Arya BonanzaberitaEvent PondokRedaksi

Ittihad ‘Alawiyyin Dalwa Adakan Haul Habib Muhammad bin Husain Alaydrus (Habib Neon)

0

Bangil, Dalwa Berita – Ittihad ‘Alawiyyin (Himpunan santri keturunan bani ‘Alawi) Dalwa menggelar acara Haul Habib Muhammad bin Husain Alaydrus, yang bertempat di belakang Dalwa Hotel Syariah, Kamis malam (28/11/24)

Para ‘Alawiyyin (sapaan untuk para keturunan ‘Alawi) mengawali acaranya dengan berziarah ke makam pendiri pesantren Dalwa yakni Abuya Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun sebelum nantinya mereka melaksanakan kegiatannya di belakang Dalwa Hotel Syariah.

Kegiatan ini, dihadiri oleh Al-Habib Husain al-Kaff, Habib Muhammad bin Mustofa Asseggaf, dari kota Sewun, Hadramaut, Yaman serta jajaran asatizah bani Alawi yang ada di Ponpes Dalwa. Turut hadir pula pada kesempatan ini ketua dan wakil Ittihad ‘Alawiyyin Sayyid Husein bin Segaf Baharun serta Sayyid Hasan bin Abuya Zein Baharun yang menambah syahdunya kegiatan ini.

Acara yang diikuti sekitar 300 santri tersebut dilanjutkan dengan pembacaan maulid Simtudduror, serta sambutan-sambutan dari perwakilan Asatizah, juga dari ketua pelaksana. Dan dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Habib Muhammad Alaydrus.

Habib Ali Al- Haddad sebagai perwakilan asatizah mengingatkan dalam sambutannya, untuk senantiasa memasang niat yang baik dalam menuntut ilmu agar bisa memperjuangkan agama yang dibawa Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam.

“Maka pasang niat yang baik, dalam menimba ilmu, la siyyama antum min ahlibaitinnabi, wamin ahli baitinnabi, (terlebih kalian adalah kelaurga nabi), kata Imam Haddad apa, ‘Jadilah kamu seperti ayahmu dan datuk-datuk mu’. Semoga antum sebagai penerus Sadatuna Ba’alawi, meneruskan perjuangan dari datuk-datuk kalian dan memperjuangkan agama yang dibawa baginda nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam,” ujarnya.

Acara tersebut dilanjutkan dengan penampilan Hajir Marawis yang diikuti segenap Alawiyyin yang hadir pada saat itu.

Habib Syauqi Al-Muhdor sebagai ketua pada acara kali ini merasa sangat senang dan mengungkapkan bahwa acara yang dilaksanakan kali ini berjalan lancar sesuai yang diharapkan.

“Alhamdulillah meriah, sukses, semua acara berjalan lancar, dari asatizahnya hadir semua dari panitianya pada semangat, dan para hadirin juga semangat dari awal hadir,” paparnya.

Acara tersebut ditutup dengan makan bersama keluarga besar Alawiyyin Ponpes Dalwa.

Sekelumit biografi Habib Muhammad bin Husain Alaydrus

Habib Muhammad lahir di Tarim, Hadramaut, pada 1888 M. Meski beliau adalah seorang waliyullahkaramahnya tidak begitu nampak di kalangan orang awam. Hanya para ulama atau wali yang arif sajalah yang dapat mengetahui karamah Habib Neon (sapaan untuk beliau). Sejak kecil beliau mendapat pendidikan agama dari ayahanda beliau, Habib Husein bin Zainal Abidin Alaydrus. Menjelang dewasa beliau merantau ke Singapura selama beberapa bulan kemudian hijrah ke ke Palembang, Sumatra Selatan, berguru kepada pamannya, Habib Musthafa Alaydrus, kemudian menikah dengan sepupunya, Aisyah binti Musthafa Alaydrus. Dari pernikahan itu beliau dikaruniai Allah tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan.

Tak lama kemudian beliau hijrah bersama keluarganya ke Pekalongan, Jawa Tengah, mendampingi dakwah Habib Ahmad bin Tholib Al-Atthas. Beberapa waktu kemudian beliau hijrah lagi, kali ini ke Surabaya. Ketika itu Surabaya terkenal sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan awliya, seperti Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhor, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya.

Selama mukim di Surabaya, Habib Muhammad suka berziarah, antara lain ke makam para wali dan ulama di Kudus, Jawa Tengah, dan Tuban, Jawa Timur. Dalam ziarah itulah, ia konon pernah bertemu secara ruhaniah dengan seorang wali kharismatik, (Alm) Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, Gresik.

Terbuka bagi siapa saja
Seperti halnya para wali yang lain, Habib Muhammad juga kuat dalam beribadah. Setiap waktu beliau selalu gunakan untuk berdzikir dan bershalawat. Dan yang paling mengagumkan, beliau tak pernah menolak untuk menghadiri undangan dari kaum fakir miskin. Segala hal yang beliau bicarakan dan pikirkan selalu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran agama, dan tak pernah berbicara mengenai masalah yang tak berguna.

Beliau juga sangat memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh orang lain. Itu sebabnya, setiap jam 10 pagi hingga waktu Dhzuhur, beliau selalu menggelar open house untuk menemui dan menjamu para tamu dari segala penjuru, bahkan dari mancanegara. Beberapa tamunya mengaku, berbincang-bincang dengan dia sangat menyenangkan dan nyaman karena wajahnya senantiasa ceria dan jernih.

Dijuluki Habib Neon

Suatu malam, beberapa tahun lalu, ketika ribuan jamaah tengah mengikuti taklim di sebuah masjid di Surabaya, tiba-tiba listrik padam. Tentu saja kontan mereka risau, heboh. Mereka satu persatu keluar, apalagi malam itu bulan tengah purnama. Ketika itulah dari kejauhan tampak seseorang berjalan menuju masjid.  Beliau mengenakan gamis dan sorban putih, berselempang kain rida warna hijau.

Begitu beliau masuk ke dalam masjid, aneh bin ajaib, mendadak masjid terang benderang seolah ada lampu neon yang menyala. Padahal, Habib Muhammad tidak membawa obor atau lampu. Para jamaah terheran-heran. Apa yang terjadi? Setelah diperhatikan, ternyata cahaya terang benderang itu keluar dari tubuh sang habib. Bukan main! Maka, sejak itu sang habib mendapat julukan Habib Neon …

Mujahadah beliau

Di antara laku mujahadah (tirakat) yang dilakukannya ialah berpuasa selama tujuh tahun, dan hanya berbuka dan bersantap sahur dengan tujuh butir korma. Bahkan pernah selama setahun beliau berpuasa, dan hanya berbuka dan sahur dengan gandum yang sangat sedikit. Untuk jatah buka puasa dan sahur selama setahun itu beliau hanya menyediakan gandum sebanyak lima mud saja. Dan itulah pula yang dilakukan oleh Imam Gahazali. Satu mud ialah 675 gram. ”Aku gemar menelaah kitab-kitab tasawuf. Ketika itu aku juga menguji nafsuku dengan meniru ibadah kaum salaf yang diceritakan dalam kitab-kitab salaf tersebut,” katanya.

Habib Neon wafat pada 30 Jumadil Awwal 1389 H / 22 Juni 1969 M dalam usia 71 tahun, dan jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pegirikan, Surabaya, di samping makam paman dan mertuanya, Habib Mustafa Alaydrus, sesuai dengan wasiatnya. Setelah beliau wafat, aktivitas dakwahnya dilanjutkan oleh putranya yang ketiga, Habib Syaikh bin Muhammad Alaydrus dengan membuka Majelis Burdah di Ketapang Kecil, Surabaya. Haul Habib Neon diselenggarakan setiap hari Kamis pada akhir bulan Jumadil Awal.Bonanza/red

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Dalam Rangka Monev PTKIS, Kopertais Wilayah IV Surabaya Kunjungi Dalwa

Previous article

Ponpes Dalwa Gelar Donor Darah, Tembus Hingga 400 Peserta

Next article

Comments

Leave a reply