Novel ini bercerita tentang kehidupan Adlan Dzul Izzi, tokoh utama yang terlahir dengan karakteristik dan kepribadian menarik, agamis, jenius dan kritis. Adlan yang sejak kecil telah dididik oleh kedua orang tuanya dengan didikan agamis itu tumbuh menjadi pribadi yang solid dalam menjalankan perintah agama, cerdas dalam bersikap terhadap sesama, jenius dalam menerima dan mengolah pengetahuan yang didapat, serta mampu mengkombinasikan kecepatan berpikir otaknya dengan gerak motorik tubuhnya hingga ia mampu menjadi seorang petarung yang tangguh saat dibutuhkan.
Sejak usia dini Adlan telah menunjukkan kejeniusannya, membuat guru-guru yang mengajarinya kagum, dan beberapa malah kualahan menghadapi daya kritisnya yang tinggi. Ia selalu minta dimasukkan ke sekolah unggulan, sehingga mau tak mau kedua orang tuanya pun harus mengeluarkan biaya yang banyak, dan harus selalu mengalah untuk tidak memenuhi keinginan mereka demi kebahagiaan Adlan.
Setelah lulus SMP dengan peringkat terbaik Adlan memilih SMA N 1 Slawi, salah satu sekolah menengah atas terbaik di kota Tegal sebagai tempat studi lanjutannya. Di sekolah yang akrab disebut Smansawi inilah Adlan mulai mengenal Aisyah, gadis jelita yang paras dan perangainya mampu memanahkan busur cinta ke dalam hatinya hanya dengan sekejap mata.
Meski semenjak pertama melihat Aisyah hatinya telah diliputi cinta, Adlan selalu berusaha menjaga cintanya agar tetap tersimpan, suci tak terungkap, putih dan bersih dari debu-debu pelanggaran syariat. Sementara itu, di sisi yang lain, ternyata dalam diamnya Aisyah pun mengagumi Adlan, kagum yang dengan sekejap bisa bermetamorfosis menjadi cinta. Adlan dan Aisyah saling mencinta, namun tak seorangpun dari keduanya mengungkap perasaannya. Dan anehnya, meski tak ada kata cinta, ungkapan mesra, atau kalimat sayang yang semacamnya, cinta mereka semakin hari semakin membesar, menjulang tinggi ke langit sedangkan akarnya tertancap dalam di bumi.
Dalam sebuah peristiwa heroik, saat Adlan mempertaruhkan hidupnya demi menyelamatkan Aisyah dari komplotan penculik, ia hampir saja mengungkapkan cinta yang selama ini ia pendam. Akan teteapi, sekali lagi ia berhasil menjerat cinta itu agar tak lari dan mengungkapkan siapa dirinya. Dalam rangkaian peristiwa heroik ini pula akhirnya Adlan mengetahui rahasia yang selama ini Aisyah sembunyikan rapat-rapat. Ia benar-benar shock saat gadis bersenyum manis itu bercerita tentang penyakit yang dideritanya, penyakit yang bisa dengan cepat mengantarkannya ke gerbang kematian.
Waktu terus berjalan, penyakit yang Aisyah derita semakin parah, ia tak mampu lagi menyembunyikannya dari siapapun, termasuk dari kedua orang tuanya yang super sibuk. Setelah mengetahui keadaan anaknya itu, kedua orang tua Aisyah bertekad membawanya ke Hongkong untuk dioperasi, meskipun dengan presentase keberhasilan yang sangat kecil.
Di hari keberangkatan Aisyah ke Hongkong, Adlan mengejarnya ke bandara dengan meminjam Ninja temannya. Sekali lagi Adlan berjibaku dengan kematian, berkendara dengan kecepatan tinggi di keramaian jalan raya yang penuh sesak oleh truk-truk besar. Ia meliuk-liuk melewati kendaraan-kendaraan lain dengan hanya sesekali mengendurkan tarikan gas motornya.
Di bandara, setelah panggilan penerbangan Jakarta-Hongkong diumumkan, Aisyah, kedua orang tuanya beserta penumpang-penumpang lain berjalan menuju gate pesawat. Tepat sebelum Aisyah memasuki gate, ia mendengar seseorang berteriak-teriak memanggil namanya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sumber suara itu. Ternyata di kejauhan sana, Adlan yang masih mengenakan seragam putih abu-abu telihat sedang berlarian ke tempat Aisyah, berzig-zag melewati orang-orang yang berjalan searah dengannya. Aisyah pun langsung melepas genggaman ibunya, berlari melawan arus ke arah Adlan.
Comments