Solo, Dalwa Berita– Sabtu (11/01/2020) Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah kembali mengutus tim yang terdiri dari direktur pascasarjana IAI Dalwa, dewan guru, Mahasiswa Pascasarjana, Dewan Pengurus Masjid menuju ke Ponpes Annur yang terletak di kampung IT Solo untuk melakukan studi banding dan kuliah lapang.
Sesampai disana rombongan disambut begitu ramah dan takdzim. pada pertemuan yang kedua kalinya ini, Dr. Habib Zainal Abidin Bilfaqih, M.Pd. selaku perwakilan dari rombongan menyampaikan dalam sambutannya “Adab seseorang kalau punya ilmu maka datanglah ke tempatnya tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu.” Beliau juga menambahkan “Bahwa tekhnologi bagi anak kalau dipisah, sesungguhnya memisahkan anak dengan zaman.”
Founder aplikasi Alkubro Ust. Junaidi yang dikunjungi oleh tim Dalwa telah berkecimpung dalam meneliti bidang ilmu teknologi selama 15 tahun di bidang pengembangan pendidikan berbasis tekhnologi. Beliau bercita-cita ingin membuat sebuah lompatan besar dengan tekhnologi dalam Pendidikan. Dalam upaya melakukan pengembangan tersebut, beliau bahkan harus berkunjung ke luar negeri seperti Jepang, Australia, dan Korea. sewaktu kunjungannya ke negara Jepang beliau melihat umat Islam disana sangat beradab, umat muslim disana seperti menggunakan Prinsip Addinu Ya’li Wala Yu’la Alaih. “Pendidikan di negara Jepang ngak boleh zig-zag pindah-pindah sekolah, harus satu sekolah sampai lulus, berpendidikan satu, tidak seperti negara kita.” Cerita beliau. “Dan ikon suatu negara berkembang, pertama dapat dilihat dari perpustakaanya.” Tambah beliau.
Di sesi akhir acara, tim utusan Dalwa memberikan cenderamata sebagai kenang-kenangan kepada founder aplikasi AlKubro Ust. Junaidi. Dalam studi banding dan kuliah lapang tersebut ust. Junaidi juga memberikan sertifikat kepada setiap utusan yang di dalamnya terdapat kode unik untuk mengakses aplikasi Alkubro yang menyimpan segudang info seputar pendidikan.
Esok harinya tim Studi Banding dan Kuliah Lapang Dalwa melanjutkan perjalanannya ke Ponpes Annur yang mengusung program tiga bulan bisa baca kitab. Ternyata studi banding yang dilakukan oleh utusan tim Dalwa ke Ponpes Annur yang bertempat di Pakis Magelang sudah dikenal oleh beberapa negara seperti Malaysia, Brunei, Kamboja, Filippina dalam menjalankan program metode 3 bulan bisa baca kitab. Pendiri pondok tersebut ustadz Syamsul Ma’arif yang juga merupakan penemu metode ini telah meluluskan sebanyak 35 angkatan baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam sebuah penyampaian beliau mengutarakan “Siapa yang responnya lama maka akan ditinggalkan.” Adapun metode bisa baca kitab ini didasari dengan 3 hal yaitu ;
- Hafal dan faham kaidah nahwu dan sorof.
- Hafal banyak kosa kata.
- Banyak praktek.
Dan ditambah dengan fokus agar tidak banyak pelajaran yang dia dalami “kemahiran seseorang sebanding lurus dengan kualitas dan kuwantitas.” Jelas penemu metode bisa baca kitab dalam 3 bulan ini, dan juga beliau mengajarkan kepada para santrinya berbahasa Arab dengan kitab Muhawaroh dan kamus Asriah karangan Abuya Hasan bin Ahmad Baharun sehingga ustadz Syamsul Ma’arif mengatakan “Ini yang datang adalah guru-guru kami.” disebabkan terjalinnya hubungan keilmuan melalui kitab Muhawaroh dan kamus Asriah. Ustadz Syamsul Ma’arif telah membuat metode dan buku-buku yang sangat memudahkan dalam membaca kitab dalam waktu 3 bulan diantara adalah kitab Al Munir dan masih banyak lagi.Fanani/red.
Comments