FahriKolomOpini

Esensi Qurban Dalam Dimensi Sosial

0
Selain mempunyai esensi mendekatkan diri kepada Allah SWT, hari raya qurban juga mempunyai maksud dan tujuan tersendiri untuk memupuk jiwa sosial yang tinggi. Bagaimana tidak, hampir semua orang muslim baik kaya maupun miskin bisa merasakan nikmatmya makan daging dalam waktu hampir bersamaan. Hari  raya qurban ini ada bukan tanpa dalil. Secara historis telah kita ketahui, hal ini muncul karena mimpi Nabi Ibrahim Alaihi salamuntuk menyembelih putra kesayangannya yakni Nabi Ismail Alaihi salam atas perintah dari Allah melalui mimpinya. Dengan berat hati Nabi Ibrahim menjelaskan maksud mimpinya tersebut kepada Ismail. Bukannya memberontak, Nabi Ismail justru dengan ikhlas menyuruh ayahnya untuk menjalanakan perintah Allah SWT tersebut. Atas hal ini, kemudian Allah SWT mengabadikannya dalam kitab suci Al quran, surat As shaffat ayat 101 sampai 111.
            Sedikitnya ada tiga tujuan adanya ibadah kurban. Pertama,mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini karena melihat konteks kalimat qurban sendiri yang berasal dari kata qaruba yaqrubu qurbananyang artinya dekat atau mendekatkan diri kepada Allah SWT.Kedua, memupuk jiwa sosial. Hal ini terjadi karena ada unsur berbagi dengan orang lain. Ketiga,melatih keikhlasan. Seseorang yang berqurban akan dilatih keikhlasannya seiring dengan dia mengorbankan sedikit harta yang ia miliki untuk ibadah qurban.
            Oleh karenanya, Allah SWT menyinggung hal ini dalam surat Al kautsar ayat 2, fasholli lirabbika wanhar.Yang artinya,Maka dirikanlah sholat karena tuhanmu dan berqurbanlah (untuk mendekatkan diri kepada Allah). Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW juga bersabda:“barang siapa yang memiliki keluasaan (untuk membeli hewan qurban) lalu tidak melakukannya (tidak berqurban), maka janganlah mendekati tempat shalatku”(HR. Ahmad). Melihat hadist ini kita malu, kita yang mempunyai rezeki cukup, kadang masih belum bisa berqurban. Kisah Mak Yati, seorang pemulung di daerah Tebet Barat, Jakarta Selatan yang setiap hari hanya berpenghasilan 25.000 dengan mengais sampah ibukota , menabung setiap harinya 1000 sampai dengan 1500. Setelah menabung bertahun tahun, akhirnya di idul adha tahun 2012 cita-cita Mak Yati pun terwujud. Beliau mengqurbankan dua ekor kambing[1]. Ada juga kisah yang datang dari Pasuruan. Pak Bambang, seorang penarik becak yang berpenghasilan 20.000 sampai 50.000 perhari mampu menyisihkan sebagian uangnya untuk qurban seekor sapi. Terbukti, setelah lebih dari lima tahun menabung, mimpinya pun terwujud. Beliau mampu berqurban seekor sapi dengan harga 13 juta rupiah waktu itu[2].
            Kisah inspiratif diatas seakan menjadi cambuk bagi kita. Mereka yang notabene kurang mampu, dapat membuktikan bahwa mereka bisa. Mereka menangkis segala alasan untuk tidak berkurban. Dimanana ada kemauan disitu ada jalan. Setidaknya kata bijak itulah yang tepat agar kita sadar.  Di moment idul adha 1440 Hijriyah inilah, saatnya kita sama-sama berusaha menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Hamba yang dapat dibanggakan oleh Allah SWT dan rasul-Nya dengan cara memupuk semangat berbagi di hari yang fitri.Fahri/red.
 


[1]www.dream.co.id
[2]www.detik.com
admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Pembukaan Pascasarjana Di Pondok Pesantren Darullghoh Wadda’wah Dikunjungi Maha Guru Dari Syam.

Previous article

Habib Ali; Nabi Ibrahim Mendahulukan Cinta Allah dari Segalanya

Next article

Comments

Leave a reply