AtepKolomOpini

Pelajar Harus Menulis!

0

“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.”  – Imam Al-Ghazali

Pada abad-21, kemajuan ilmu pengetahuan sangatlah pesat. Berbagai macam penemuan baru telah banyak merubah dunia dengan karya-karya yang tetap abadi. Semua ilmu pengetahuan dapat menjadikan dunia penuh dengan kecemerlangan, ini karena ilmu dan tulisan. Jika seandainya para ilmuan, khususmya para ulama, mereka tidak menuliskan apa yang mereka ketahui, lalu dari mana kita bisa mengetahui banyak pengetahuan?

Menurut Pranoto (2004; 9) menulis berarti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Sebagai seorang pelajar, menulis merupakan suatu kewajiban baginya. Sebab, pelajar adalah orang-orang yang setiap waktunya disuguhkan hanya untuk belajar saja, bukan yang lain. Setiap hari mereka mendapatkan ilmu yang tak terhitung banyaknya. Maka, perlulah bagi mereka agar mengikatnya dengan tulisan agar ilmu itu tidak terlupakan. Rasulullah shollallahualaihiwasallam telah berwasiat dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Hakim,

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya

Bayangkan, apa jadinya apabila ilmu tidak ditulis? Tentu akan mudah hilang. Contohnya ketika Sayyidina Abu Bakar, atas saran dari Sayyidina Umar bin Khotthob memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang masih berada di dada para sahabat untuk ditulis dan dibukukan. Pada saat itu Sayyidina Umar bin Khotthob takut karena banyak huffadz (para penghafal Al-Qur’an) yang gugur sebagai syuhada dalam peperangan. Oleh sebab itulah, Sayyidina Umar mengaggap perlu untuk menuliskan Al-Qur’an. Sampai saat ini, manfaat dari penulisan dan pembukuan Al-Quran’an sangat terasa oleh dunia. Dari kisah ini, dapat diketahui bahwa ilmu itu perlu diikat dengan tulisan.

Dalam kacamata agama, sangatlah dianjurkan untuk menulis. Begitu pula pada tuntutan zaman ini, generasi muslim harus menulis. Tulisan-tulisan sesat sudah menyebar ke pelosok negeri. Lihatlah di buku atau media baca lainnya, banyak tulisan di sana yang bermaksud mendoktrin pikiran pembaca agar mengikuti ajaran dan cara pandangnya. Semakin ini dibiarkan, semakin banyak masyarakat kehilangan imannya hanya karena kita sebagai muslim tidak mampu menyaingi tulisan mereka. Jangan hanya bisa menggerutu di hati, tapi menulislah untuk meluruskan tulisan mereka. 

Selain sebagai penampung ide, menulis juga memiliki segudang maanfaat. Salah satunya adalah sebagai tabungan akhirat. Karena berdakwah dengan tulisan berbeda dengan berdakwah melalui ucapan. Tulisan akan tetap abadi walaupun pengarangnya sudah wafat. Tulisan akan selalu dibaca dan menyebarkan banyak manfaat. Contohnya kitab-kitab para ulama, walaupun pengarangnya sudah lebih dulu meninggal dengan jarak berabad-abad lamanya, tapi karyanya tetap bermanfaat menyinari umat. Tentu kemanfaatan ini menjadi amal jariyah bagi pengarangnya. 

Sebagai pemula, menjadi penulis tidaklah mudah. Butuh kemauan yang tinggi dan komitmen yang kuat untuk bisa menghasilkan karya seperti penulis-penulis terkenal. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan, kita juga bisa melakukannya. Menurut Kuntowijono, syarat menulis itu ada 3, yaitu menulis, menulis dan menulis. Sedangkan menurut Ustadz Junaedi salah seorang staff pengajar di Ponpes Dalwa, jika ingin menjadi penulis hebat harus melaksanakan 9 M, yaitu Menulis, Menulis, Menulis, Menulis, Menulis, Menulis, Menulis, Menulis dan Menulis. 

Jika kita sebagai tipe yang menjadikan menulis adalah beban kehidupan, sesungguhnya perasaan itu dapat dihilangkan dengan melatih membiasakan diri untuk menulis. Ir. Jarot Widjanarko, seorang penulis produktif, mulanya beliau lebih suka berbicara daripada menulis. Menulis merupakan sesuatu yang menjadi beban berat bagi dirinya. Namun sejak tahun 1998, beliau mendisiplinkan diri untuk menulis setiap hari, memulainya dengan catatan harian. Hingga akhirnya, jika pergi ke toko buku, sangat mudah menjumpai karangan beliau dengan lebih dari 40 judul hasil buah tangan beliau.

Walhasil, seorang muslim wajib menulis! Setiap orang mempunyai potensi untuk menghasilkan suatu karya tulisan sebagai bukti bahwa diriya pernah ada di dunia ini. Sesungguhnya potensi itu ada pada pembaca. Yuk menulis! Atep/red

admin dalwaberita.com
Media Informasi dan Berita Terpercaya Seputar Ponpes Dalwa

Role Model Sebagai Jalan Kesuksesan

Previous article

Sambangi Dalwa, Korbinmas Mabes Polri Gandeng Pesantren dalam Penanggulangan Terorisme

Next article

Comments

Leave a reply