“Buat apa hinaan orang, yang penting kita bisa membuat Abuya bahagia.” sebuah motto yang melatarbelakangi lahirnya Qism Baqiyaturruzz (divisi khusus yang mengumpulkan sisa-sisa nasi di pondok). Adapun sebab lahirnya divisi ini karena Nur Fauzi selaku pencetus memiliki kepedulian kepada sisa-sisa nasi santri dan tidak dimanfaatkan. Berangkat dari sinilah santri asal Sidoarjo dan bersama dua temannya yang lain, Umar Faruq dan Fawwaz Ahsin meminta izin kepada Ustadz Ismail Ayyub ketua bagian departemen kesiswaan, untuk mengumpulkan dan memanfaatkan sisa-sisa nasi ini untuk dijadikan aking (karak).
Di awal pendiriannya memang banyak cercaan dan hinaan yang berusaha memadamkan himmah (semangat) mereka. Tapi mereka tak patah arang dan menjadikan hinaan tersebut sebagai api yang membakar semangat mereka. Dengan diiringi niat khidmah demi mendapat ridho Abuya, dan sekarang mereka membuktikannya dengan menyulap limbah nasi menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis dan tentunya semua keuntungan kembali ke pondok.
Adapun untuk masalah pendistribusian, mereka memiliki beberapa pengepul yang datang dari berbagai daerah baik dari dalam kota maupun luar kota seperti; Kraton, Rejoso hingga Sidoarjo dan Probolinggo. Kebanyakan dari mereka mengambil karak setiap bulan dalam jumlah besar untuk pakan ayam.
Dibalik kesuksesannya dalam berkhidmah, pasti ada kendala-kendala khusus seperti penyakit malas. “Setelah disibukkan dengan waktu dars (belajar) kita masih ada tugas untuk mengumpulkan nasi. Kadang ada penyakit malas, tapi karena hinggap dalam diri kita motivasi terbesar yaitu Abuya, malas serasa terusir. Dari beban menjadi sebuah kebutuhan untuk menggapai ridho beliau (Abuya).” Ungkap Nur Fauzi. Dia menambahkan “sebenarnya tugas kita tidak hanya mengumpulkan sisa-sisa nasi. Ada beberapa tugas lain yang kami kerjakan salah satunya mencuci piring ketika pondok ada acara.”
Di akhir wawancaranya, dia berpesan agar para santri tidak mubadzir dengan nasi mereka.Fahri/red.
Comments