Santri mah katro, gak tau tren, ketinggalan zaman!
Begitulah gosipan yang sering terlintas di telinga masyarakat awam.
Banyak orang yang belum pernah mengenyam pendidikan di pesantren menganggap bahwa para santri tidak tahu apa-apa soal dunia luar, tren digital, atau perkembangan zaman. Mereka melihat santri hanya belajar ilmu agama dan terputus dari dunia luar.
Mungkin mereka menganggap demikian karena santri hanya terfokus pada kehidupan pesantren yang hanya belajar ilmu agama semata, tidak bisa menggunakan teknologi digital, dan lain sebagainya, serta menganggap santri tidak tahu apa-apa tentang keilmuan umum.
Atau bahkan ada tujuan tertentu untuk mencemarkan nama para santri.
Argumen seperti ini jelas keliru dan merupakan tuduhan serta sangkaan yang menyimpang jauh dari realita kehidupan yang dijalani para santri.
Meskipun santri bertempat khusus dan ditampung di satu tempat bernama pesantren, namun para santri tidaklah memiliki pikiran tertutup.
Santri bukanlah sosok yang tertutup terhadap kemajuan, namun mereka hati-hati berkecimpung pada perkembangan yang terus maju dan pesat, yang banyak menelantarkan norma-norma kehidupan dan ketenteraman.
Justru para santri yang selama ini belajar ilmu agama tanpa ada batas senjang waktu kemanfaatannya, dengan benteng yang kuat dalam akidah dan akhlak, akan membuat para santri merasa bahwa hal-hal semacam itu hanya sementara dan fana.
Sehingga jika ia berkontribusi dalam hal itu pun, mereka memiliki filter yang baik dalam menyikapi arus informasi dan perkembangan teknologi. Mereka tidak menolak kemajuan, tetapi menggunakannya secara bijak sebagai sarana untuk meraih tujuan akhirat.
Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa santri dan pelajar agama berhasil dan mampu dalam segala bidang, bahkan sudah dari sejak dulu.
Misalnya, Al-Khawarizmi (ahli matematika, astronomi, geografi), Ibnu Sina (pakar kedokteran), Ibnu Khaldun (ahli sejarah, sosiologi, ekonomi), Ibnu Rusyd (pintar dalam filsafat dan kedokteran), dan Ibnu Al-Haytham (mahir dalam fisika dan optik). Dan lainnya, yang banyak tidak diketahui kebanyakan orang, bahkan sengaja ditutup-tutupi.
Pesantren hari ini juga terus berbenah, memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Santri bukan anti-modernitas. Mereka justru berperan sebagai penjaga moral di tengah arus zaman, sehingga memudahkan sebagai perantara dalam memahamkan ilmu agama, khususnya pada khalayak umum.
Maka, jangan remehkan santri. Mereka adalah calon pemikir besar yang membawa ilmu, akhlak, dan perubahan.
Oleh karena itu, para santri tidak pernah kenal yang namanya dikotomi ilmu, karena mereka yakin bahwa segala ilmu pengetahuan itu berasal dari Allah dan Rasul-Nya.
(Erwin/red)
Comments