AfdillahArtikelBiografi

Kisah Sayyid Husein Al-Mutahar Dan Pendirian Paskibraka

0

Peringatan Hari Kemerdekaan RI selalu ditandai dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka. Akan tetapi ada hal yang jarang diketahui dari Paskibraka ini yakni ternyata pencetus pertama kali Paskibraka ini merupakan seorang Sayyid bermargakan Al-Mutahar.

 

Namanya ialah Husein Mutahar atau Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim al-Mutahar adalah seorang negarawan dalam masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Sosok yang lahir di Semarang, 5 Agustus 1916 lahir dari keluarga Arab-Indonesia yang mapan dan termasuk kelompok sayyid atau keturunan Nabi Muhammad. beliau dikenal sebagai seorang komponis musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu nasional dan kepanduan. Beberapa lagu ciptaan Sayyid Husein Mutahar yang populer adalah Syukur (diperkenalkan Januari 1945), Hari Merdeka (17 Agustus tahun 45 itulah hari kemerdekaan kita) (1946), dan Hymne Pramuka (1964). Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku, menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia. Selain dikenal sebagai komponis, Sayyid Husein Mutahar juga berjasa dalam membentuk Paskibraka dan menyelamatkan bendera Pusaka pada 1948.

Berbicara mengenai Paskibraka, ada cerita sejarah panjang yang mengiringi perjalanannya hingga saat ini.

Bagaimana sejarah Paskibraka?

Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI yang pertama, tanggal 17 Agustus 1946 di halaman Istana Negara (Gedung Agung) Yogyakarta .

Melansir dari laman rri.co.id Gagasan Paskibraka muncul pada tahun 1946, beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden Soekarno memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, dihalaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.

Pada saat itulah, di benak Sayyid Husein Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa. Tetapi karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera pusaka di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Sayyid Husein Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI yang pertama, tanggal 17 Agustus 1946 di halaman Istana Negara (Gedung Agung) Yogyakarta . Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 1967, Sayyid Husein Mutahar dipanggil presiden saat itu, Soeharto, untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:

  • Pasukan 17 / pengiring (pemandu),
  • Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
  • Pasukan 45/pengawal.

Dilihat dari kelompoknya, formasi paskibraka sesuai dengan tanggal 17-8-45, hari kemerdekaan Indonesia.

Istilah yang digunakan dari tahun 1967 sampai tahun 1972 masih Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Baru pada tahun 1973, Idik Sulaiman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka.

Berkat Husein Mutahar, Paskibraka selalu dipakai untuk mengibarkan Bendera Pusaka Indonesia setiap 17 Agustus

Menyelamatkan Bendera Pusaka

Sayyid Husein Mutahar juga dikenal sebagai orang yang berjasa saat menyelamatkan bendera Indonesia pada awal kemerdekaan. Sayyid Husein Mutahar mendapat perintah dari Presiden Soekarno untuk menyelamatkan Bendera Pusaka Indonesia karena saat itu Belanda sedang melancarkan Agresi Militer ke-2. Saat agresi berlangsung, Yogyakarta dalam keadaan yang sulit karena menjadi sasaran untuk dikuasai Belanda. Yogyakarta pun akhirnya dikuasai Belanda, sedangkan Presiden Soekarno dan Muhammad Hatta diasingkan ke Pulau Bangka. Sayyid Husein Mutahar tak berpikir dua kali saat mendapat perintah untuk menyelamatkan Bendera Pusaka Indonesia. Dalam menyelamatkan bendera Pusaka, Mutahar mendapat bantuan dari seorang yang bernama Pernadinata. Berkat Sayyid Husein Mutahar, Bendera Pusaka Indonesia berhasil berkibar lagi pada 17 Agustus 1949 atau sebulan setelah Agresi Militer Belanda ke-2 berakhir.

Atas jasanya menjaga Bendera Pusaka, Sayyid Husein Mutahar mendapatkan anugerah Bintang Mahaputera pada 1961. Wafat Setelah mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa Indonesia, Sayyid Husein Mutahar meninggal di Jakarta pada 9 Juni 2004, di usia 88 tahun. Sayyid Husein Mutahar kemudian dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Cerita Mahasantri Baru Di Masa Pra-PKKMB

Previous article

Terus Tebarkan keilmuan di Dalwa, Kali Ini Prof. Alwi Ingatkan Metode Ajar Salaf

Next article

Comments

Leave a reply