Bangil, Dalwa Berita- Di antara tradisi para Habaib sejak dulu manakala telah memasuki bulan Rajab adalah mengkhatamkan kitab Shahih Bukhari.
Dalam rangka melestarikan tradisi tersebut, Ponpes Dalwa mengadakan pembukaan pembacaan kitab Shahih Bukhari pada Sabtu siang, (13/01/2024).
Pembukaan ini digelar di Masjid Baitul Ghaffar dan dihadiri oleh banyak Asatidzah, para tamu undangan diantaranya adalah Pimpinan pesantren sendiri, yakni Abuya Al-Habib Zein Baharun, Syeikh Maher, Ustadz Ihya Ulumuddin dll.
Acara ini diawali dengan pembacaan qasidah-qasidah yang kemudian dilanjutkan dengan membaca kitab Shahih Bukhari secara bergilir.
Nantinya pembacaan kitab ini akan terus berlangsung hingga kurang lebih sebulan lamanya. Dimana para santri akan diberikan waktu di antara Maghrib dan Isya serta setelah shalat Subuh untuk melanjutkan pembacaan kitab ini hingga khatam.
Shahih Al Bukhari diprioritaskan, karena diakui oleh para ulama bahwa kitab ini memiliki derajat lebih tinggi dibanding kitab hadits lain.
Lantas, dari mana tradisi ini bermula?
Menurut Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri, tradisi pembacaan Kitab Shahih Bukhari atau Khataman Bukhari di kalangan Alawiyin dimulai dari Kota Zabid, Yaman. Semenjak ratusan tahun lalu, para habib telah melakukan tradisi ini pada bulan Rajab.
Tradisi Khataman Bukhari di bulan Rajab kemudian dibawa para habib ke Nusantara secara turun-menurun, misalnya di Pasuruan. Tradisi ini telah berlangsung sejak Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf dan masih berlangsung hingga sekarang.
Di Gresik, tradisi ini berlangsung sejak Habib Abu Bakar Assegaf, dan diteruskan oleh anak dan cucunya hingga sekarang. Di kota-kota tertentu di Indonesia, pembacaan tidak hanya berlangsung di satu tempat.
Di Pasuruan, selain di Ponpes Dalwa, khataman Bukhari ini juga dilakukan di petilasan Habib Ja’far juga berlangsung di Pondok Sunniyah Salafiyah di Sungi Kecamatan Kraton, di Pondok Putri Sunniyah Salafiyah.
Di Jakarta, Majelis Kwitang Habib Ali Al Habsyi termasuk di antara majelis yang rutin melaksanakan tradisi ini, begitu pun murid-murid Habib Ali Ali Al Habsyi. Mereka melaksanakan di majelis-majelis mereka, sehingga tradisi Khataman Bukhari semakin luas di Jabodetabek.
Mengapa khataman Bukhari dilaksanakan di bulan Rajab?
Ada hubungan erat antara kaum alawiyin dengan para pemuka agama dari Bani Al Ahdal yang menetap di Kota Zabid, Yaman Utara. Sebab, tatkala kakek mereka, Imam Ahmad Al Muhadjir hijrah dari Basrah ke Yaman, turut pula kakek atau leluhur dari Bani Al Ahdal.
Saat sampai di zabid, leluhur Bani Al Ahdal ini menetap swdangkan Imam Ahmad Al Muhadjir meneruskan perjalanan hingga ke Hadramaut di Yaman Selatan.
Alawiyin pada masa berikutnya banyak berdatangan ke kota Zabid untuk menuntut ilmu hadits. Rujukan mereka di dalam periwayatan hadits di antaranya Muhadits Al Yaman Al Imam Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya bin Umar Al Ahdal.
Tradisi pembacaan Khatam Bukhari mulai dilakukan di Kota Zabid, di mana banyak kaum Alawiyin menuntut ilmu hadits di kota tersebut.
Ada dua alasan khusus tradisi ini digelar pada Bulan Rajab. Pertama, karena bulan itu sudah mendekati Ramadhan, yang mana di dalamnya syariat puasa, zakat, qiyam lail digalakkan, sehingga umat Islam lebih memahami amalan-amalan itu. Apalagi setelah itu diikuti amalan haji yang menyangkut manasik dan safar.
Disamping itu, dengan adanya halaqah ini, maka mereka sudah terkondisi dengan aktivitas positif, yakni thalabul ilmi, sehingga setelah memasuki bulan Ramadhan, waktu tetap terisi dengan amalan mulia.
Kedua, Mu’adz bin Jabal RA dan para sahabat membawa Islam ke Yaman bertepatan bulan Rajab. Sehingga bagi masyarakat Yaman, Bulan Rajab memiliki keistimewaan tersendiri. Di bulan Rajab ini mereka bergembira dan merayakan waktu di mana Islam masuk pertama kali ke negeri mereka.
Sesuai dengan perkataan para salaf ,”Bulan Rajab untuk menanam, Sya’ban untuk menyiram dan Ramadhan untuk menyemai”. Rupanya, umat Islam Yaman tidak hanya menyemai pahala amalan pada bulan itu, karena banyak pula ilmu yang berhasil mereka “reguk” selama tiga bulan. Sehingga ilmu dan amal selalu beriringan.Afdillah/red.
Comments