Sebelum dikeluarkannya Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945, secara pribadi Hadratussyaikh K.H. Hasyin Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad yang berbunyi 1.Hoekoemnja memerangi orang kafir jang merintangi kepada kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardoe ‘ain bagi tiap2 orang Islam jang moengkin meskipoen orang fakir.2. Hoekoemnja orang jang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplot2nja, adalah mati sjahid. 3. Hoekoemnja orang jang memetjahkan persatoean kita sekarang ini wadjib diboenoeh.
Singkat cerita pada saat pertempuran 10 November, pimpinan tentara Inggris terbunuh ditangan seorang santri yang bernama Hasan, dan yang mengibarkan bendera Indonesia di hotel Mahkota adalah seorang santri juga yang bernama Asy’ari. Meskipun dengan senjata yang sederhana berbanding dengan senjata lengkap miliki sekutu, para santri tidak putus semangat,dengan semangat jihad fisabilillah, mereka rela mati demi memperjuangkan negeri Indonesia dari para penjajah.
Dan sekarang di era globalisasi ini, apa yang bisa santri lakukan? Kalau dulu santri memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, apa yang sekarang kita perjuangkan ? hakekatnya penjajahan zaman sekarang masih ada, hanya bentuk dan caranya yang berbeda, kalau dulu mereka menjajah kita secara fisik, sekarang penjajahan dalam bentuk penjajahan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Meskipun Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam yang melimpah tapi kita masih sering mengimpor dari negera lain, pengelolaan yang belum maksimal. Panggung perpolitikan kita dipenuhi dengan orang-orang yang hanya memikirkan perutnya sendiri, menyengsarakan rakyatnya sendiri. Budaya kita banyak dipengaruhi budaya-budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya keislaman dan ketimuran yang identik dengan negara kita.Meminjam istilah Bung Karno “ perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. “
Disinal santri bisa berperan, santri yang identik dengan ilmu agama, akhlak yang baik, dan lebih terjaga dibanding dengan pelajar-pelajar non santri. Indonesai butuh generasi muda yang tidak terpengaruh dengan budaya asing, bisa memfilter budaya luar, mengambil yang baik dan membuang yang buruk, sesuai dengan hakekat seorang santri itu sendiri.
Santri harus melek teknologi, dizaman persaingan media ini, santri harus mengambil perannya dalam mengisi,memproduksi, dan mengolah teknologi informasi. Karena untuk sekarang, yang menguasai media adalah barat baik di media televisi, koran, majalah,medsos dsb. Karena siapa saja yang menguasai media, dialah yang bisa mengatur berita,pola pikir dan sikap masyarakat dunia.
Santri harus bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Perdebatan dalam masalah furu’iah yang menimbulkan perpecahan harus dihindari, sekarang saatnya santri berfikir maju kedepan, santri memiliki pondasi ilmu yang mumpuni ditambah dengan perilaku yang sopan dan santun, jauh dari hal-hal negatif seperti tawuran, narkoba dan lainnya, menjadi modal besar untuk bisa membawa negara Indonesai ke gerbang kemajuan.
Sejarah telah membuktikan, bahwa santri tidak bisa lepas dari Indonesia, adanya santri adanya Indonesia, kalau bukan karena jasa para santri,mungkin kita tidak bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan seperti sekarang ini. Dan image santri yang negatifpun semakin lama semakin hilang, banyak santri yang menjadi Ulama, Ilmuwan, Politikus, Tentara,Dokter d
an berbagai profesi lainnya.
Harus ada dari dari kalangan santri yang tetap fokus membimbing umat dengan menjadi ulama, tapi harus ada juga santri yang bisa mengisi segala lini kehidupan, mewarnai, mengisnpirasi, berkontribusi demi terwujudnya negara yang maju disertai dengan nuansa keagamaan yang kental, saatnya menjadi Santri Nusantara yang Berkemajuan. M.Kholid
Comments