Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Berdasarkan World Population Review, jumlah penduduk muslim di tanah air tahun 2020 mencapai 229 juta jiwa atau sebanyak 87,2% dari total penduduk 273,5 juta jiwa. Di samping itu, Indonesia memiliki banyak pesantren sebagai tempat pendidikan khusus bagi orang islam. Tahun 2020 lalu, Kementerian Agama mencatat ada 26.973 pondok pesantren yang tersebar di Indonesia.
Dengan beberapa kondisi tersebut, maka tidaklah heran Indonesia menjadi negara pilihan bagi muslim di Asia tenggara seperti Kamboja, Thailand dan Malaysia yang ingin mempelajari agama Islam secara mendalam. Salah satunya adalah mondok di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan. Oleh karena itu, ini kami kutip beberapa alasan mereka belajar di Ponpes Dalwa berdasarkan wawancara dengan Abdullah Badri asal Kamboja berusia 24 tahun dan Dzulkifli asal Thailand berusia 27 tahun.
Berikut beberapa alasan Dzulkifli belajar di Ponpes Dalwa;
- Bahasa Arab
Dzulkifli yang baru saja menempuh pendidikan di Ponpes Dalwa selama dua tahun berpendapat, bahwa alasan pertama yang mengharuskan dirinya pergi jauh merantau untuk belajar di Ponpes Dalwa adalah karena keunggulan bahasa Arabnya. Bukan hanya sekedar teori berbicara, tapi juga praktek bercakap-cakap dengan bahasa Arab setiap saat.
- Jenjang Pendidikan Formal Lengkap
Tidak hanya belajar kelas Diniyah dengan kitab-kitab kuning, Dzulkifli yang sekarang sedang menempuh pendidikan pascacasarjana S2 mengungkapkan bahwa kelengkapan jenjang Pendidikan formal menjadi alasan tersendiri baginya untuk belajar di Ponpes Dalwa. Karena pesantren tersebut memiliki jenjang pendidikan formal yang lengkap mulai dari MTs, MA, S1, S2 sampai S3.
- Manajemen Waktu Yang Rapi
Ponpes Dalwa memiliki jadwal kegiatan harian untuk mengatur para santri. Dzulkifli yang sebelumnya pernah belajar di Kediri itu mengatakan bahwa jadwal kegiatan di Ponpes Dalwa begitu rapi dan tertib. Mulai bangun tidur sampai tidur kembali, itu semua sudah diatur oleh pesantren.
- Bersih
Kebersihan adalah sebagian dari iman, begitulah slogan yang sering terdengar. Ponpes Dalwa juga menerapkan prinsip tersebut kepada para santrinya. Sehingga, setiap santri harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Dzulkifli menilai bahwa Ponpes Dalwa merupakan pesantren yang bersih, mulai dari kamar sampai halamannya.
Selain itu, Dzulkiflipun menyebutkan beberapa keunggulan Ponpes Dalwa dibanding dengan yang lain, diantaranya adalah mengikuti perkembangan jaman sehingga santri tidak mengalami keterbelakangan informasi yang terus berkembang setiap saat. Ia juga menyebutkan bahwa keunggulan belajar di Ponpes Dalwa yaitu mendapatkan guru yang ‘Alim dan bersambung Sanad keilmuannya kepada Rasulullah SAW.
Itulah beberapa alasan Dzulkifli asal Thailand mondok di Ponpes Dalwa di Indonesia.
Lain lagi dengan Abdullah, santri asal Kamboja yang merasa betah belajar di Indonesia.
- Belajar Adab
Adab di atas ilmu, itulah perkataan guru-guru yang sering kali diucapkan kepada para santri. Setiap pesantren selalu menekankan adab kepada santrinya, begitu pula dengan Ponpes Dalwa. Abdullah mengatakan bahwa alasan pertama dirinya harus belajar di Dalwa karena penekanannya tentang adab budi pekrti yang baik lebih besar daripada sekedar belajar ilmu.
- Perhatian Guru
Abdullah yang sudah 8 tahun belajar di Ponpes Dalwa betul-betul merasakan mendapatkan perhatian guru terhadap dirinya. Hal itu dibuktikan ketika mengajar, para guru menjelaskan pelajaran dengan metode yang mudah dipahami. Saat pertama kali datang, Abdullah belum bisa mengerti bahasa Indonesia. Tapi gurunya menjelaskan pelajaran dengan banyak cara dan metode yang memudahkan pelajar luar negeri untuk belajar, sehingga Abdullah menjadi betul-betul paham.
- Dakwah
Sesuai dengan namanya, Ponpes Darullughah Wadda’wah selain mengajarkan bahasa Arab, para santri diajarkan cara berdakwah untuk menyebarkan ilmu kepada masyarakat luas. Hal ini selaras dengan harapan Abdullah Ketika nanti pulang ke negara asalnya yang ingin berdakwah kepada keluarga dan masyarakat sekitar.Atep/red.
Comments