Cinta dan benci adalah suatu hal yang lumrah dalam hidup ini. Kita semua mencintai sesuatu yang menghadirkan kesenangan, kenyamanan dan kebahagiaan. Kita semua membenci sesuatu yang menimbulkan kesedihan, kekecewaan dan penderitaan.
Sebaik apapun kita. Sunnatullah nya pasti ada yang suka dan pasti ada yang benci.
Imam Syafi’i berkata,
.ماأحدالاوله محب ومبغض, فان كان لابدّ من ذلك ,د,فليكن المرء مع أهل طاعة الله عز وجل
“Setiap orang pasti ada yang mencintai dan ada yang membenci. Hendaklah selalu bersama orang orang yang taat kepada Allah”
Pernah ada pepatah mengatakan:
“Kita tidak perlu susah dan memaksakan untuk menjelaskan kepada semua pembenci bahwa kita orang baik…Hasad kebencian dan prasangka merekat idak membahayakan kita sedikitpun,”
Lagi pula membuat senang dan ridho semua manusia dan golongan adalah hal yang mustahil
Imam Syafi’i berkata,
رضا الناس غا ية لاتدرك٬ فعليك بما يصلحك فالزمه
“Ridho manusia adalah tujuan yang tidak akan pernah bisa tercapai, tetaplah berbuat baik dan istiqomalah.
Cinta dan benci adalah sesuatu yang manusiawi dan wajar belaka. Menjadi tidak manusiawi dan tidak wajar, ketika kecintaan kita terhadap sesuatu itu berlebihan dan melampaui batas-batas kemanusiaan dan kewajaran. Pun demikian halnya dengan benci. Kebencian kita kepada sesuatu menjadi tidak manusiawi dan tidak wajar, ketika kebencian itu sudah berlebihan, bahkan melampaui batas-batas kemanusiaan dan kewajaran.dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah mengingatkan akan hal tersebut. Dalam haditsnya dikatakan:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ـ ﺃُﺭَاﻩُ ﺭَﻓَﻌَﻪُ ـ ﻗَﺎﻝَ: «ﺃَﺣْﺒِﺐْ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻫﻮﻧﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ، ﻭَﺃَﺑْﻐِﺾْ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻫَﻮْﻧًﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ»
Dari Abu Hurairah secara marfu’: “Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta” (HR Tirmidzi)
Dalam kehidupan ini kita harus bisa proporsional dan objektif;
Proporsional, kata lain dari adil. Dengan Kalam-Nya Allah Subahnahu wa Ta’ala mewanti-wanti kita untuk bersikap adil kepada siapapun hatta itu adalah musuh kita. Dalam soal dua rasa (cinta dan benci) keadilan mesti tetap dikedepankan pada siapapun. Ketika kita mencintai seseorang maka ingatlah pada saat yang sama ada sesuatu yang mungkin kita bisa benci darinya, sebaliknya ketika ada yang mengharuskan kita untuk membencinya maka jangan lupa bahwa alasan kita untuk mencintainya pun juga mungkin lebih banyak.
Begitu juga dengan kadarnya, ketika kesalahannya adalah sebiji maka bencilah ia sekadar sebiji itu jangan kurang apalagi lebih begitupun sebaliknya
Dan ketika kita ditimpa musibah ataupun ujian dari Allah Subahnahu wa Ta’ala. kita hendaknya berpikir tentang rencana Allah di balik ujian tersebut.
Allah Swt dalam Surah al-Baqarah ayat 216 berfirman:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ …
“… dan boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)
Jika kita telisik lebih jauh makna dari ayat di atas, maka akan kita temukan sebuah pelajaran penting yang sangat berharga, yaitu boleh jadi kita membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kita menurut Allah. Allah pasti Mahatahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Sesungguhnya, di balik ketidaksukaan yang kita alami, Allah sudah menyiapkan rencana lain yang jauh lebih baik dari rencana kita.
Pun demikian halnya, boleh jadi kita mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kita dalam pandangan Allah. Allah Mahatahu yang tersembunyi di balik setiap peristiwa. Sesungguhnya, dibalik kecintaan kita terhadap sesuatu, tersimpan keburukan yang akan menyengsarakan kita di kemudian hari.
Rencana Allah pasti yang terbaik. Inilah prinsip yang harus selalu kita pegang teguh. Ketika kegagalan, musibah, hinaan, fitnah atau apa pun yang kita anggap buruk menimpa kita, yakinlah di balik peristiwa itu pasti ada hikmah tersembunyi yang kelak akan kita petik. Ketika kesenangan, kemudahan ataupun hal lainnya yang kita anggap baik menghampiri kita, tetaplah memohon petunjuk kepada Allah, agar kita terhindar dari hal buruk yang mungkin menimpa kita tanpa kita duga sebelumnya.
Comments