Berkembangnya peradaban turut menuntut pula perkembangan sikap dan kebijaksanaan dalam menghadapi perubahan tersebut. Indonesia adalah negara yang dikenal dunia dengan tipikal penduduk ramah dan suka memberi hingga di ranah media social ( medsos ) pun warganya suka untuk memberi. Memberikan hadiah (giveaway) sebagai strategi berbagi sekaligus memanjat popularitas di dunia maya, dunia yang telah menjadi iconnya peradaban ini. semboyan yang sering di bawa oleh para giveawayers adalah teori sains simbiosis mutualisme mengutamakan aspek saling menguntungkan dari figure medsos dan para pengikut akun. Namun sedikit pembahasan akan mengungkap bahwa strategi tersebut memiliki dua mata pisau yang dapat mencederai mental bangsa.
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat konsumsi media sosial terbanyak di dunia. Dimulai tahun 2002 yang menempatkan Indonesia sebagai urutan ketiga terbesar pengguna media social diseluruh dunia sampai riset terakhir oleh wearesocial dan hootsuite yang mengatakan bahwa jumlah pengguna media social di indonesia telah mencapai 150 juta pengguna. Jumlah tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring meningkatnya fasilitas digital dan kemajuan tegnologi.
Besarnya jumlah tersebut dimanfaatkan oleh beberapa kelompok maupun individu untuk mendapatkan popularitas di dunia maya dengan tujuan mendapatkan penghasilan dari endorse maupun sponsor produk yang ia promosikan melalui akun medsos miliknya ataupun tujuan yang lain. Semakin besar jumlah pengikut medsos tersebut maka kepercayaan produsen juga semakin meningkat dan jumlah permintaan untuk promosi juga meningkat.
Strategi pemasaran yang paling sering digunakan untuk mendapat pengikut dalam waktu cepat dan jumlah besar adalah mengadakan Giveaway. Stratregi tersebut dianggap berhasil dalam menjaring pengikut karena menjanjikan iming-iming hadiah yang bernilai tinggi dengan syarat yang tidak begitu rumit dan dapat diikuti oleh semua orang tanpa kecuali. Masyarakat medsos tidak sedikit yang tertarik dan berbondong-bondong mengikuti event giveaway tersebut walaupun kadang disertai syarat mengikat untuk bisa mendapat kesempatan membawa pulang hadiah yang telah di janjikan.
Mirisnya, akhir-akhir ini giveaway menjadi metode yang sangat diandalkan oleh para konten creator sebelum naik menjadi sebuah akun viral. Dalam beberapa tahun terakhir giveaway lebih terlihat seperti strategi politik yang dulu pernah dipopulerkan oleh beberapa wakil negeri ini. Memberi dengan harap dapatkan feedback bukanlah mental ibu pertiwi yang tersohor di dunia sebagai negeri ramah dan suka memberi. Namun bukanlah politik yang menjadi pokok pembahasan kita pada tulisan ini, karena kita hanya berfikir pada ranah ringan sekedar untuk proteksi diri dan berfikir dari lain sisi.
Giveaway telah merusak algoritma system, contohnya saja dalam kanal youtube banyak orang melihat sebuah konten bukan berdasarkan kualitas melainkan hanya ingin mendapat undian hadiah. Akibatnya banyak konten sampah non faedah yang tersebar dan mengesampingkan isi konten itu sendiri. Mengabaikan seni dan kreatifitas yang dalam jangka Panjang ketika metode seperti ini terus berlanjut dan semakin popular maka bangsa ini akan kehilangan daya saing dalam pembuatan konten kreatif. Padahal ekonomi digital sebagai ekonomi kreatif telah masuk dalam rencana pengembangan ekonomi Indonesia dalam jangka Panjang. Kreativitas akan mendorong inovasi yang menciptakan nilai tambah lebih tinggi, dan pada saat yang bersamaan ramah lingkungan serta menguatkan citra dan identitas budaya bangsa.
Demikian pokok sambutan Presiden Joko Widodo ketika membuka acara Temu Kreatif Nasional, Selasa (4/8) di Tangeramg Selatan, Banten.
Giveaway menyebabkan akun kecil dengan lowbudget tidak akan dapat berkembang dan bersaing secara sehat sehingga posisi puncak tidak tercipta dari kualitas melainkan banyaknya modal yang ia keluarkan untuk menduduki kursi tersebut. Menurut kaidah muamalah sendiri praktek giveaway juga masih menimbulkan banyak polemik mulai dari jenis akad yang digunakan, adanya ghoror dan maisir serta system undian atau penetapan pemenang itu sendiri. Tidak ada aturan maupun jaminan kepada peserta giveaway bahwa giveaway tersebut benar-benar jujur dalam pelaksanaannya. Namun ulama kontemporer masih belum mengategorikan praktek giveaway sebagia kategori haram.
Islam mengajarkan kita untuk ikhlas dalam berbagi tanpa ada harapan akan mendapat feedback atau timbal balik. Dari Abu Hurairah, RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya …(dan disebutkan salah satu dari mereka)… dan laki-laki yang bersedekah kemudian menyembunyikan sedekahnya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya” (HR. Bukhari & Muslim). Begitu banyak keutamaan tentang ikhlasnya berbagi teramat sayang jika di tukar dengan popularitas dan ketenaran dunia. –syahrul/red.
Comments