FahriKolomOpini

ISLAM, MENINDAS ATAU DITINDAS?

0

       Setelah berjalan 14 abad lamanya, keberadaan Islam tidak bisa dipisahkan dari sebuah tantangan, halangan dan rintangan terus mewarnai perjalanan agama suci ini. Terlebih ketika awal kehadirannya di muka bumi. Banjir perperangan terus dirasakan oleh baginda nabi dan sahabat-sahabatnya guna memperjuangkan kebenaran yang hakiki. Kaum kafir Quraisy tak henti-hentinya mengganggu dakwah Al musthofa dengan berbagai cara. Melempar kotoran hewan adalah salah satunya. Membantai, dan menyiksa sahabat nabi yang tak sejalan dengannya. Menghina, mencaci dan memaki nabi dengan istilah “tukang sihir” merupakan rutinitas harian mereka. Itu merupakan kebiasaan musuh-musuh Islam di zaman dahulu kala.
      Jasmerah!!! Jangan lupakan sejarah, begitulah kata Ir. Soekarno ber-orasi dengan nada menggelegar agar seseorang dapat mengetahui sejarah perjuangan para pendahulunya. Orang yang melek akan sejarah akan mengetahui bagaimana Islam ditindas, disakiti dan dimusuhi oleh para musuhnya. Tapi sayangnya, di zaman ini distorsi sejarah terus digencarkan oleh musuh Islam guna menutupi realita yang ada. Mereka menggambarkan bahwa Islam hadir dengan kekerasan dan peperangan. Mereka pura-pura buta dan tak henti-hentinya meracuni masyarakat dengan sejarah palsu.  
Memang benar, jauh-jauh hari Allah SWT menyinggung mereka dalam firmannya yang berbunyi “katakanlah wahai Muhammad, orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka.” Dari zaman ke zaman gangguan terhadap muslim selalu ada. Mereka tak pernah lelah menyakiti dan berusaha merusak citra Islam dari luar maupun dalam. Upaya propaganda terus digencarkan dari kasus ISIS sampai tragedi runtuhnya gedung WTC seolah merupakan bukti mereka untuk memperkuat dugaannya terhadap arogansi umat Islam. Demo selalu ada di setiap sudut kota “say no to Islam”, “Islam terrorism”, serta “stop Islamitation of Europe’’ terus mereka suarakan seakan menuntut keadilan. Aspirasi mereka diperkuat dengan media yang ada. Islam digambarkan dengan agama keras, intoleran dan berbagai stigma negatif lainnya. Setidaknya usaha mereka berhasil sehingga terciptalah kata Islamophobia. Tidak hanya dari luar, usaha mereka juga dilakukan dari dalam. Mereka rela mempelajari Islam sampai ke akar-akarnya bukan bermaksud mencari hidayah, melainkan untuk mencari kelemahan Islam. Membayar mahal asal muslim terkapar, mungkin itulah motto mereka. Seperti kasus ISIS yang dikabarkan sebagai gerakan Islam. Menurut keren Amstrong dalam bukunya ” Islamophobia “, dia menjelaskan bahwa presentase jumlah korban muslim lebih banyak dari kafir. Ketika sudah begini, masihkah disebut sebagai gerakan Islam                Ketika islam melakukan sedikit kesalahan, dibesar-besarkan. Sedangkan ketika non-muslim melakukan pemberontakan terhadap muslim sehingga menewaskan banyak korban, media bungkam. Dimana letak keadilan?
 Beberapa waktu yang lalu, Indonesia juga sempat dilanda Islamophobia, tepatnya ketika seorang oknum membawa bendera merah putih bertuliskan tauhid, dia ditangkap serta diintrogasi oleh pihak keamanan negara. Sedangkan dalam kasus sama, seperti yang terjadi di banyak konser, bendera merah putih betuliskan Metallica, Dream theater dan banyak lainnya, tidak ditindak lanjuti? Apakah mereka benar-benar alergi dengan kalimat penyemangat yang dikobarkan bung Tomo ketika membakar nyali para pejuang  arek-arek Surabaya? Rentetan tragedi pengeboman masih menjadi alasan mengapa mereka alergi terhadap Islam. Mereka tidak sadar bahwa merekalah yang banyak merugikan umat Islam dengan perbuatan biadab yang mereka lakukan. Tapi sayangnya kebiadaban mereka seakan tidak terendus oleh media masa. Seperti tragedi pembantaian di Uighur Cina yang menewaskan ribuan muslim, kasus Rohingnya yang menewaskan 6700 etnis muslim seperti dilansir oleh Badan Sosial Medicins Sans Frontieres, kasus pembantaian muslim di Bosnia dan banyak lagi kasus-kasus biadab lainnya. Tapi lagi-lagi sayang, media seakan tidak menciumnya.
   Tragedi akhir-akhir ini yang membuat kita sedih yaitu pembantaian yang dilakukan oleh salah satu oknum di New Zealand sehingga mengakibatkan 50 muslim meninggal, menambah rentetan panjang akan kebiadaban kafir dalam memusuhi Islam. Semoga dengan kasus ini media-media lebih bijak dan obyektif dengan pemberitaan yang ada. Sehingga masyarakat bisa menilai Islam dengan benar dan tidak ada lagi stereotype negatif yang dilontarkan non muslim kepada agama yang penuh rahmah ini.Fahri/red.
admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Pengajian Kitab Nuurut Tijan Bersama Pengarangnya

Previous article

Tamu dari Kudus Kunjungi Dalwa

Next article

Comments

Leave a reply