beritaFahriWawancara

Wawancara Ekslusif Pra-launching Buku Dr. Habib Segaf Baharun, M.H.I. “Di Era Pandemi Covid-19 Bersama”

0

Bagaimana proses penulisan buku tersebut, Ustadz?

Prosesnya adalah bagaimana dakwah Nabi Muhammad SAW sampai ke semua, dengan berbagai cara, dan itu yang harus kita lakukan sekarang ini sebagaimana walisongo menerapkan dan melaksanakannya. Jadi pada saat zamannya, wayang itu menjadi budaya yang sangat menyebar dan melekat dimana-mana, kemudian jadilah wayang itu sebagai media untuk dakwah. Sekarang, mungkin medsos itu adalah permisalan dari perwayangan Sunan Kalijaga itu. Sehingga kita masuk dalam segala segi.

Kebetulan seharusnya pada Rajab 2 tahun yang lalu itu kami safari dakwah selama 17 hari. Tapi di hari ke sembilan kami tidak melanjutkannya karena kami tidak mau melawan pemerintah (karena social distancing), dan menerapkan prokes yang ada. Sehingga kami membatalkan acara yang ada dan kami telepon satu persatu yang punya acara dan minta maaf padanya, dan gantinya kami (melakukan kajian) online. Dakwah itu kan memberi nasihat, pengingat dan memberikan peringatan dan itu yang harus mereka (umat) dapatkan setiap hari dan setiap saat, maka dengan tidak dibukanya majelis-majelis itu paling tidak kami dapat mengakomodisi keinginan dan kebutuhan mereka itu, sehingga pada saat itu setiap malam, alfaqir (melakukan kajian) online. Setelah terlaksana sekian episode selama dua tahun, kemudian walady (anak saya) Umar, barakallah fiih meminta itu (kajian online) untuk dibukukan, “Bi, ahsan itu dibukukan, orang kalo mau dakwah tinggal baca bukunya abi atau orang itu ingin ambil nasihat dengan mengulang-ulang dengan apa katanya abi disitu.” “Sudah, Mar, coba aja.” Kemudian rekaman itu ditulis, kemudian kami menyuruh keduanya, walady Umar dan Abdullah Al-hamid untuk men takhrij hadist dan ayat-ayatnya (penelusuran atas lokasi hadis dalam sumber-sumbernya yang asli), akhirnya jadilah kitab itu. Sedang judulnya tetesan salju karena memang salju itu adalah diantara solusi dari segala macam problematika kehidupan. Artinya kita ingin minum air es itu dingin kan? Karena salju yang ada dalam freezer. Maka menjadi segar tenggorokan. Kemudian kita ingin makan dalam jumlah yang besar pun ga mungkin, sehingga sisa dari makanan itu kita taruh freezer, maka menjadi solusi bisa mengawetkan. Yang ketiga, yang namanya salju itu merupakan anugrah dari langit, anugrah dari Allah. Oleh karenanya maka kami beri nama tetesan salju ditengah pandemi Covid-19. Itu awal mulanya.

Kapan launching itu dilaksanakan dan melibatkan siapa saja, Ustadz?

Sebagaimana yang kami sebarkan, insyaallah jam 08. 30 tiga hari kedepan akan kami mulai bersama para santriwati, mahasiswi, ustadzah, para dosen 

Rencananya berapa eksempelar buku ini akan dicetak?

Sementara ini sebagai pembuka kami akan cetak 2000 eksempelar dan sekarang kami buka pre order dan sudah ada 50 lebih yang pre order. Semoga manfaatlah, karena itu bukunya tebal. Sebenarnya kami mau cetak jilid 1 jilid 2, karena agak ribet, akhirnya kami jadikan satu, tebalnya 860 halaman.

Untuk penyebarannya apakah melibatkan organisasi Al-hasaniyah tiap wilayah?

Ya, bisa jadi. Karena kalau berbicara marketing itu bukan urusan saya, itu bagian saya punya anak, Sayyid Ahmad dan Habib Bidin serta asisten kami. Kalau ana kadang-kadang harganya ga paham, bagaimana cara penjualannya ga paham. Yang penting ana nulis. Adapun keuangan dan sebagainya itu (urusan) anak saya. Paling ana tanya  “ada uang ga?” ga ngerti permasalahannya (marketing).

Motivasi yang membuat antum produktif dalam menuangkan sebuah karya?

Ya, sebagaimana selalu kami kisahkan bahwasanya yang menjadi keprihatinan Nabi SAW di akhir zaman ini adalah banyaknya kerusakan moralitas anak-anak muda, kaum remaja, kaum muslimin dan muslimat mendarah daging sekarang, jadi sangat parah dampak yang pernah ada sepanjang zaman. Sehingga satu-satunya solusi itu adalah penyuluhan, dan pembeberan dari sunnah Nabi SAW dengan berbagai cara. Kadang-kadang ada seseorang yang dia itu ingin hadir online, karena mulainya itu malam kemudian dia itu kerja, atau baru pulang kerja, capek, penat kadang-kadang bahkan sudah tidur. Sehingga kiranya perlu bagi mereka yang ingin mendapatkan faedah tapi dia tidak mempunyai waktu atau waktunya bertepatan, sehingga adanya buku ini bisa membuka peluang ia untuk mendapatkan hidayah.

 Memang, buku, begitu pula orang alim, penulis, dan juga para dai itu semua butuh media. Jangankan kita, Nabi Muhammad SAW sendiri ditegur dalam Al-quran  dengan sebutan Innama anta mudzakkir lasta alaihim bimusyaitirin. Jadi kamu itu hanya sebatas pemberi peringatan saja. Dalam ayat lain disebutkan wamaa alaika illa al balagh, Nabi tidak punya kewajiban kecuali menyampaikan saja. Kalau masalah isinya itu manfaat atau tidak, berguna atau tidak, bisa membuat orang mendapat hidayah atau tidak itu bukan urusan kita, yang penting kita sudah melaksanakan kewajiban yang Allah berikan berupa ilmu. Karena sebagaimana yang dikatakan oleh Abuya Hasan, “Segaf, kamu mau jadi apapun silahkan, abi hanya memfasilitasi dan mengarahkan. Tapi kalau kamu sudah pilih ilmu sebagai jalur ente, maka saat itu ente bukan milik ente lagi, bukan milik keluarga lagi, bukan milik golongan tertentu. Tapi ente milik umat sekarang, berdasarkan sabda Nabi SAW, al ilmu dhallatun mukmin fa in wajadtumuhu fakhuduhu, ilmu itu adalah barang yang hilang milik seorang mukmin. Sebagaimana kita mendapatkan barang yang pernah hilang, maka ambil. Karena itu hak kita. Sekarang kebutuhan orang adalah tulisan yang bersumber dari agama yang harus kita beberkan. Mungkin orang membaca kitab, kemudian ia mendapat anugrah dari Allah SWT, mendapat riayah, menerapkan isinya, kita kan ngga tau. Kalo ga berguna untuk zaman sekarang, mungkin zaman setelah ini. 

Harapan ke depan setelah ditulis buku ini?

Harapan kedepannya adalah memberikan motivasi kepada anak-anak kami mahasiswa, mahasiswi untuk rajin merangkum, menulis, mengumpulkan data-data yang berfaedah untuk disebarkan. Karena itu merupakan sebab-sebab untuk merealisasikan permintaan Nabi SAW kepada setiap umat. Tidak ada seorang pun dari umat Nabi kecuali sudah pernah diminta dengan satu permintaan yaitu Ballighu anni walau ayat. Sampaikan dariku walau satu ayat. Jadi harapan kami dengan adanya buku ini, “O..buat faedah itu mudah kok, tinggal ngumpulin saja, menulis saja, tinggal menyampaikan saja. Kalau itu dikatakan mudah, kenapa kita tidak mau melaksanakan? Jadilah kita prajurit dari Nabi Muhammad SAW sebagaimana sudah banyak prajurit dari prajuritnya syetan. Kita ini harus menjadi tentara Nabi, bagaimana kita dapat menyebarkan seluas-luasnya, selebar-lebarnya, sebesar-besarnya yang berada dalam naungan dakwah dan syariatnya Nabi SAW.

Mungkin ada pesan bagi santri agar produktif menulis?

Yang pertama jangan kita menulis dengan sesuatu yang tidak pasti. Jadi semua yang kita katakan itu berdasarkan kepada manhaj dakwah yang kami pegang, dan itu yang kami dapatkan langsung dari Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al maliki dan juga Abuya Habib Hasan Baharun, guru dan ayah kami. Maka buku ini akan menjadi bukti bahwasanya kami terapkan teori yang diajarkan untuk mereka. Apa itu, disitu (dalam dakwah) tidak menyebutkan nama, kami tidak menyebutkan golongan, kami juga tidak pernah melawan dan menyinggung pemerintah, itu kami lakukan karena itu adalah teori dakwah dari guru-guru dan orangtua kami, sehingga jejak digital maupun data yang tersimpan tidak pernah didapatkan dari kami menyebutkan golongan, dan itu tariqah yang bisa diterima semua kalangan. Dengan adanya buku ini harapan kami dapat menjadi motivasi bagi murid kami, mahasiswa dan mahasiswi kami, santri dan satriwati kami untuk bagaimana kita itu berbuat. Jangan bagaimana kita itu melihat, memandang dan menilai. Kalau melihat, memandang dan menilai itu bukan suatu pencapaian. Tapi pencapaian itu bagaimana kita berbuat dalam merealisasikan keinginan dan permintaan Nabi Muhammad SAW, jadi kami berharap, kami bahagia, senang sekali ketika ada santri dan santriwati kami yang berusaha untuk memberikan kemanfaatan bagi manusia. Dan harapan kami kepada mereka semua, semoga mereka termasuk dalam ranah hadist khoirunnas anfauhum linnas. sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain, itu saja yang kami harapkan bagi santri dan santriwati. Sedangkan urusan dunia adalah murni mandat dari Allah SWT. Jadi jangan sampai kita menulis itu hanya ingin mendapatkan sebuah faedah duniawiyah, tidak. Tapi kita menulis itu supaya naik derajatnya, tambah pahalanya, dihapus dosanya dan kita punya jariah setelah meninggal di masa yang akan datang.                                                                         

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Video 7 dari Ig

Previous article

Abuya Al Habib Zein Baharun

Next article

Comments

Leave a reply