Ketika memasuki bulan Dzulhijjah, mata akan menerawang kepada dua peringatan hari besar Islam, yakni melaksanakan rukun Islam ke lima, haji dan hari raya kurban. Dua ibadah ini sering kita lihat pada tiap tahunnya dari keluarga yang berangkat haji atau menyembelih kurban saat hari rayanya.
Pada hari raya kurban, Allah mengajarkan kepada kita untuk mengeluarkan sedikit harta untuk merayakan hari kebahagian pada hari raya tersebut dengan membagikan daging kurban kepada tetangga terdekat sebagai media mempererat persaudaraan sesama muslim. Juga sebagai pembersih harta yang dimiliki, karena di antara harta yang dimiliki ada hak yang dimiliki oleh orang lain. Jadi berkurban menjadi media untuk menyalurkan harta tersebut.
Berkurban juga merupakan tanda cintan hamba kepada Allah yang telah memberikan kepadanya kenikmatan setiap saat. Sebagaimana cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah Tuhan semesta alam. Tertuang dalam Al-Qur’an kisah yang sangat inspiratif serta memberi pelajaran kepada manusia di muka bumi ini. Berawal dari mimpi yang Allah wahyukan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya yang ia cintai nan soleh itu, Nabi Ismail. Dengan ketakwaannya, Nabi Ibrahim menjalankan apa yang Allah wahyukan kepadanya dan anak soleh yang dimilikinya menerima apa yang telah diperintahkan Allah kepada ayahnya itu. Inilah bukti cinta Nabi Ibrahim kepada Tuhan semesta alam. Siap melaksaankan perintahnya dengan menyembelih putranya. Tapi semuanya itu adalah cara Allah untuk menguji seberapa besar nilai takwa pada hati Nabi Ibrahim dengan kadar cinta kepada anaknya yang patuh kepada Allah. Sebagai gantinya, Allah menurunkan seekor domba yang gemuk sebagai ganti dari pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Ini adalah tanda takwa dan cinta Nabi Ibrahim kepada Allah. Tapi, bagaimana tanda cinta kita sebagai hamba yang tiap hari diberi bermacam kenikmatan tak terhingga sehingga sering lupa, dan ingat ketika diberi macam cobaan. Ini adalah tolak ukur kita, seberapa besar cinta kita kepada Allah melebih apa yang Allah berikan kepada kita. Dengan hari raya kurban ini juga merupakan momentum umat muslim dunia untuk membuktikan cinta kita kepada Allah lewat hari raya kurban ini.
Dalam berkurban bukan hanya menyembelih hewan, tapi di sana juga tersimpan banyak keutamaan. Salah satunya membuang sifat kikir di hati dan mengganti dengan sifat dermawan. Kemudian, hewan kurban yang disembelih nantinya akan menjadi kendaraan ketika melewati jembatan shiratulmustaqim di hari kiamat. sebagaimana yang disabdakan Rasullah dalam hadist yang artinya:
“Tiada suatu amalan yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya Kurban, yang lebih dicintai Allah selain daripada menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu pada hari kiamat kelak akan datang berserta dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima disisi Allah, maka beruntunglah kamu semua dengan (pahala) kurban itu,” (HR.Al-Tarmuzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Maka dari itu barang siapa yang berkurban maka ia sudah menyiapkan kendaraan nanti di hari kiamat kelak.
Di balik indahnya hari kurban, Allah mengajarkan bahwa apa yang dimiliki manusia pada akhirnya akan kembali kepada pemiliknya, yaitu Allah. Semuanya hanya titpan dari Allah sebagai cobaan untuk manusia. Seperti halnya kisah di atas, harta yang kita miliki juga seperti itu, titpan dari Allah. Apakah di dalam harta yang Allah berikan ada keberkahanya atau tidak? Di saat inilah puncaknya. Ketika seseorang mengeluarkan hartanya untuk berkurban maka pada harta sersebut tersimpan keberkahan. Begitu pula sebaliknya, bila seseorang enggan mengeluarkan hartanya untuk berkurban sudah barang pasti pintu keberkahan di hartanya Allah tutup untuknya.
Banyak kita lihat kisah seseorang yang rela menabung untuk membeli hewan kurban yang akan dikurbankan saat hari raya nantinya. Padahal, kehidupannya pas-pasan tapi ia punya himmah yang kuat untuk berkurban, akhirnya Allah mudahkan semuanya. Ada juga dari mereka yang hartanya melimpah ruah tapi untuk berkurban ia tak mampu. Ini adalah bentuk cinta harta dunia melebihi dari cinta kepada Sang Pemilik harta, Allah subhanallah ta’ala.
Sifat manusia emang harus dipaksa dan ketika melakukan sesuatu harus ada imbalan di balik perkerjaaannya. Seperti halnya melakukan salat lima waktu, bila Allah tak mewajibkan setiap muslim melaksanakannya mungkin tak ada yang akan melaksanakannya dan juga seperti halnya bersedekah dan berpuasa. Kita tak akan mengerjakannya kecuali hal itu memang Allah wajibkan setiap insan yang muslim dan apabila melanggarnya, maka akan mendapatkan dosa yang akan dipertanggungjawabkan di yaumul hisab nanti. Inilah sifat manusia. Kikir, boros, dan suka menyimpan harta kekayaan. Ketika harta itu Allah ambil, baru ia mengakui kesalahannya selama ini.
Biarpun bekurban ibadah bernilai sunnah, tapi di balik semua itu tersimpan banyak kemanfaatan. Di antaranya, kita akan terbiasa mengeluarkan harta tanpa ada sedikitpun dalam hati rasa memilikinya karena harta yang kita miliki akan kembali kepada pemiliki yang haq dan mempererat persaudaraan kita sesama insan muslim.
Di ajang inilah kita kembali mempererat persaudaraan dengan membagikan daging kurban yang masih segar ke tetangga samping rumah atau makan bareng keluarga di hari raya penuh bahagia itu. Hati senang pahala pun mengalir deras dan kita mendapatkan dua keutamaan di hari itu, berkurban karena Allah dan menyambung tali silaturahmi.
Perintah Allah tak mungkin tidak ada manfaatnya. Hanya saja kita yang tak mengerti cara yang Allah berikan seperti apa. Kita wajib mensyukuri apa yang Allah berikan sekarang. Mungkin tahun ini kita tak bisa melaksanakan kurban. Tapi bersungguhlah untuk tahun depan bahwa kita bisa menunjukkan tanda cinta kita kepada Sang Khaliq dengan berkurban.Ilham/red.
Comments