google-site-verification=p9qJozFAxhzGe34ILd9HveIilttSs1WdWWvHElDe9Xg
Bahasa ArabMenuju Hari Bahasa Arab Sedunia

Berapakah Mazhab Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab (Nahwu) ?

0

Apakah kamu pernah mendapati perbedaan pendapat ketika belajar Nahwu? Atau mendengar seseorang berbahasa Arab, namun tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang ada?

Sebelum kamu menganggap bahwa itu adalah hal yang salah, kamu harus tahu bahwa dalam ilmu Nahwu terdapat beberapa mazhab yang berbeda-beda, dan memiliki ciri khasnya masing-masing.

Ilmu tata bahasa Arab (Nahwu) sendiri, pertama kali dicetus oleh Abu al-Aswad, Zalim ibn Amr ibn Sufyan ad-Du’ali. Sebelum abad ke-2 Hijriyah, Ketika bangsa Arab tidak pernah mengenal, dan membutuhkan ilmu Nahwu, namun dikarenakan banyaknya orang non Arab yang masuk Islam, dan meluasnya kesalahan-kesalahan Gramatikal saat itu, maka ilmu tata bahasa sangatlah diperlukan.

Abu Aswad ad-Du’ali Pertama kali memperkenalkan penulisan dengan meletakkan baris (harokat), dan tanda-tanda bunyi pada setiap kata, Ia juga yang mencetus sistem titik pada huruf Arab. Sehingga pada abad ke-2 Hijriah ilmu Nahwu mulai berkembang, dan mencapai pada masa keemasan, sampai lahirlah ulama-ulama yang ahli dalam bidang tata bahasa Arab seperti Imam Sibawaih, al-Farahidi, dan al-Farra’.

Sepanjang masa perkembangaanya, muncul berbagai mazhab-mazhab tata bahasa Arab dengan karakteristik tersendiri. Berikut mazhab-mazhab yang muncul sepanjang masa perkembangan ilmu Nahwu:

Mazhab Basrah

Pergerakan mazhab ini berpusat di kota basroh, para ilmuwan yang ada di sana sangat dikenal sebagai ilmuwan yang memiliki karya-karya tata bahasa yang berkualitas, dan valid. Hal ini dikarenakan,

Pertama, kehati-hatian dan ketepatannya dalam memilih teks, sehingga jika mereka menemukan beberapa teks yang tidak sesuai dengan kaidah, mereka melakukan penafsiran, dan penilaian sehingga aturan mereka tetap utuh, dan tidak terganggu. Kedua, kemampuan unggul dalam menyimpulkan, dengan bukti-bukti rasional, langkah-langkah logis, dan alasan filosofis.

Mazhab kufah

Mazhab ini muncul sekitar satu abad setelah mazhab basroh dalam kegiatan tata bahasa, dan Kufah merupakan kota para ulama yang menggeluti bidang tata bahasa Arab yang berbeda dengan Basroh.

Mazhab Basroh sangat selektif terhadap bahasa, dan ungkapan orang Arab yang mereka dengar. Berbeda dengan mazhab Kufah yang lebih longgar dalam hal tersebut. Selain mengambil apa yang telah dibuat oleh mazhab Basrah, orang-orang kufah juga berpedoman pada ungkapan-ungkapan orang Arab yang sumbernya belum jelas. Sehingga mereka banyak memiliki bahasa-bahasa yang tidak populer (Nadir), dan lemah untuk dijadikan dalil dalam menetapkan kaidah bahasa.

Mazhab Baghdad

Mazhab Basroh, dan Kufah berakhir setelah para tokohnya berdatangan ke Baghdad, dan mengajarkan ilmu Nahwu kepada keluarga istana Dinasti Abbasiyah. Karakteristik mazhab baghdad terlihat dari usaha yang mereka lakukan dalam menetapkan kaidah Nahwu.

Selain itu mazhab Baghdad memiliki ciri khasnya sendiri diantaranya, pertama, kecenderungan terhadap pengambilan pendapat Basroh, seperti mereka membolehkan berfungsinya Masdar sebagaimana fungsi kata kerja.

Kedua, Kecenderungannya dalam mengambil pendapat Kufah, seperti memperbolehkan berlakunya kalimat seru (Nida’) dengan komposisi yang terdiri dari ’ya’nida’, dan isim makrifat dengan ’al”.

Ketiga, kaidah-kaidah Nahwu yang berasal dari ijtihad mereka sendiri mengenai ’I’rab Hal’

Mazhab Andalusia

Pada abad ke-7 Hijriah studi tata bahasa Arab di Andalusia mencapai puncaknya, sehingga menjadi sebuah mazhab tersendiri di bidang Nahwu. Sebagian ilmuwan mengatakan, bahwa munculnya mazhab Andalusia pada abad ke-6, dan ke-7 Hijriyah dipelopori oleh para ilmuwan yang sebelumnya telah mempelajari mazhab Basroh , Kufah, dan Baghdad.

Mazhab Andalusia dikenal memiliki objektivitas yang lebih presentatif, dan berhati-hati dalam menerbitkan teorinya. Pada tokohnya berpedoman kepada naskah Arab yang populer, dan otentik yang merujuk kepada Alquran, dan hadis. Juga prosa, dan syair yang diriwayatkan oleh para Fushaha.

Mazhab Mesir

Al-walad bin Muhammad At-tamimi Al-Bashori terkenal dengan sebutan ”al-Wallad”, Ia adalah ulama yang pertama kali mengajarkan Nahwu di Mesir. Sebelumnya Ia melakukan perjalanan ke Irak, dan belajar kepada al-Kholi 1 bin Ahmad.

Ilmu Nahwu dalam mazhab Mesir memiliki karakter, dan kecenderungan terhadap dua hal. Pertama, adanya pengaruh kuat dari mazhab Basrah yang banyak menggunakan al-Qiyas, al-Ushul, al-I’lal, dan al-Furu’. Kedua, sikap mereka yang tidak menolak terhadap Basrah maupun kufah, namun mereka menegaskan bahwa mazhab Mesir juga memiliki pandangan tersendiri dalam memecahkan berbagai persoalan Nahwu.

Demikian mazhab-mazhab dalam ilmu Nahwu di masa perkembangannya, yang dimana setiap mazhab tersebut memiliki karakteristik, dan ciri khasnya masing-masing. Mulai perkembangan, dan pemikiran ilmu Nahwu yang dipelopori oleh mazhab Basroh, dan dilanjutkan oleh mazhab Kufah telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan ilmu Nahwu dari masa ke masa.

Referensi: M. Kamal, Mazhab-Mazhab Sintaksis Bahasa Arab ”Nahwu”. (Jurnal Bina Ilmu Cendikia)

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Bahtsul Masail: Menjaga Tradisi, Menjawab Tantangan Zaman

Previous article

Bahasa Arab : Antara Ammiyah Dan Fushah ?

Next article

Comments

Leave a reply