ArtikelKolomRedaksi

Fakta Hari Sumpah Pemuda

0

Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober menjadi momen penting dalam sejarah panjang kemerdekaan Indonesia. Melalui peristiwa ini, para pemuda dari berbagai daerah dan suku bangsa berikrar untuk bersatu dalam satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yang sama.

Dalam proses perumusan Sumpah Pemuda terdapat beberapa fakta unik yang telah Dalwa berita rangkum dari beberapa sumber. Simak penjelasannya berikut ini.

  1. Teks Pemuda Dirumuskan Oleh Satu Orang

Dikutip dari buku Multidimensi Ketahanan Nasional oleh M. Bambang Pranowo, rumusan teks Sumpah Pemuda ditulis oleh Mohammad Yamin di sebuah kertas saat mendengarkan pidato dari Mr. Sunario pada hari terakhir kongres.

Hebatnya, tak butuh waktu lama bagi Mohammad Yamin untuk merumuskan Ikrar Sumpah Pemuda yang kemudian ia serahkan kepada ketua kongres, Soegondo Djojopoespito. Rumusan yang menjadi Ikrar Sumpah Pemuda selanjutnya dibacakan oleh Soegondo dan dipaparkan oleh Mohammad Yamin yang kemudian disahkan sebagai Sumpah Pemuda.

Mohammad Yamin (sedang membaca buku) bersama kelompoknya. Sumber: Wikipedia

Dikutip dari detikEdu, satu-satunya tokoh yang merumuskan ikrar Sumpah Pemuda yakni Muhammad Yamin.

Perumusan tersebut disampaikan setelah waktu istirahat rapat ketiga Kongres Pemuda II, yang dilangsungkan pada 28 Oktober 1928. Rumusan tersebut diberikan kepada Soegondo Djojopoespito, tepatnya saat Soenario Sastrowardoyo menyampaikan pidatonya.

Rumusan dari Muhammad Yamin pun disetujui. Ikrar Sumpah Pemuda menjadi hasil keputusan Kongres Pemuda II.

PERTAMA KAMI POETRA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAJ JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA.

KEDUA KAMI POETRA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.

KETIGA KAMI POETRA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.

Peserta Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 di halaman depan Gedung IC, Jl. Kramat 106, Jakarta. Sumber: Dok. Kompas

  1. Tiga Kali Rapat di Tiga Gedung Berbeda

Kongres Pemuda II yang berlangsung tanggal 27 dan 28 Oktober 1928, ternyata digelar di tiga tempat yang berbeda. Mengutip situs resmi Museum Sumpah Pemuda, pada hari Sabtu, 27 Oktober pelaksanaan Kongres Pemuda II tersebut dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB), yang ada di lapangan Banteng. Dalam rapat pertama ini, Mohammad Yamin menyampaikan pemikirannya tentang pentingnya persatuan bangsa Indonesia, karena persamaan kultur, bahasa dan hukum adat.

Lalu rapat kedua berlangsung pada hari Minggu, 28 oktober di Gedung Oost-Java Bioscoop. Rapat ini membahas mengenai pengenyaman pendidikan bagi rakyat Indonesia, khususnya anak-anak agar memiliki karakter cinta Tanah Air.

Rapat ketiga dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jl. Kramat Jakarta Pusat pada Minggu, 28 Oktober. Rapat ketiga menjelaskan pentingnya kepaduan bagi negara.

Gedung Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, Rabu (3/11/1976) Sumber: KOMPAS/JB SURATNO .

  1. Mayoritas Menggunakan Bahasa Belanda

Mengutip laman resmi Bawaslu, sebagian pembicara dalam Kongres Pemuda II menggunakan bahasa Belanda, misalnya Siti Soendari yang turut menyampaikan pidatonya dalam kongres itu. Selain itu, notulen rapat pun ditulis menggunakan Bahasa Belanda. Meski begitu, ada juga yang mahir berbahasa Melayu yakni Mohammad Yamin. Ia bertugas sebagai sekretaris dan menerjemahkan pidato serta kesepakatan sidang ke dalam bahasa Melayu.

  1. Sumpah Pemuda Awalnya Tidak Memiliki Nama

Masih mengutip laman yang sama, meski telah dibacakan saat kongres rumusan ikrar yang ditulis oleh Mohammad Yamin itu tidak memiliki judul tertentu. Istilah Sumpah pemuda baru muncul setelah kongres berlangsung beberapa hari.

  1. Lagu Indonesia Raya Pertama Kali Diperdengarkan

Dikutip dari laman Kemdikbud, pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubgebouw lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan oleh WR Supratman menggunakan alat musik biola tanpa lirik. Hal itu mendapat sambutan antusias dari seluruh peserta kongres.

Diorama WR Supratman memainkan biola menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam Kongres Pemuda II di Museum Sumpah Pemuda. Sumber: ANTARA/Dewanto Samodro

WR Supratman menciptakan lagu Indonesia raya tersebut dalam tiga bait (stanza). Dari ketiganya, stanza pertama jauh lebih populer dan dihafal masyarakat Indonesia daripada kedua dan ketiga.

  1. Tidak Boleh Ada Kata Merdeka

Saat kongres berlangsung peserta tidak boleh menyuarakan kata merdeka karena dijaga ketat oleh kepolisian Belanda. Larangan penggunaan kata merdeka pada saat itu juga turut menjadi alasan lagu Indonesia Raya yang dibawakan oleh WR Supratman hanya diiringi biola tanpa menyertakan syair.

  1. Gedung Kongres Pemuda II Dijadikan Museum

    Museum Sumpah Pemuda yang berada di Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat sumber: ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

Dikutip dari laman Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud, Kongres Pemuda dilangsungkan di sebuah gedung Indonesische Clubgebouw di jalan Kramat Raya nomor 106, Jakarta Pusat. Pada tanggal 3 April 1973, gedung tersebut dipugar oleh Pemda DKI Jakarta. Pemugaran selesai pada 20 Mei 1973. Akhirnya, Gedung Kramat 106 dijadikan museum dengan nama Museum Sumpah Pemuda.

  1. Ditetapkan Jadi Hari Nasional Oleh Presiden Soekarno

Sejak tahun 1959 dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.

Itulah beberapa fakta menarik tentang sumpah pemuda.

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Ribath Darul Musthofa Tarim Jalin MoU dengan UII Dalwa, Tingkatkan Manfaat Keilmuan

Previous article

Tetapkan KKN Internasional UII Dalwa di Thailand, The Islamic Committee Office of Songkhla Thailand Datangi Dalwa

Next article

Comments

Leave a reply