KolomOpiniRedaksi

Pentingnya Menjaga Perasaan Orang Lain

0

Di tengah kesibukan dunia modern ini, terkadang kita melupakan betapa pentingnya hati sebagai pusat dari segala perilaku manusia. Dalam perspektif Islam, hati dianggap sebagai inti yang menentukan baik buruknya perilaku seseorang. “Jika hatinya baik, maka perilakunya pun baik. Tetapi jika hatinya buruk, maka akan berakibat buruk terhadap perilakunya,” begitulah makna dalam salah satu hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam ajaran Islam, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan unsur rohani dan jasmani, di mana hati menjadi kunci utama dalam mengarahkan perilaku manusia. Hati, yang juga disebut sebagai Al-Qolbu, merupakan tempat bersemayamnya iman, pengenalan, dan keyakinan kepada Allah SWT.

Namun, sangat disayangkan bahwa banyak manusia yang tidak memanfaatkan hatinya dengan baik. Mereka tidak menggunakan hatinya sebagai sumber kebaikan, sehingga perilaku mereka menjadi negatif.

Pentingnya menjaga hati sebagai institusi kebaikan juga tercermin dalam hubungan antarmanusia. Saat berhadapan dengan orang yang iri hati atau tidak menyukai kita, Islam mengajarkan untuk tetap menjaga hati yang tenang dan tidak terpengaruh.

Selain itu, pentingnya menjaga kebersihan hati juga berdampak pada perilaku dan ucapan seseorang. Hati yang baik akan mencerminkan perilaku dan ucapan yang baik pula. Sebaliknya, perilaku dan ucapan yang baik juga akan mencerminkan hati yang baik.

Di antara wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits adalah janganlah menghina orang lain. Setelah Rasul menyampaikan wasiat ini, Sayyidina Jabir bin Sulaim pun tidak pernah menghina seorang pun sampai kepada seekor hewan pun.

Hadits tersebut berbunyi:

لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا

“Janganlah engkau menghina seorang pun.”

Dalam surat Al Hujurat, Allah Ta’ala memberikan kita petunjuk dalam berakhlak yang baik,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa ayat di atas berisi larangan melecehkan dan meremehkan orang lain. Dan sifat melecehkan dan meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim no. 91).

Penjual Es Teh /Youtube/PCNU Magelang

Dalam perspektif Islam, menghina atau merendahkan orang lain, termasuk penjual teh atau siapa pun terlebih kepada mereka yang sedang bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, sangat tidak dibenarkan. Islam mengajarkan nilai-nilai adab, kasih sayang, dan penghormatan terhadap sesama manusia, terutama terhadap mereka yang berusaha dengan cara yang halal untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Pertama, dalam Islam, setiap pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang baik dan halal dianggap mulia, terlepas dari seberapa besar atau kecil pekerjaan itu. Rasulullah SAW sendiri memberi contoh dengan bekerja sebagai pedagang sebelum menjadi nabi, dan beliau sangat menghargai usaha orang lain yang bekerja dengan jujur. Dalam hadis, beliau mengatakan:

“Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba yang bekerja keras dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” (HR. Al-Hakim)

Kedua, menghina orang lain, apalagi yang sedang bekerja untuk mencari nafkah, jelas bertentangan dengan prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam). Setiap individu berhak dihargai dan dihormati, apapun profesinya. Islam mengajarkan untuk tidak menghina orang lain atau merendahkan pekerjaan mereka. Bahkan, dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu saling mengintip atau saling mencela satu sama lain.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Maka, menghina siapapun yang sedang bekerja adalah tindakan yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Alih-alih menghina, Islam mengajarkan untuk saling membantu, memberi dukungan, dan saling mendoakan agar setiap usaha yang halal mendapatkan keberkahan.

Islam juga menekankan pentingnya akhlak yang baik. Seorang Muslim dianjurkan untuk menjaga lisannya dari perkataan yang menyakitkan dan tidak pantas, serta lebih baik memberikan kata-kata yang membangun dan memotivasi. Menghina orang yang bekerja keras justru mencerminkan akhlak yang buruk dan bisa memperburuk hubungan sesama manusia.

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim terhadap orang yang menghina orang lain adalah menentang keras perbuatan tersebut, dan mengajarkan umat untuk bersikap adil, menghormati, dan menghargai segala jenis pekerjaan yang dilakukan dengan jujur dan ikhlas demi mencari nafkah.

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Gelombang 2 Double Degree Telah Dibuka! Kesempatan Kedua Mahasantri Dalwa

Previous article

Mengenal Syeikh Hisyam Al-Kabbani

Next article

Comments

Leave a reply