Syeikh Adham Al-Asimi merupakan salah satu ulama yang memiliki akhlaq terpuji yang sangat agung. Sifat terpuji beliau pernah ditunjukkan ketika di suatu majelis yang sedang beliau isi dan ternyata di tengah-tengah jamaah yang hadir, terdapat seorang kawan lama Syeikh Adham yang menurut beliau sangat berpengaruh bagi kehidupannya.
Saat itu beliau mengisahkan bagaimana awal mula dirinya masuk kedalam pondok.
“Ada satu orang yang berjasa dalam hidupku,” ujar beliau kepada hadirin yang hadir.
“Dan orang berjasa tersebut ada di tengah-tengah kita dan orang tersebut adalah dia.. (menunjuk kawannya yang sedang duduk diantara para jamaah)
Sontak orang-orang menghadap ke arah orang yang dimaksud syeikh tersebut dan terlihat seorang menggunakan kemeja berwarna putih tanpa kopiah sedang mengangkat tangan).
Syeikh Adham pun melanjutkan kisahnya..
“Saya tinggal bersama orang itu sekitar 20 tahun lalu di kota Himsh, waktu itu saya masih baru mendalami ilmu agama,” ungkap beliau.
Akhirnya singkat cerita beliau berkeinginan untuk mendaftarkan diri ke sebuah pesantren, tetapi beliau (Syeikh Adham) tidak tahu harus mendaftar kemana.
“Seketika Allah mengutus orang ini kepadaku,” ujar syeikh Adham.
Lalu temannya ini menyarankan agar Adham kecil mengaji di sebuah pesantren di Damaskus. padahal Adham kecil sudah banyak belajar agar menjadi juru masak bersama kawannnya ini.
Ia berkata : “Ada pesantren di Damaskus, namanya Ma’had Al-Fath Al-Islamiy,”
Selain itu, teman tersebut juga memberikan nomor telephon pesantren yang dimaksud
“Dan kami berdua memutuskan untuk mendaftar ke pesantren tersebut,” lanjut beliau.
Namun takdir membawa orang ini sesuai kehendaknya. Ia masuk ke pesantren Al-Fath, Damaskus menemani Adham kecil, namun tak berselang lama ia keluar dan melanjutkan ke bidang perhotelan dan juru masak. Adapun Adham kecil yang sebelumnya menggeluti bidang juru masak memilih tetap beralih ke bidang keagamaan.
“Namun orang ini punya jasa besar kepadaku,” ungkap Syeikh kepada para hadirin.
“Maka saya ucapkan terima kasih kepadanya dihadapan kalian semua, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang melimpah,” ucap syeikh kepada teman lamanya tersebut.
“Sungguh saya mengenalnya, saya sudah bersamanya sejak 20 tahun yang lalu saudara sekalian, saya tinggal di kamar yang sama,”
“Maka semua ilmu yang kalian dapatkan dari diri hamba yang hina ini, maka orang ini juga mendapatkan pahala yang sangat besar dari hal itu,” puji Syeikh Adham kepada kawan lamanya itu.
Mendapat pujian tersebut, sang kawan tak kuasa menahan haru sambil menunduk.
Tak berhenti disitu, Syeikh Adham kembali mengatakan: “Dia-lah yang memiliki jasa besar dalam hidup saya, maka saya ingin berterima kasih dengannya,”
“Dan saya bersaksi kepada Allah bahwa akhlaqnya lebih agung dari pada akhlaq saya, bahwa ibadahnya lebih baik dari pada ibadah saya, ia lebih dekat kepada Allah dari pada diri saya,”
“Saya mengenalnya sejak saya masih menjadi siswa, jangan hanya melihat dari penampilannya saudara sekalian, bahwa ini (Syeikh Adham) mihrab dan ini (temannya) di dapur.
“Walaupun di dapur, namun ia lebih dekat dengan Allah ketimbang saya yang di mimbar. Dan saya bersaksi saya tidak sedang tawadhu’ saya memang bersaksi bahwa akhalqnya lebih baik dari pada akhlaq saya,”
“Dan ucapkanlah terima kasih padanya dan ucapkan: Jazakumullah khairan katsir ahsanal jaza’,”
Dan serentak jamaah mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut dan mendoakan kebaikan untuknya yang membuat kawan lama Syeikh tersebut menunduk haru.Afdillah/red.
Comments