Sejak awal, umat Islam di Indonesia ini adalah Ahlussunnah Waljamaah, tapi kebanyakan masih awam, dulu, walaupun akidah umat awam, para kyai aktif membuat pujian pujian Ahlussunnah Waljamaah sebelum sholat seperti wujud qidah baqa, dulu juga setiap setelah maghrib ada pengajian di mushalla, langgar, masjid tapi semua ndak ikut, Cuma yang rajin rajin, waktu saya masih kecil, saya masih ingat, kemudian aliran baru masuk, banyak orang yang terpengaruh. Tapi masih Ahlussunah meski mayoritas awam.
Bagaimana peran pesantren dalam pemantapan aqidah ?
Peran pesantren sangat bagus, karena sampai saat ini, yang berperan aktif ditengah tengah masyarakat, yang mengajarkan ahlussunah dengan ikhlas tanpa pamrih adalah anak-anak pondok, mimpin yasinan mimpin tahlil, sebelum yasinan tahlilan menyampaikan ceramah sedikit-sedikit, kadang membuka majlis ta’lim itu anak-anak pondok, saya kira sangat bagus. Cuman tinggal ditingkatkan, daerah daerah yang belum ada ustadz perlu diadakan ustadz, karena walaupun pesantren ramai seperti ini, di Dalwa sekian ribu, di Sidogiri sekian ribu, setelah pulang, biasanya hanya lima persen yang aktif dalam dakwah, dari seratus orang hanya lima orang yang aktif dakwah. Itu ada yang sibuk dagang, sibuk tani, dan lainnya. Jadi perlu pengembangan.
Di era media sosial, bagaimana kita menyikapinya Ustadz?
Jadi orang berdakwah itu perlu mengikuti perkembangan zaman, jadi setiap kita punya akses, kita harus menyampaikannya disana, sekarangkan banyak masyarakat yang punya facebook, twiter, youtube, ya kita dakwahnya lewat facebook, twiter, youtube, Karenanya para ulama kita dulu, pada zaman itu media dakwah adalah buku, maka para ulama kita tidak pernah berhenti menulis buku untuk dakwah, jadi emang kita yang harus ngisi itu, dan kita harus aktif, ada radio kita bikin radio, ada televisi ya kita siapkan masyarakat televisi dakwah. Orang orang diluar kita banyak yang aktif masalah itu, jadi semua sarana media, mereka jadikan sarana dakwah mereka, kita tidak boleh kalah dengan mereka.
Pandangan antum, apa kelemahan kita dibanding mereka?
Kelemahan kita dari mereka kalau saya perhatikan. Jadi kita buat sesuatu kurang terencana, tapi tidak semua, ada sebagian orang-orang kita yang aktif dakwah kemana-mana, bikin radio, kalau alumni Dalwa yang popular kan Buya Yahya, mungkin beliau lebih dikenal daripada Dalwanya, jadi seperti beliau ini kan jarang. Kelemahan kawan kawan kita ini, kurang bisa memanfaatkan kesempatan dan peluang d
alam berdakwah. Kalau kelemahan banyaklah.
alam berdakwah. Kalau kelemahan banyaklah.
Kalau kelebihan kita daripada mereka , bagaimana pandangan antum ?
Kita ini Ahlussunnah Waljamaah, segala-galanya, firqoh najiyah, kelompok yang selamat, kurang apa, Ahlussunnah Waljamaah ini sudah kelebihan semua, hanya saja kita harus sungguh-sungguh belajar, karena sumber segala pengetahuan adalah Ahlussunnah Waljamaah. Ajarang Islam itu, pelayannya Ahlussunnah Waljamaah, ilmu nahwu rujukannya ya Jurmiyah Imrithi Alfiyah, dan itu orang Ahlussunnah, kelompok sebelahnya juga ngaji kitab itu kalau belajar Bahasa Arab, mereka ngak punya ilmu nahwu seperti itu. Jadi semua ilmu pengetahuan itu milik Ahlussunnah Waljamaah, yang lain itu numpang kepada kita, coba mereka tidak merujuk kepada kitab ahlussunah, mereka tidak pandai, kelebihan kita ya banyak sekalilah.
Bangaimana peran pesantren dalam membentangi Aqidah Ahlussunnah waljamaah ?
Saya kira lembaga pendidikan pesantren sudah bagus, jadi ada pondok pesantren yang tidak ada formalnya seperti Sidogiri, kamudian ada pondok pesantren kuat kitab turatsnya menyiapkan ijazah formal seperti Dalwa, saya kira bagus, karena zaman sekarang sama sama dibutuhkan, masyarakat sama sama membutuhkan itu, Cuma setiap lembaga pesantren perlu diadakan pengembangan agar bisa mengikuti perkembangan dunia luar, termasuk dakwah, contoh kelemahan pendidikan pesantren, sekarang itu misalnya, dunia keilmuwan islam, masyarakat itu lebih senang pendekatan naqli daripada aqli, artinya kalau kita menyampaikan aqidah atau menyampaikan apa, masyakarakat senang kalau ada dalil Al Qur’an Hadis, mungkin karena pengaruh wacana kelompok sebelah, dipesantren pesantren kita kan fokus ilmu alat, ilmu fiqh, ilmu hadis itu kan jarang orang pesantren yang pakar ilmu hadist, sementara kelompok sebelah mempelajari hadis sampai doktor, akhirnya ketika dilapangan, ketika kita dialog dengan mereka, kita ini menang supporter, kalau suporter kita paling banyak, pemainnya jarang, ketika dialognya tentang ilmu hadist, itu diantaranya, artinya, tidak semua disiplin ilmu, dunia pesantren itu sangat istimewa, pesantren di Indonesia yang istimewa ilmu alat sama ilmu fiqh, kalau ilmu yang lain seperti ilmu hadist , ilmu tafsir, apalagi ilmu tarikh, itu tidak seistimewa ilmu alat sama ilmu fiqh, saya kira itu perlu dikembangkan dimana mana. Mengapa?, karena tantangan sekarang seperti itu.
Cara dakwah yang paling efektif untuk menjaga eksistensi Ahlussunnah Waljamaah ?
Pokoknya , wajahidu biamwalikum wa amfusikum, kita harus keluar harta, kita juga harus berdakwah dengan anfus, artinya memang semangat berdakwah kepada masyarakat, Insha Allah kalau ajaran-ajaran Ahlussunnah Waljamaah kita sampaikan secara rutin kepada masyarakat dan tidak perlu banyak dalil, yang penting sering disampaikan, dan jikalau ada syubhat-syubhat yang dilemparkan oleh orang-orang selain kita, kita harus memberikan tanggapan, Insha Allah kita tetap kuat.
Pesan antum kepada para santri ?
Pesan saya kepada adek adek yang ada di Dalwa, kitab-kitab semua dibaca kalau perlu dihafal, karena man hafidza hujjatun ala man la yahfadz, orang yang hafal itu hujja atas orang yang tidak hafal, sebenarnya di pelajaran kita sudah lengkap, Cuma setelah keluar kita lupa, itu saja.
Comments