ArtikelRedaksi

Bolehkah Merayakan Tahun Baru Masehi?

0

Malam Tahun Baru Masehi selalu menjadi momen istimewa bagi banyak orang di seluruh dunia. Meski begitu, dalam ajaran Islam, merayakan tahun baru Masehi tidak dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dalam Islam, seperti menjaga akidah dan menghindari perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat.

“Masehi” sendiri secara khusus merujuk pada sistem penanggalan yang digunakan dalam kalender Gregorian, yang mulai diterapkan pada tahun 1582 oleh Paus Gregorius XIII. Dimana waktu kelahiran Yesus Kristus sebagai titik awal dalam perhitungan waktu.

Selain berkaitan erat dengan tradisi kekristenan, berikut beberapa alasan mengapa sebagian ulama dan cendekiawan Islam melarang merayakan tahun baru Masehi:

  1. Tidak Ada Tuntunan dalam Syariat

Tahun baru Masehi adalah tradisi yang berasal dari kalender Gregorian yang digunakan oleh umat Kristen dan merupakan perayaan untuk menandai pergantian tahun menurut sistem penanggalan mereka. Dalam Islam, tidak ada perayaan khusus untuk menyambut tahun baru berdasarkan kalender Masehi. Umat Islam sebenarnya memiliki sistem kalender sendiri, yaitu kalender Hijriyah, yang dihitung berdasarkan peredaran bulan (qamariyah). Perayaan yang lebih dianjurkan dalam Islam adalah perayaan hari-hari besar Islam seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta peringatan maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

  1. Berisiko Meniru Tradisi Non-Muslim

Salah satu alasan yang sering dikemukakan adalah khawatirnya umat Islam terlibat dalam perayaan yang merupakan tradisi non-Muslim, yang bertentangan dengan prinsip menjaga identitas dan kehormatan agama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad:

“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.”

Meskipun ini bukan larangan langsung, namun ada kekhawatiran bahwa merayakan tahun baru Masehi bisa dianggap sebagai bentuk imitasi terhadap tradisi yang bukan berasal dari ajaran Islam.

  1. Fokus pada Ketaatan kepada Allah

Dalam Islam, lebih dianjurkan untuk mengisi waktu dengan amal ibadah, berdoa, dan memohon ampunan serta keberkahan, bukan dengan merayakan hari yang tidak memiliki dasar dalam agama. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.”

Dalam konteks ini, umat Islam sebaiknya menjaga niat dan tujuan hidup mereka dengan memperbanyak amal yang mendekatkan diri kepada Allah.

  1. Momen Refleksi Diri, Bukan Perayaan

Dalam Islam, perayaan tahun baru Masehi bisa saja dianggap sebagai suatu bentuk kesia-siaan atau pemborosan, terutama jika lebih berfokus pada aspek hiburan, konsumsi, atau kegiatan yang tidak produktif secara spiritual. Islam lebih menekankan pentingnya muhasabah (introspeksi diri) dan memperbaharui tekad untuk menjadi lebih baik di setiap waktu, bukan hanya saat pergantian tahun. Oleh karena itu, lebih baik bagi umat Islam untuk memanfaatkan momen pergantian tahun untuk bermuhasabah dan memperbaiki diri dalam ketaatan kepada Allah.

  1. Kalender Hijriyah sebagai Patokan

Umat Islam memiliki kalender Hijriyah yang mengikuti peredaran bulan, yang juga digunakan untuk menentukan waktu-waktu ibadah penting seperti puasa di bulan Ramadhan, haji, dan perhitungan zakat. Kalender Hijriyah dimulai dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah. Oleh karena itu, dalam Islam lebih baik memperingati tahun baru Hijriyah, yang lebih terkait dengan sejarah dan perjuangan umat Islam.

Apa yang Bisa Dilakukan Sebagai Alternatif?

Meskipun merayakan tahun baru Masehi tidak dianjurkan, umat Islam bisa memanfaatkan momen pergantian tahun untuk berbagai kegiatan positif, seperti:

  1. Muhasabah dan Istighfar: Mengingatkan diri untuk bertobat dan memohon ampunan dari Allah atas segala dosa dan kekhilafan di tahun yang telah berlalu.
  2. Meningkatkan Ibadah: Memulai tahun dengan memperbaiki kualitas ibadah dan tekad untuk lebih taat kepada Allah.
  3. Isi Akhir Tahun Dengan Membaca Doa Akhir Tahun.

Membaca doa akhir tahun dibaca sebelum maghrib sebanyak 3x dan berikut doanya :

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.

Artinya: Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.

  1. Membaca Doa Awal Tahun.

Doa awal tahun dibaca selepas melaksanakan solat Maghrib juga sebanyak 3x. adapun doanya sebagai berikut:

اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya: Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.

  1. Membuat Resolusi Positif: Membuat komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik, seperti memperbaiki akhlak, meningkatkan ilmu agama, dan memperbanyak amal kebaikan.
  2. Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah: Memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman, dan sesama umat Islam, serta mempererat solidaritas dan kerjasama dalam kebaikan.

Semoga pada tahun mendatang kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, dan selalu mendapatkan keberkahan dari Allah swt.

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

LPI Sabilillah Malang Studi Banding Ekonomi dan Bahasa Arab ke Dalwa

Previous article

Amalan Bulan Rajab yang Dianjurkan

Next article

Comments

Leave a reply