Hikmatiar Zakir adalah salah satu santri berprestasi yang ada di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah, pria kelahiran 18 Desember 1997 ini sangatlah mahir perihal bahasa inggrisnya seperti speech, story telling begitu pula debat bahasa Inggris yang membutuhkan banyaknya vocabulary dan grammar. begitu juga dengan intonasi bahasa, gaya pemaparan dan argumentasi yang harus senalar dengan pembahasan. Hikmatiar Zakir Baidhowi al Busyiri adalah nama lengkap dari pria ini, pemuda kelahiran bontang kalimantan timur ini sekarang mengabdi di Dalwa English Club sebagai co- leader dan menjadi mentor sekaligus financial di organisasi English language Community di Institute Darullughah Wadda’wah. Gelar demi gelar disambut dan sudah sangat banyak diraihnya dari banyak perlombaaan bergengsi bermula dari tingkat se kecamatan , kabupaten, provinsi hingga nasional terus ditorehkannya untuk dirinya dan untuk pondok dan keluarga tercinta pastinya.
Pernahkah kita mendengar sebuah perlombaan yang bertakjub pekan ngaji ke 2 antar pesantren bertaraf nasional, tepatnya pada tanggal 1-3 february tadi Pon Pes Dalwa berhasil meraih banyak gerlar diajang itu termasuk diantaranya adalah juara II debate bahasa Inggris yang diwakilkan oleh saudara kita Hikmatiar Zakir dan kedua rekannya yaitu : Sy. Dhiya al-Haddad dan Amirullah Ashraf.
Dari semua gelar, jabatan dan prestasi yang telah diraih dan ditorehkannya pasti tidak luput dari berkah dari pondok pesantren sendiri, doa orangtua, keluarga teman dan juga usaha dan jerih payah dirinya. Hikmatiar bukanlah orang yang belajar dan menekuni bahasa Inggris. pada awalnya, bermula dari sering dan senangnya bermain game dan menonton film yang berbahasa Inggris dari situlah sebab musabab yang membuat pria berusia 20 tahun ini mahir dalam bahasa Inggris. “awalnya saya mempelajari bahasa Inggris hanya untuk menuntaskan semua game yang saya mainkan dan juga memahami apa yang disampaikan oleh film yang saya saksikan, singkatnya saya hanya belajar secara ototidak saja” ungkapnya.
Minat untuk mempelajari bahasa Inggris memang sudah ada sejak dia menduduki bangku sekolah dasar akan tetapi masih dengan niat yang sama sampai dia menempuh SMP Sederajat, kemudian disaat masa SMA niat itu mulai berubah dan mulai berfikir akan lebih baik jika dia betul-betul menjalani pelajaran ini dengan serius, berbagai macam metode pembelajaran pun dicoba hingga kemahiran pun menghampiri dirinya. Dan perjalanan yang sulit pun sudah sangat banyak dia alami pastinya bermula dari rasa malas dan letih yang menghampirinya hingga dikeluarkan dari tempat bimbingan belajarpun sudah pernah dia rasakan “ dahulu saya pernah ikut disuatu bimbingan belajar berbahasa Inggris setelah hadir 2 hari lalu saya tidak pernah hadir lagi karena sekolah saya libur semester saya kira tempat les saya juga libur ternyata tidak, setelah sebulan saya masuk, langsung dimarahi kemudian mentor itu pun berkata sama saya ‘kemana kamu baru masuk sekarang pokoknya saya gak mau tau kamu mulai besok harus keluar karena kamu tidak fokus belajar disini’ begitu katanya” jawabnya dengan sebuah senyum yang tersirat dengan tawa. akan tetapi kegagalan itu sudah biasa dan pria dari pasangan bapak Abdul Aziz dan ibu Sukati ini berkata “semua itu tak patut disesali ,tegar dan kembali berdiri adalah jawaban yang tepat untuk semuanya” itulah yang pria ini katakan diakhir perbincangan Crew LPM AT-TANWIR bersama dengannya .
Comments