Resmi sudah guru kita; Abuya Al Habib Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun menggalakkan ngaji #DirumahAja. Keputusan guru kita itu harus kita sambut dengan antusias karena dengan ngaji #DirumahAja, para santri bisa tetap mengaji sambil mengkarantina diri. Hanya saja, problem pada diri santri kadang himmah atau semangat mereka down jika terlalu lama di rumah. Padahal himmah merupakan komponen terpenting dalam segala hal, terlebih menuntut ilmu.
Al Habib Ahmad bin Hasan Al Atthas menyebutkan dalam kitabnya Tadzkirun Nas; “Setiap manusia memiliki dua sayap yang dapat ia kenakan terbang; niat (tujuan) dan himmah (semangat). Hanya saja, orang-orang pada zaman sekarang Cuma berpegang pada salah satunya saja. Sebagian memiliki niat namun tidak memiliki semangat. Sebagiannya lagi memiliki semangat tinggi terlebih dahulu, baru setelah itu memiliki niat.”
Dua hal ini—sebagaimana penejalasan Al Habib Segaf bin Hasan Baharun—merupakan kunci sukses. Beliau mengibaratkan orang yang memiliki keduanya semisal orang yang kebelet; apapun akan ia lakukan demi membuang hajatnya. Nah, begitu pula seorang penuntut ilmu, kalau sudah memiliki keduanya, apapun akan ia lakukan demi mendapatkan ilmu. Kalau sudah niat dan semangat tertata maka secara otomatis benih-benih kesugguhan itu akan tumbuh.
Problem klasik yang sering dialami para santri, terkadang himmah mereka down saat di rumah. Hal ini bisa kita atasi dengan beberapa cara; pertama; sering-sering mengingat tujuan kita sebagai penuntut ilmu. InsyaAllah dengan demikian himmah kita akan tumbuh
Kalau sudah mulai tumbuh sedikit demi sedikit, jangan biarkan semangat itu hilang. Lanjutkan dengan cara kedua; membaca kisah-kisah kesungguhan para ulama dalam menuntut Ilmu. Kita bisa petik hikmah di balik kisah-kisah perjuangan mereka dalam menuntut ilmu untuk booster himmah kita. Sekedar rekomendasi, ada beberapa kitab yang membahas secara spesifik ijtihad para ulama, di antaranya karya Asy Syekhi Abdul Fattah Abu Ghuddah; Shafahat min Shabril Ulama (Lembaran kisah Kesabaran Para Ulama), Qiimatuz Zaman ‘Indal Ulama (Nilai Waktu Bagi Ulama), Al Ulama’ Al Uzzab (Para Ulama yang Jomblo). Kitab yang terakhir ini penting buat para santri yang sudah kebelet nikah, tapi belum selesai menuntut ilmu.
Guru kami Al Habib Muhammad bin Ahmad Al Aydrus, sebelum mengajar kerapkali membaca kitab Shafahat min Shabril Ulama’ agar menjadi himmah booster bagi para santri. Baru setelah itu membuka kitab pelajaran hari itu.
Kalau sudah mulai tumbuh semangat kita, lakukan cara yang ketiga; aktif menyimak pelajaran via Dalwa TV, membaca dan mengulaangi pelajaran. Kita bisa mengambil ibrah dari Imam An-Nawawi yang setiap harinya membaca dua belas pelajaran di hadapan gurunya.[1] Atau Imam Al Khatthib Al-Baghdadi dan Imam Ya’qub An-Najirami yang membaca ulang pelajarannya sambil berjalan[2].
Kalau kita tidak dapat meniru mereka, kita bisa ikuti saran Al Ustadz Makki Lazuardi; Usahakan membaca setiap harinya, walaupun satu kitab. Ilmu itu diperoleh dengan belajar, belajar salah satu caranya ya dengan membaca. Meskipun sekarang ada berbagai cara belajar, tetap kompoen terpeting dalam belajar ya membaca!.
Nah, tentu sudah menjadi keharusan umat Islam untuk memiliki minat baca yang tinggi. Apalagi Al-Qur’an sudah berabad-abad yang lalu membicarakan perkara ini melalui firman-Nya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi; “Iqro’ ” (Bacalah!).
Dibukukannya Al-Qur’an pada masa sahabat Abu Bakar yang kemudian disatukan pada satu mushaf di masa sahabat Ustman juga menuntut umat Islam agar sering-sering membaca dan memahami Al-Qur’an. Sementara itu, tidak ada sarana untuk memahami Al-Qur’an kecuali dengan membaca kitab Tafsir dan kitab-kitab lainnya yang bersumber dari Al-Qur’an. Jadi tetaplah membaca ya.
[1] Qimatuz Zaman ‘Indal Ulama’: 72
[2] Ibid hlm 51-52
Comments