidak berhenti di situ, dalam pondok pesantren, anak juga akan bertemu dengan para pendidik yang menjadi panutan dalam berbagai hal. Seperti pengorbanan, kesabaran, keikhlasan, empati dan kasih sayang. Sehingga dengan adanya lingkungan yang mendukung, perilaku anak akan berubah dengan sendirinya.

Jadi kesimpulannya, mengirim anak ke barak militer bukanlah solusi utama dalam memperbaiki perilaku anak. Masih ada banyak cara untuk kita bisa memperbaikinya.

Diantaranya juga adalah dengan tidak menghakimi anak saat berbuat salah, tapi membimbingnya memahami kesalahannya dan tidak memberi hukuman yang menyakiti. Mungkin kata-kata dan nasehat memanglah berarti, tapi contoh keteladanan jauh lebih berarti dan melekat dalam hati.

Jadi, bagaimana menurutmu? Lebih baik mengirim anak ke barak militer atau memasukan anak ke pondok pesantren, ataukah kamu punya solusi lain untuk menangani masalah ini?

Tulis jawabanmu di kolom komentar yaa

(Agustian/red)

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Sejarah dan Rangkaian Hikmah Ibadah Kurban

Previous article

Janji Tuhan

Next article

Comments

Leave a reply