beritaWawancara

AKHLAQ SANTRI MENJADI BEKAL UTAMA KETIKA DI RUMAH

0
Aroma liburan telah tercium oleh berbagai santri pondok pesantren Darullughah Wadda’wah, semua telah bersiap-siap untuk menyambut hari tersebut, selama setengah tahun mereka menunggu. Kali ini Kru Koran AT-TANWIR mewawancarai Rektor Institit Agama Islam Darullughah Wadda’wah al-Ustadz Habib Segaf bin Hasan Baharun mengenai pesan dan pendapat beliau. akan Liburan santri pada kali ini.


Gimana peran santri di era globalisasi sekarang?
Santri adalah seorang yang menggali ilmu Rasul SAW yang berarti paling tau pada sunnah, syariat, dan akhlak nabi, sedangkan kita tau, bahwa orang yang mempunyai ilmu berarti dia harus mengamalkan ilmunya sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Habib Abdullah al Haddad “ Yang namanya ilmu sesalu memanggil dan menuntut pemiliknya untuk mengamalkannya jika dia mengamalkan maka cahaya dan barakah tetap pada dirinya, jika sebaliknya maka dia akan lari dan tinggal bendanya saja, ilmunya ada tapi tidak ada manfaat, cahaya dan barokahnya.
Oleh karena itu, saya katakan bagi santri yang akan merasakan masa liburnya di rumah, merupakan sebuah kesempatan. maka dari itu, Abuya al Habib Zain bin Hasan Baharun telah merubah tradisi yang biasa dilakukan santri DALWA ketika liburan di rumah. Hari tersebut bukan hari libur, tapi hari mujahadah dan dakwah. Inilah keinginan Abuya, supaya para santri mengamalkan ilmunya, dan saya katakan ini merupakan sebuah kesempatan, kenapa demikian? karena Sayyidina Isa AS berkata barang siapa yang mengetahui, mengamalkan kemudian mengajarkan maka dia akan disebut orang yang sangat agung disisi Allah SWT.
Jadi, bagi santri yang tau birrul walidain, yaaa… birrul walidain, yang tau tentang shalat Tahajjud maka Shalat Tahajjud, bukan Cuma untuk dirinya, tapi juga berdakwah kepada keluarga, tetangga dan teman-temannya.

Bisa dijelaskan Ustadz, Kegiatan yang paling manfaat buat santri ketika di rumah?
Ada tiga point yang saya anggap paling penting untuk mereka laksanakan. yang pertama birrul walidain : karena sekian lama mereka berada di pesantren (10 bulan 20 hari), ini kesempatan yang besar untuk berbakti pada orang tua seperti yang lalu saya jelaskan pada santri, dimanapun mereka harus berbakti kepada orang tua. Kalau di pesantren berbaktinya dengan rajin belajar, taat pada guru, mencari ilmu sebanyak-banyaknya supaya ilmu yang didapatkannya bermanfaat.
Ketika mereka pulang ke rumahnya maka itulah birrul walidain yang sesungguhnya dengan kita berbakti kepada orang tua, tidak pernah membantah, menyusahkan, membikin galau, resah, dan menolak apa yang diminta.
Kalau bisa kita melakukan seperti apa yang dilakukan orang besar, dimana mereka mendapatkan tempat yang tinggi dengan cepat seperti kilat dengan cara bukan hanya salaman kepada orang tua dengan mencium tangan tapi dengan mencium jidatnya juga dan kakinya, karena di situ terdapat rahasia Allah SWT, maka siapa ingin anaknya mendapatkan Maqam yang sangat tinggi, dimudahkan segala urusannya, dipanjangkan umurnya, dan dibahagiakan hidupnya maka kerjakanlah hal tersebut. Filsafatnya itu, kalau kita sudah cium kaki ibu, sebagai mana banyak para ulama, seperti yang saya sebutkan dalam kitab terbaru “Syariat Islam Solusi kehidupan Dunia”, banyak dari para ulama yang mencium kaki ibunya dan disitu ada rahasianya seperti al Muhaddis Muhammad bin Munqodir dimana beliau ketika pada waktu Tahajjud Cuma dua rakaat setelah itu mengambil kaki ibunya kemudian digosok-gosokkan ke dadanya dan kepalanya, itu lebih disukai oleh beliau dari pada melaksanakan yang lainnya.
Karena dengan demikian berarti mereka telah mensyukuri kenikmatan. Seorang anak itu harus tau ketika dia hidup di dunia. ketika meraih prestasi setingggi apapun, kebahagian, itu semua bersumber dari kedua orang tua.
Yang kedua: berdakwah. Berdakwah disini ada dua macam, tetapi yang lebih kita utamakan dan lebih kita tekankan disini adalah dakwah bil hal (tingkah) bukan dakwah bil Maqal (Ucapan) itu yang diinginkan oleh Abuya sebagai mudirul ma’had. Dakwah bil hal adalah memperagakan akhlak yang baik, apa yang telah kita pelajari dan lihat, ketika kita melihat guru-guru kita berprilaku, bagaimana mereka melakukan aktifitasnya, itulah yang kita harus lakukan di masyarakat. Itu yang kedua, jadi dahulukanlah dakwah bil haldari dakwah bil maqal.
Ketiga: Mencari pundi-pundi amal kebaikan dibulan Ramadhan, dimana, para habaib, para auliya ketika datang Ramadhan maka mereka beribadah secara maksimal seperti Habib Abdulloh bin Husain bin Thohir yang mengumpulkan keluarganya ketika bulan Ramadhan. Berapa banyak para wali Allah yang mendapatkan derajat wali setelah keluar dari bulan Ramad
han, bahkan disebutkan dikalangan para habaib di Hadramaut, banyak dari mereka yang masih belum berkumis, ketika keluar dari Ramadhan mereka menjadi wali, bahkan di Tarim banyak yang melakukan shalat tarawih enam kali bahkan lebih karena mereka ingin memaksimalkan waktu dan mendapatkan pundi-pundi pahala bulan Ramadhan. Itulah tiga secara pribadi Ustadz pesankan untuk anak-anak didik kita yang tak lain adalah anak kita sendiri.


Terus bagaimana tanggapan Antum tentang Ittihad-Ittihad yang mengadakan Pesantren Kilat di daerah masing-masing?
Yaaa.. itu termasuk suatu yang implemintasi terhadap apa yang disampaikan oleh sayyidina Isa, yaitu setelah belajar sekian lama di pondok lalu mengamalkan kemudian menyampaikan ini termasuk pengajaran yang perlu dilaksanakan dan itu menambah amal pahala yang sangat besar, seperti yang dikatakan oleh Habib Ali al Habsyi “ tidak ada satu jalan yang paling cepat untuk menggapai martabat yang tinggi disisi Allah dan mencapai cinta Allah dan Rasulnya melebihi dari dakwa ilalloh.
Dengan mengajar mereka akan mempunyai kepedean, sehingga yang namanya ilmu itu seperti yang dikatakan Ibnu Kholdun adalah sebuah pekerjaan, orang alim itu punya pekerjaan tapi beda antara pekerjaan yang menghasilkan pahala disisi Allah dan pekerjaan yang mendapatkan dunia saja.
 Maka dari itu, ada beberapa yang harus dipesankan kepada mereka yang mengikuti pesantren kilat, yang pertama harus didasari niat ikhlas bukan karena suatu apapun, karena apagunanya dakwah tanpa ikhlas. Kita ingin berdakwah dan dakwah kita diterima maka hendaknya kembalikan kepada sumber yang asli yaitu Nabi Muhammad SAW. Kita harus tiru niat, perilaku nabi. bagaimana Nabi menyampaikan dakwahnya ? kalau sudah sesuai maka dakwah akan diterima.  Kembalikanlah kepada sumbernya dalam cara, niat perilaku, penyampaian dan sebagainya. Jangan sampai kita menyinggung golongan orang lain, tapi yang kita harus ajarkan bagaimana mereka cinta Allah, Rasulullah dan kepada agama.
Syariat mempunyai hikmah yang sangat besar untuk meraih kebahagian, keamanan, kesejahteraan. Kemudian yang kedua, dalam berdakwah ada sebuah kendala, rintangan, maka cara dakwah kita diterima dengan melewati rintangan demi rintingan yaitu dengan menggunakan tiga senjata yang diajarkan oleh nabi kita Muhammad SAW yaitu wasiat nabi kepada Muadz bin Jabal, wasiatnya nabi kepada kebanyakan sahabat “bertakwahlah kepada Allah dimanapun berada”, karena semua system  yang ada di dunia adalah sistem Allah, kehedakNya, kekuatanNya, jadi bukan kekuatan manusia sama sekali, yang membuat orang dibenci atau di cintai. Allah, yang membuat seseorang berhasil atau tidak, yang membuat seseorang amalnya diterima atau tidak, jika kita tidak bertakwah pada Allah maka dengan jalan apa kita bisa menggapai sesuatu yang kita harapkan.
Oleh karena itu cara supaya kita diterima, apapun itu, baik , harta, jabatan, urusan dan lain sebagainya, harus dilandasi dengan takwah kepada Allah dalam artian kita melaksanakan semua kewajibannya, perintahnya dan kita jauhi semua larangannya.
 Kedua, yang namanya perjuangan itu harus dimulai dari sebuah kepahlawanan, perjuangan. Perjuangan harus melalui sebuah perlawanan dan perlawanan itu tidak mungkin kalau tidak ada interaksi, perlawanan itu harus ada  musuh, harus ada tidak suka, jadi jangan  sampai kita hidup dalam keyakinan  bahwa seorang ustadz dan dai tidak akan dimusihi, gak mungkin, Ridhanya manusia itu adalah suatu keinginan yang tak mungkin tercapai. Kalau yang terjadi pada nabi SAW saja seperti itu, dimana Rasulullah Maksum, paling utamanya manusia. Oleh karenanya menyikapinya bagaimana?
Diajarkan oleh Nabi SAW, orang yang tidak baik kita baiki, kalau benci kepada kita, kita harus jadikan sebuah tantangan, yang tadinya benci harus tidak benci itu senjata yang diajarkan Nabi SAW. kalau Nabi sudah mengatakan Tamhuha, pasti akan dihapus oleh nabi, orang yang benci kalau kita baiki pasti akan berubah, yang tadinya benci pasti akan berubah, begitu pula orang yang menganggu kita, kita baiki, kita dekati.
Kenapa didunia ada orang yang benci? orang yang menganggu? karena mereka tertipu, siapa yang menipu? Yaitu syaitan. Nabi SAW bersabda terkait dengan tanda-tanda keimanan. Jadi sebagai tanda keimanan kita, kita jangan pasrah, tunduk kepada mereka, mereka itu dikuasai oleh syaithan, sehingga ketika mereka tau bahwa mereka salah akan sadar dan mereka bisa kita rangkul dan kita akan mendapat pahala.
Ketiga, berdakwah supaya diterima tanpa ada rintangan adalah berakhlaklah ketika berdakwah. Untuk pesantren kilat, kita ziarah ustadz sekitar tempat itu, minta izin dulu kepada mereka, minta izin kepada aparat dan sebagainya, kalau ingin mengumpulkan dana maka pakai cara yang baik, jangan minta dana kepada orang yang tidak suka. Jika mereka memberika pada kita maka itu adalah sebuah penghinaan karena ilmu bukan milik kita tapi milik Allah dan Nabi Muhammad SAW harus dimulyakan, dihormati.

Gimana pendapat antum tentang ngabuburit ketika bulan Ramadhan?
Segala amal perbuatan kita harus kembali kepada 4 hal yaitu Al Quran, Hadist, Atsar dan yang terakhir adalah hati nurani kita. Ngabuburit tidak ada dari empat rujukan. Jadi kita harus kembali kepada hadits yang terkait dengan ngabuburit itu, seperti dalam hadist Rasul SAW, janganlah kamu menjadi Inma’
a’
, kemudian sahabat bertanya apa itu Rasul ? kalau semua orang baik maka kita ikut baik, kalau semua orang tidak baik maka kita ikut tidak baik, artinya jika terdapat suatu budaya, budaya apapun itu maka kita tidak harus ikut tapi kita harus menguatkan hati kita, apalagi hal itu tidak lazim dilakukan, tidak baik, apalagi sampai melanggar syariat Islam maka kita harus tinggalkan. Lebih baik kita nunggu buka puasa sambil membaca dzikir, mengajar, melakukan birrul walidain kepada orang tua dan sebagainya.


Gimana pesan dan harapan antum untuk santri Darullughah Wadda’wah?
Ponpes Dalwa bukan terkenal dengan Bahasa Arabnya, bukan dengan dakwahnya tapi terkenal dengan akhlaqnya. Abuya al Habib Hasan pelopornya, Abuya Zain dan juga guru-guru semua itu adalah pelopornya.
Mereka diterima dimana-mana karena Akhlaqnya, Dalwa  bukan terkenal karena dakwahnya, bukan Bahasa Arabnya, prestasinya dan lainnya tapi dengan akhlaknya dimanapun kita berada maka tunjukkan bahwa inilah santri Dalwa yang mengikuti jejak nabi Muhammad, sebagaimana santriwati kita kasih nama WWSDCPR ( Wanita-Wanita Sholehah Dalwa Calon Pendamping Rasulullah) begitu juga anak-anak Dalwa kita kasih nama Junudul Musthafa (Tentara- Tentara Mushthafa) yang mereka akan menyenangkan hati baginda Rasul SAW dengan perilaku baik, akhlak yang yang baik. Itulah pesan kami untuk kalian semua, seperti kata nabi Isa As, setelah kita berucap, setelah kita beraksi, setelah kita beramal lalu kita pergi dari tempat kita dengan meninggal aktifitas tersebut maka orang memujinya, orang memuliakannya, orang senang dengannya, semoga kalian semua dimudahkan oleh Allah SWT untuk menjalankan aktifitas dan tidak masuk masuk kedalam fitnah karena fitnah pada zaman ini sangat luar biasa, semoga kalian termasuk yang dijaga bahkan yang bisa menjaga masyarakat-masyarakat kita kaum muslimin dan semoga kita semua termasuk orang yang bisa mengembirakan nabi Muhammad SAW setiap minggunya, bulannya, tahunnya dan seumur hidupnya, Isyaallah, alfatihah…
admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Peran Pesantren dalam Menyiapkan Generasi Emas Bangsa 2045

Previous article

Workshop SPM Menjadi Bekal Sebelum Terjun ke Masyarakat

Next article

Comments

Leave a reply