Bangil, Dalwa Berita- Pengurus Laboratorium Bahasa (qismul buhuts) Ponpes Dalwa mengadakan munaqasyah (debat) Bahasa Arab perdana pada tahun ajaran baru 2024 ini, pada Rabu malam (22/05/2024) di Lapangan utama Ponpes Dalwa pusat.
Pada kegiatan ini panitia membahas masalah keterlambatan santri sebagai kendala terbesar.
Diikuti oleh perwakilan kelas-kelas dan organisasi yang bergerak di Dalwa, musyawarah Bahasa Arab malam itu mendapat banyak masukan dari peserta hingga Ustaz Nizar, S.Pd sebagai mushohih.
Mengakat tema هل اجراء المطالعة الجماعية فعالة ام غير فعالة؟ (Apakah pelaksanaan program mengulang pelajaran bersama efektif atau tidak?), menurut ustaz Nizar yang ditemani Ustaz Fawwaz Al-Amin sebagai mushohih berpendapat bahwa judul tersebut kurang layak diangkat sebagi pembahasaan karena berkaitan dengan ketetapan yang sudah disahkan di pondok sendiri, sehingga kedepannya panitia harus mempertimbangkan lebih matang lagi.
Tentang sistem, beliau sendiri sejalan dengan kritik yang disampaikan oleh delegasi maktabah atau pengurus pepustakaan Dalwa yang merasa dirugikan karena tak mendapat kesempatan untuk membalas sanggahan dari kubu lain yang memberikan bantahan pada pemaparan mereka di awal. Bahkan pada Dalwa berita seorang peserta mengungkapkan kekecewaannya karena dari awal hingga akhir acara tak sekalipun ia mendapat kesempatan untuk berbicara.
Menanggapi ragam kritik dan masukan dari acara tersebut Afdhol Umar, S.Pd. selaku Ketua pelaksana mengungkapkan panitia hanya mempunyai waktu 2 hari untuk mempersiapkan acara tersebut, sehingga tak bisa menyiapkannya dengan sempurna ditambah itu merupakan perdana bagi mereka.
Pada sistem sendiri ia mengatakan bahwa pihak mereka tetap menjalankan sistem yang sama dengan musyawaroh pada tahun sebelumnya, namun karena keterlambatan waktu dimulainya acara memaksa mereka harus memangkas sistem yang ada agar tak melebihi waktu yang diberikan pihak pesantren.
“Sistem yang kita pakai sama kaya tahun kemarin, cuman karena para peserta itu datangnya sangat terlambat mungkin karena makan dulu atau yang lainnya, sedang kita punya waktu terbatas makanya kita gak bisa pakai semua sesi, kita singkat ke yang penting-pentingnya aja,” jelasnya.
Diakhir wawancara pria asal Makassar itu mengatakan tidak sedikitpun merasa kecewa dengan pelaksanaan musyawrah Bahasa Arab kali itu, karena dari awal tujuan utama mereka adalah menghidupkan eksistensi nuansa Bahasa Arab di pondok Dalwa yang memang terkenal dengan kemampuan santrinya dalam Berbahasa Arab.
“Jujur ana pribadi gak sedikitpun kecewa, karena tujuan utama kita adalah menghidupkan ruhiyah (eksistensi) bahasa Arab di pondok ini, bukan cuman di kamar atau di kelas tapi ditempat ramai ini kita perlihatkan bahasa Arabnya Dalwa,” paparnya.
Tambahan, bahwa kedepannya pihak mereka akan berusaha untuk mengundang pondok-pondok luar yang juga memiliki latar belakang Bahasa Arab yang mumpuni untuk berhadir pada acara tersebut.Sandi/red
Comments