AtepberitaKolomOpini

Ponpes Dalwa di Era New Normal

0

 

Berbicara tentang santri, seseorang akan membayangkan kaum bersarung dan berpeci. Kegiatannya hanya mengaji dan mengaji, seakan tidak ada hal menarik yang bisa membuat seseorang betah dan bangga berada di pesantren. Apalagi pada kondisi pandemi, sepertinya mustahil bisa hidup nyaman di tengah tekanan berbagai aturan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Namun, pesantren yang sudah ada sejak abad ke-15 itu ternyata dinilai sebagai tempat efektif dalam upaya pencegahan penularan covid-19 yang sampai sekarang  belum juga kunjung sirna. Terlihat dari sebagian besar pesantren di Indonesia sudah mulai menerima santri untuk masuk dan belajar seperti sedia kala.

Bahkan, para wali santri tidak ragu memasukan anaknya ke pesantren walaupun dalam keadaan yang masih belum kondusif. Hal tersebut dilakukan agar anak-anak mereka bisa kembali belajar normal dan dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungan luar. Sebab jika terus menerus di rumah dengan gadget di tangannya, akibat paling kecil yang akan terjadi adalah munculnya rasa malas. Bahkan degradasi mental dan moral anak bisa saja terjadi karena pengaruh penggunaan media yang tidak terawasi.

Sebaliknya, santri yang tetap diam di pesantren saat yang lainnya pulang berjumpa dengan keluarga, mereka sama sekali tidak merasa menyesal walaupun jatah liburannya telah hangus. Justru mereka bangga dan senang tinggal di pesantren daripada harus pulang lalu diam di rumah dengan berbagai batu ujian yang akan menimpanya. Selain itu, mereka lebih aman dari tertularnya Covid-19 karena tinggal di pondok pesantren yang tidak sembarang orang bisa memasukinya.

Salah satu pondok pesantren yang sudah bisa menerima santri untuk tinggal dan belajar di dalamnya adalah Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah, Bangil, Jawa Timur. Sebelumnya, pada Maret 2020 lalu, saat Covid-19 memasuki Indonesia kemudian menyebar dan sampai ke Jawa Timur, pondok pesantren yang dikenal dengan sebutan Dalwa itu mengizinkan santrinya untuk pulang. Walaupun belum sampai pada waktu liburan dan keadaan semakin gawat, santri diperkenankan pulang dengan syarat di jemput oleh orang tua langsung atau pulang dengan rombongan sesuai daerah masing-masing.

Kemudian setelah perpulangan tersebut, sekitar 9 bulan para santri tinggal di rumah dan belajar melalui media Dalwa Tv yang sudah difasilitasi oleh pesantren. Waktu yang lama tersebut ternyata membuat santri terkena virus yang lebih membahayakan dari corona, yakni rasa malas. Hal itu diakibatkan karena pengaruh kebebasan dalam bergaul, kemudahan dalam mengakses berbagai media di smatrtphone tanpa pengawasan, sehingga membuatnya lalai untuk melaksanakan kewajiban sebagai tolabul ilm. Bahkan perkataan orang tua yang seharusnya ditaati pun, malah diabaikan karena asyik dengan dunia sendiri.

Maka dari itu, sebagian wali santri sangat berharap anaknya segera masuk pesantren, agar bisa Kembali ‘mengecas’ iman yang sudah mulai terkikis. Sehingga, anak mereka dapat terlindungi dari pengaruh buruk dunia luar.

Desember lalu, sudah mulai banyak santri yang berdatangan ke Ponpes Dalwa. Mereka diharuskan memenuhi syarat agar bisa diterima masuk ke pesantren, salah satunya adalah tidak sedang terjangkit virus corona yang dibuktikan dengan hasil swab. Jika hasil swabnya negatif, maka santri boleh masuk dan belajar di pondok. Namun, jika hasilnya reaktif, santri harus dikarantina terlebih dahulu sampai dinyatakan benar-benar negatif guna memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Saat tulisan ini dibuat, sekitar 8000 santri sudah masuk ke Pesantren Dalwa dan belajar seperti biasa. Suasana pesantren kembali ramai setiap hari, tentunya tanpa mengabaikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Bahkan belajar mengajar, baik diniyah maupun perkuliahan sudah dilaksanakan seperti sedia kala. Sebelum masuk ke pesantren, para pengajar diharuskan mengikuti tes Covid-19 dengan alat GeNose yang sudah disediakan oleh Pondok Pesantren Darulullghah wadda’wah. Hal tersebut dilakukan pihak pesantren guna mencegah terjadinya penularan virus Covid-19 kepada santri dan asatidzah yang berada di pesantren.

Dari banyak santri yang baru saja datang ke pondok, mereka merasa senang bisa kembali tinggal di pesantren. Bahkan santri yang belum pulang ke rumah dari tahun lalu pun tidak merasa bosan berlama-lama tinggal di pesantren. Bagaimana bosan, pesantren sudah dilengkapi dengan beberapa sarana prasarana serta hiburan untuk santri agar bisa tinggal di pondok dengan rasa senang.

Selain belajar ilmu agama, kini santri Dalwa bisa berolahraga setiap hari. Diantara olahraga yang digemari adalah sepak bola, tenis meja, bola voli, bulu tangkis, sepak takraw dan beberapa ada yang bermain bola basket. Bukan hanya sekedar berolahraga biasa, pesantren pun menyelenggarakan perlombaannya agar memicu semangat para santri untuk mengolah badan. hal tersebut dilakukan supaya imun tubuh mereka tetap kuat dan tidak mudah terkena penyakit. Bahkan, pesantren sudah menyediakan toko Dalwa Sport untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan santri dalam berolahraga.

Tidak hanya itu, pertandingan sepak bola Liga Dalwa pun menjadi tontonan favorit santri tiap minggunya. Para wali santri yang berada di rumah pun bisa menyaksikan anaknya bermain bola di pondok karena disiarkan oleh Dalwa TV. Dengan demikian, para santri lebih semangat dan betah untuk tinggal di pesantren.

Dari sedikit pemaparan di atas, pondok pesantren, khususnya Ponpes Dalwa telah menunjukkan dedikasinya dalam membantu kebutuhan masyarakat yang menginginkan anaknya belajar dengan tenang walaupun dalam keadaan pandemi dan terhindar dari pergaulan bebas yang marak terjadi di zaman milineal ini. Maka dari itu, ayo mondok!Atep/red

 

Berbicara tentang santri, seseorang akan membayangkan kaum bersarung dan berpeci. Kegiatannya hanya mengaji dan mengaji, seakan tidak ada hal menarik yang bisa membuat seseorang betah dan bangga berada di pesantren. Apalagi pada kondisi pandemi, sepertinya mustahil bisa hidup nyaman di tengah tekanan berbagai aturan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Namun, pesantren yang sudah ada sejak abad ke-15 itu ternyata dinilai sebagai tempat efektif dalam upaya pencegahan penularan covid-19 yang sampai sekarang  belum juga kunjung sirna. Terlihat dari sebagian besar pesantren di Indonesia sudah mulai menerima santri untuk masuk dan belajar seperti sedia kala.

Bahkan, para wali santri tidak ragu memasukan anaknya ke pesantren walaupun dalam keadaan yang masih belum kondusif. Hal tersebut dilakukan agar anak-anak mereka bisa kembali belajar normal dan dapat terhindar dari pengaruh negatif lingkungan luar. Sebab jika terus menerus di rumah dengan gadget di tangannya, akibat paling kecil yang akan terjadi adalah munculnya rasa malas. Bahkan degradasi mental dan moral anak bisa saja terjadi karena pengaruh penggunaan media yang tidak terawasi.

Sebaliknya, santri yang tetap diam di pesantren saat yang lainnya pulang berjumpa dengan keluarga, mereka sama sekali tidak merasa menyesal walaupun jatah liburannya telah hangus. Justru mereka bangga dan senang tinggal di pesantren daripada harus pulang lalu diam di rumah dengan berbagai batu ujian yang akan menimpanya. Selain itu, mereka lebih aman dari tertularnya Covid-19 karena tinggal di pondok pesantren yang tidak sembarang orang bisa memasukinya.

Salah satu pondok pesantren yang sudah bisa menerima santri untuk tinggal dan belajar di dalamnya adalah Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah, Bangil, Jawa Timur. Sebelumnya, pada Maret 2020 lalu, saat Covid-19 memasuki Indonesia kemudian menyebar dan sampai ke Jawa Timur, pondok pesantren yang dikenal dengan sebutan Dalwa itu mengizinkan santrinya untuk pulang. Walaupun belum sampai pada waktu liburan dan keadaan semakin gawat, santri diperkenankan pulang dengan syarat di jemput oleh orang tua langsung atau pulang dengan rombongan sesuai daerah masing-masing.

Kemudian setelah perpulangan tersebut, sekitar 9 bulan para santri tinggal di rumah dan belajar melalui media Dalwa Tv yang sudah difasilitasi oleh pesantren. Waktu yang lama tersebut ternyata membuat santri terkena virus yang lebih membahayakan dari corona, yakni rasa malas. Hal itu diakibatkan karena pengaruh kebebasan dalam bergaul, kemudahan dalam mengakses berbagai media di smatrtphone tanpa pengawasan, sehingga membuatnya lalai untuk melaksanakan kewajiban sebagai tolabul ilm. Bahkan perkataan orang tua yang seharusnya ditaati pun, malah diabaikan karena asyik dengan dunia sendiri.

Maka dari itu, sebagian wali santri sangat berharap anaknya segera masuk pesantren, agar bisa Kembali ‘mengecas’ iman yang sudah mulai terkikis. Sehingga, anak mereka dapat terlindungi dari pengaruh buruk dunia luar.

Desember lalu, sudah mulai banyak santri yang berdatangan ke Ponpes Dalwa. Mereka diharuskan memenuhi syarat agar bisa diterima masuk ke pesantren, salah satunya adalah tidak sedang terjangkit virus corona yang dibuktikan dengan hasil swab. Jika hasil swabnya negatif, maka santri boleh masuk dan belajar di pondok. Namun, jika hasilnya reaktif, santri harus dikarantina terlebih dahulu sampai dinyatakan benar-benar negatif guna memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Saat tulisan ini dibuat, sekitar 8000 santri sudah masuk ke Pesantren Dalwa dan belajar seperti biasa. Suasana pesantren kembali ramai setiap hari, tentunya tanpa mengabaikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Bahkan belajar mengajar, baik diniyah maupun perkuliahan sudah dilaksanakan seperti sedia kala. Sebelum masuk ke pesantren, para pengajar diharuskan mengikuti tes Covid-19 dengan alat GeNose yang sudah disediakan oleh Pondok Pesantren Darulullghah wadda’wah. Hal tersebut dilakukan pihak pesantren guna mencegah terjadinya penularan virus Covid-19 kepada santri dan asatidzah yang berada di pesantren.

Dari banyak santri yang baru saja datang ke pondok, mereka merasa senang bisa kembali tinggal di pesantren. Bahkan santri yang belum pulang ke rumah dari tahun lalu pun tidak merasa bosan berlama-lama tinggal di pesantren. Bagaimana bosan, pesantren sudah dilengkapi dengan beberapa sarana prasarana serta hiburan untuk santri agar bisa tinggal di pondok dengan rasa senang.

Selain belajar ilmu agama, kini santri Dalwa bisa berolahraga setiap hari. Diantara olahraga yang digemari adalah sepak bola, tenis meja, bola voli, bulu tangkis, sepak takraw dan beberapa ada yang bermain bola basket. Bukan hanya sekedar berolahraga biasa, pesantren pun menyelenggarakan perlombaannya agar memicu semangat para santri untuk mengolah badan. hal tersebut dilakukan supaya imun tubuh mereka tetap kuat dan tidak mudah terkena penyakit. Bahkan, pesantren sudah menyediakan toko Dalwa Sport untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan santri dalam berolahraga.

Tidak hanya itu, pertandingan sepak bola Liga Dalwa pun menjadi tontonan favorit santri tiap minggunya. Para wali santri yang berada di rumah pun bisa menyaksikan anaknya bermain bola di pondok karena disiarkan oleh Dalwa TV. Dengan demikian, para santri lebih semangat dan betah untuk tinggal di pesantren.

Dari sedikit pemaparan di atas, pondok pesantren, khususnya Ponpes Dalwa telah menunjukkan dedikasinya dalam membantu kebutuhan masyarakat yang menginginkan anaknya belajar dengan tenang walaupun dalam keadaan pandemi dan terhindar dari pergaulan bebas yang marak terjadi di zaman milineal ini. Maka dari itu, ayo mondok!Atep/red

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

المعاهد الإسلامية دورها في رفع مستوى الاقتصاد الإندونيسي

Previous article

144 Wisudawan Angkatan Syubban Assohwah Resmi Menjadi Mutakhorrijin

Next article

Comments

Leave a reply