FahriKolomOpini

Hormati Gurumu, Berkah Hidupmu

0

 

Banyak hal menjadi besar, karena berawal dari hal kecil. Banyak kesuksesan, berawal dari hal yang sering dianggap kurang penting atau kurang berpengaruh. Padahal hal yang sering dilupakan itulah yang menjadi salah satu kunci kesuksesannya. Banyak orang dianggap sukses, karena instansi atau lembaga terakhir yang dijalaninya. “Dia kok cerdas banget ya?” “Ya wajarlah, lulusan uneversitas A.” “Masyaallah, beliau sangat alim?” “Gimana gak alim beliau aja lulusan Timur Tengah.” Celetukan-celetukan seperti ini, mungkin pernah kita dengar. Masyarakat lebih tersihir dengan pendidikan terakhir orang yang dianggap berpengaruh, dan sangat jarang, bahkan tidak pernah seseorang menanyakan pendidkan pertamanya. Seperti, “dia kok cerdas bener ya?” “ Ya iya lah dia aja lulusan SD A, atau SMP A.”Sangat tidak pernah. Padahal, kalau kita tahu, kesuksesan seseorang tidak hanya bertumpu dan dipengaruhi oleh satu instansi saja. Akan tetapi, semua elemen yang pernah memberikan ilmu padanya memiliki peran dan pengaruh tersendiri dalam menunjang kesuksesan dirinya.
            Dalam Islam, kita diajari agar tidak membeda-bedakan guru. Orang alim ada karena pernah ada guru yang dulu mengajarinya alif  ba’ ta’. Seorang cendikiawan ada karena dulu pernah ada guru yang yang mengajarinya huruf alfabet. Memang, ia bisa bisa membaca kitab gundul dengan lancar, memang ia ahli dalam masalah sastra. Tapi ingat, tanpa guru yang dulu mengajarinya teknik dasar membaca dan menulis, mereka tidak akan sesukses sekarang. Banyak dari kita lupa akan masalah dasar ini, menganggap hal ini merupakan hal wajar-wajar saja yang terkesan lumrah. Memang, ketika kita menerima asupan ilmu dari guru tidak spontan kita bisa mengamalkannya dan langsung merasakan manfaatnya. Tapi, lima sampai sepuluh tahun yang akan datang, kita bisa merasakan manisnya ilmu yang pernah ia ajarkan tersebut. Begitu  pentingnya menghormati guru-guru yang telah berperan dalam hidup kita walau pun hanya mengajarkan sedikit ilmu, sampai Sayyidina Ali Karamallahu wajhah dalam menghormati jasa orang yang telah bersedia mencurahkan waktu dan tenangannya untuk mengajarkannya suatu ilmu mengatakan “aku adalah budak bagi orang yang mengajariku walau satu huruf.”
Guru adalah lentera kegelapan yang mempunyai fungsi menerangi kehidupan. Dalam kitab Kanzul Ummal, diceritakan, bahwa suatu saat Ibnu Abbas radhiyallahu anhupergi ke rumah sahabat Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu untuk menuntut ilmu. Karena sahabat Zaid tidur maka, sahabat Ibnu Abbas menunggunya didepan pintu rumah, beliau berdiri tanpa mengetuknya hingga sahabat Zaid keluar dari rumahnya. Ketika keluar, ia langsung memegang tali onta dan mendampingi Zaid. Melihat Abdullah bin Abbas melakukan hal tersebut, lalu Zaid berkata: “wahai keponakan Rasulullah SAW, mengapa kamu tidak menyuruhku datang ke rumahmu saja? Ibnu Abbas menjawab, “demikianlah kami diperintah berbuat baik kepada ulama kami.” Dari cerita tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa sahabat sekaliber Ibnu Abbas radhiyallahu anhu yang notabene mempunyai gelar raisul mufassirin (pemimpin para mufassir) serta keponakan Nabi SAW, memiliki rasa takzim luar biasa terhadap seorang guru. Bagaimana dengan kita yang tak bergelar apa-apa?
            Mantan presiden ada, mantan gubernur, mantan bupati atau walikota juga ada. Tapi tidak untuk mantan guru, apakah pernah terdengar panggilan seperti itu?. Guru, selamanya tetap guru. Sedikitpun tidak mengurangi eksistensi jasanya di mata murid, meskipun digerus oleh perubahan zaman. Dan ingat! jangan membanding-bandingkan guru satu dengan lainnya Karena, semua bermuara pada satu tujuan yaitu, mencerdaskan serta menjadi lentera akan  gelapnya kehidupan.
            Dari penjelasan di atas, setidaknya kita bisa mengambil poin-poin penting. Pertama, semua guru tanpa terkecuali, memiliki peran yang sama dalam mecerdaskan muridnya. Kedua, ilmu yang didapat sekarang, tidak langsung spontanitas dapat kita rasakan tapi lima atau sepuluh tahun yang akan datang, ilmu tersebut akan terasa berguna bagi kehidupan kita. Ketiga, sikap takzim atau hormat kepada guru adalah sesuatu yang kewajiban dan harus dimiliki oleh setiap orang yang menuntut ilmu. Keempat, tidak ada kata mantan guru. Semua orang yang pernah mengajari kita adalah adalah guru yang mana kita diwajiban untuk patuh dan tunduk padanya. Dan yang terakhir, jangan sekali-kali membandingkan guru satu dengan guru lain Karena setiap guru mempunyai cara tersendiri dalam memahamkan dan mendidik murid-muridnya.Fahriyahya/Red.

 

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Jual-Beli Harga Diri

Previous article

Ospek di Dalwa? Part 1

Next article

Comments

Leave a reply