Buku

Cahaya Bulan Bintang

0

 

 

PENULIS

 

Atep Abdul Rohman

 

"Novel islami yang memadukan sebuah kecintaan suci melalui Al-Quran dengan tatanan sejarah Islam di Istanbul, Turki."
Admin
dalwaberita.com

CAHAYA BULAN BINTANG

 

Pagi itu, dalam kesendiriannya di kamar, Eisya menangis. Tangannya memegang pena yang menari-nari di atas kertas putih, ia berusaha menghibur diri. Namun tampaknya Eisya terlalu sedih. Terlihat ukiran penanya menghasilkan untaian kata yang menggambarkan isi hatinya kala itu. 

Setelah puas melabuhkan rasa dengan tinta, lalu kertas itu dilipatnya dengan rapi dan dimasukkan ke amplop putih kecil. Dengan cepat ia berlari ke luar kamar. Tiba-tiba … 

“Tok … tok … tok ….”

Baru saja pintu akan dibuka, terdengar ketukan pintu dari luar. 

Eisya diam saja di depan pintu, mengusap pipinya yang masih basah oleh linangan air mata. Ia lalu membuka pintu perlahan. Di balik pintu itu, terlihat Mumtaz dengan kameja putih dan celana katun hitam yang rapi berdiri di hadapannya. Ia tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca.

“Aku pamit, Eisya,” ujar Mumtaz sambil menatapnya.

Mumtaz menahan dirinya agar tidak memandang wajah Eisya, tapi entah kenapa kali itu ia benar-benar memandangnya dalam. Matanya tak selaras dengan bibirnya. Tersenyum tapi ternyata menangis.

Baca kisah selengkapnya antara Mumtaz dan Eisya hanya di novel Cahaya Bulan Bintang!

 

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Wildan Isma Emir Abrori, S.E., M.T.

Previous article

Comments

Leave a reply