Bangil, Dalwa Berita – Musyawarah Fiqhiyyah yang digelar oleh El-Mufiq kembali dimulai pada Rabu malam (26/7/2023) di halaman depan perpustakaan Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.
Musyawarah pembukaan tersebut membahas jenazah Osama bin Laden, teroris kelas kakap yang jenazahnya dibuang ke laut dengan alasan tidak diterima di negara mana pun dan khawatir dikultuskan.
Meski musyawarah berjalan ramai, terlihat dari setiap kubu mengajukan referensi yang didapatnya dari berbagai kitab fiqhi dan mengharuskan menguras waktu yang panjang. Namun, fiqhi tetaplah selalu ada perbedaan pendapat ulama menyesuaikan keadaan dan perkembangan zaman.
Terlepas dari hal itu, Musyawarah Fiqhiyyah ini bertujuan agar para santri belajar bersama serta mengasah kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai ilmu fiqhi.
“Tujuan kami di sini untuk sama-sama belajar mengkaji kitab para ulama, keilmuan fiqhi sangat luas, makannya kita membuat organisasi El-Mufiq ini untuk keluasan mereka mengkaji fiqhi, karena kebutuhan fiqhi nanti di masyarakat sangat penting sehingga sejak di pesantren mereka perlu diasah dan dilatih,” ungkap Ustaz Hilmi selaku Korektor musyawarah tersebut.
Namun, dalam musyawarah para santri harus tetap menjaga dan mendahulukan adab mereka ketika mengajukan pendapatnya, sehingga dapat menjadi contoh bagi yang lain.
“Pesan Abuya ketika kita mengadakan Bahtsul Masail (membahas problematika fiqhi) mengundang pesantren lain, kita harus menjadi contoh untuk mereka, seperti contoh dalam adab ketika bermusyawarah,” ujar Ustaz Hilmi mengutip pesan Abuya.
Wahyu Khairur Rifqi, salah satu peserta El-Mufiq mengungkapkan keuntungan ia ikut serta dalam Bahtsul Masail.
“Belajar dan kembali muthola’ah (mengulang pelajaran), itu yang pertama. Kedua, melatih kesabaran dan belajar tidak merasa benar sendiri,” papar Wahyu.
Sama seperti Ustaz Hilmi di atas, ia mengutip pesan Abuya dari pengalamannya ketika menggelar MFA pada tahun 2019.
“Bahkan Abuya pernah berpesan ketika MFA 2019 itu, adabnya dijaga! Kemudian ketika kalian salah akui bahwa kalian salah. Tujuan daripada ini semuanya satu, biar kita banyak muthola’ah kitab,” terang mantan Wakil ketua El-Mufiq itu.
Terkahir, ia sebut bahwa untuk ikut Musyawarah Fiqhiyyah ini tak harus santri pintar tapi santri yang mau belajar dan ingin mewujudkannya.
“Tidak harus santri yang pintar karena pintar itu karena belajar, tapi yang mau dengan cara pertama melihat setelah melihat baru ada keinginan kemudian mewujudkannya,” pungkasnya.Taslim/red.
Comments