By 
Sukapura, Dalwa Berita – Selasa (09/09/2025) Pagi itu, udara keadaan masih basah oleh embun. Dari kejauhan, terdengar suara ember bertabrakan dengan sekop, bercampur tawa para mahasiswa yang berjiwa santri. Mereka bahu-membahu memindahkan semen dengan gerobak. Di halaman musala bawah, tangan-tangan muda sibuk mengaduk semen, menggali tanah, dan meratakan lantai yang masih basah.
Sejak pukul tujuh pagi, para mahasiswa KKN Posko 1 Desa Kedasih terbagi menjadi dua kelompok. Sebagian fokus pada renovasi musala bawah, sementara sisanya membersihkan masjid atas.
“Karpetnya kayaknya lama banget nggak dicuci,” ujar Aqbil, sambil mengangkat gulungan karpet berat yang penuh debu.
Karpet itu kemudian dilipat, digebrak, lalu disapu dan dipel. Sementara itu, di musala bawah, kelompok lain meratakan adukan semen dengan wajah yang dipenuhi keringat namun tetap tersenyum.
Semua bermula dua hari sebelumnya. Pada Kamis malam, para mahasiswa tiba di Desa Kedasih. Esok harinya, Jumat, mereka dipertemukan dengan seorang tokoh masyarakat setempat, Pak Ladi yang akrab dipanggil Pak Aris. Di desa ini, tradisi menyebut nama orang tua mengikuti nama anak. Maka, ia dipanggil Pak Aris, sementara istrinya dikenal dengan sebutan Bu Aris.
Ketika berkunjung ke musala, mahasiswa mendapati pembangunan yang masih berlangsung. Dari situlah awal cerita.
“Soheil waktu itu ikut ke bawah, dan kebetulan memang sedang ada pembangunan di musala,” ujar salah satu anggota posko.
“Hari Sabtu, Pak Aris meminta kami untuk ikut membantu renovasi musala. Akhirnya, Ahad pagi kami kerja bakti dari jam tujuh sampai jam dua belas siang.”
Kerja bakti itu pun dijadikan program kerja (Proker) resmi Posko 1 KKN UII Dalwa. “Hari itu kita aduk semen, aduk tanah, ngeratain lantai musala, sampai bersih-bersih. Kita bagi dua kelompok, sebagian di musala bawah dan sebagian lagi di masjid atas untuk bersih-bersih akbar,” tambahnya.
Kebersamaan terasa begitu nyata. Tangan-tangan yang biasanya menggenggam kitab kini tak canggung lagi memegang sekop dan cangkul. Debu semen menempel di baju, namun justru menjadi saksi semangat mereka untuk memberi manfaat. Dari wajah-wajah warga desa yang bahagia, tumbuhlah ikatan batin antara mahasiswa dan masyarakat.
Renovasi musala itu masih jauh dari selesai. Penerangan pun masih minim, hanya beberapa lampu seadanya. Namun, para mahasiswa berkomitmen melanjutkan kerja nyata mereka.
“InsyaAllah, untuk program kerja berikutnya kita akan bantu fasilitas lampu, karena di sini penerangannya masih kurang,” kata Aqbil Alghifari.
Musala di kaki bukit itu memang belum sempurna, tapi ia menyimpan cerita tentang gotong royong mahasiswa KKN UII Dalwa bersama warga Desa Kedasih. Bukan hanya tentang membangun tempat ibadah, tapi juga membangun persatuan dan kebersamaan. Sejarah kecil yang akan mereka kenang bagi mahasiswa sendiri, bagi Posko 1 KKN UII Dalwa, dan bagi Desa Kedasih yang tercinta. Azmi/red
Comments