KolomOpiniWildan

Kunci Sukses di Era 4.0; Indonesia Tak Perlu Latah.

0

 

Gaya hidup hedonisme (menganggap materi adalah sebuah kenikmatan, kesenangan, dan tujuan hidup ini) mendorong manusia untuk terus rakus untuk bekerja. Padahal perlu dikaji ulang peran bekerja dalam aktivitas kehidupan manusia, apakah guna menyambung keidupan, atau untuk memperkaya diri dan sanak turunan?.
                Revolusi industri 4.0 dengan segala kehebatannya yang diceritakan para narasumber dari podiumnya, menghembuskan angin optimisme akan sukses untuk bersaing di era industri terbaru ini, dan juga pesimisme sebab indonesia belum sepenuhnya cocok dengan kegiatan industri.
                Alih-alih ingin menjadi seorang produsen, indonesia lebih baik berfokus pada kegiatan ekspor. Serta meningkatkan kembali kualitas komoditi yang merupakan produk andalan dari negeri ini, seperti halnya negara Thailand yang melakukan kerja sama antara pihak perkebunan dengan pihak penilitian yang mampu meningkatkan hasil pertanian mereka lebih efektif dan efisien.
                Belum lagi kualitas SDM indonesia yang  belum mendukung untuk berkecimpung di bidang industri. Berdasarkan data yang dilansir oleh katadata.co.id
Yang menyebutkan mayoritas penduduk Indonesia adalah lulusan SD, lalu disusul dengan lulusan SLTP.

 

                Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia seperti ini menjadi sebuah hal yang harus dipertimbangkan ulang, apakah indonesia akan terus latah mengikuti setiap trend-trend baru yang bermunculan?, tanpa tahu siapa kita , dan posisi kita di masyarakat dunia. Atau indonesia tetap pada peningkatan martabat dan jati diri negara.
                Seperti halnya negara di kawasan timur tengah yang tetap fokus pada bidang impor komoditi minyak mereka daripada harus berubah menjadi negara industri, dengan dalih mengikuti perkembangan zaman 4.0.
                Bukan pesimis, tapi kita dan para stakeholder yang ada harus mempertimbangkan dengan bijak segala kehebatan dan janji manis di era revolusi industri 4.0. “apa potensi industri kita?,” belum lagi kita harus bersaing dengan negara-negara yang telah maju bidang industrinya seperti jepang, cina, amerika, dan beberapa negara di eropa. Disamping itu pula kurikulum pendidikan yang dimiliki indonesia perlu dikondisikan juga agar sesuai dengan orientasi kebutuhan industri.
                Tak perlu cemas, karna sejatinya indonesia telah dikaruniai dengan tanah dan perairan yang terbentang luas. Potensi indonesia di bidang perkebunan, perikanan, dan peternakan juga tak bisa dipandang sebelah mata. Di pasar global Indonesia dalam bidang perkebunan terkenal dengan penghasil kelapa sawit, biji kakao, karet, dan kopi sebagai andalannya.  
 
Dalam bidang perikanan indonesia menyumbang 6 juta Ton produksi perikanan tangkap ditahun 2014, urutan kedua setelah Cina dengan total produksi 14,8 juta ton produksi ikan.
sedangkan di ASEAN indonesia menduduki peringkat pertama pada tahun 2018.
                Imam syafi’i dalam kumpulan perkataan bijaknya juga berkata agar menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Indonesia juga butuh dengan teknologi, tapi kita tidak perlu latah untuk meniru trend-trend yang sedang ramai diperkenalkan oleh warga dunia. Masih banyak yang harus dilakukan indonesia untuk mempersiapkan 4.0 jika memang indonesia bebar-benar serius ingin bergelut di sektor industri. Harus ada seperti sosialisai, dan kursus-kursus agar SDM indonesia memiliki skill di dunia industri, kurikulum pendidikan pun perlu direvisi agar sesuai dengan orientasi kebutuhan industri, fasilitas di sektor penilitian, industri dan informasi pun harus terintergrasi satu sama lain agar sesuai dengan 4.0 yang identik dengan integrasi antara teknologi, digital dan biologi.
                Revolusi industri 4.0 memang mengagumkan para pendengarnya, tapi kita juga harus tahu posisi negara kita di perpetaan ekonomi dunia, indonesia juga butuh pemberdayaan SDM-nya agar sesuai dengan kebutuhan industri. Diibaratkan 4.0 adalah sebuah baju yang angun dan mewah yang sedang menjadi trend dan perbincangan orang banyak, dan indonesia adalah calon pembelinya. Sebagai calon pembeli yang cerdas, harus mengerti porsi kebutuhannya. Apakah baju 4.0 tersebut terlalu besar untuk dirinya atau memang cocok?.wildan isma/red

 

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

PBA Bangga; Kongres Perdana Terwujud | LPM Dalwa | Dalwa

Previous article

Idealis !, ISKAB Praktek Memandikan Jenazah | LPM Dalwa | Dalwa

Next article

Comments

Leave a reply