Sejak Revolusi industri pada tahun 1750, Manusia telah melepaskan sekitar 1.5 triliun ton Karbon dioksida ke atmosfer bumi, dan pada tahun 2019 kita masih melepaskan 36 miliar ton Karbon dioksida lagi ke udara, ini hampir dua kali lipat lebih banyak sejak tahun 2000 yang berkisar 24 miliar ton pertahunnya. Dan tak hanya itu, manusia juga menghasilkan gas rumah kaca seperti Metana dan Dinitrogen Oksida yang setara 50 miliar ton Karbon Dioksida setiap tahunnya. Semua ini menyebabkan perubahan iklim dan pemanasan global, emisi terus meningkat tapi kita perlu menurunkannya menjadi nol.
Beberapa tahun belakangan ini efeknya semakin terlihat, peningkatan suhu global, lebih banyak gelombang panas dan pelelehan gletser terbanyak dan setiap tahunnya semakin parah, satu-satunya cara untuk membatasi perubahan iklim adalah dengan mengurangi emisi kita dengan cepat. Walaupun semua negara setuju terhadap tujuan itu, mereka tidak sependapat tentang siapa yang akan bertanggung jawab atau siapa yang harus menanggung beban terberat.
Jadi, siapa yang akan bertanggung jawab dan siapa yang harus bertindak paling banyak?
Pertanyaan pertama adalah siapa penghasil emisi terbesar sekarang?
Menurut Ourworldindata.com, pada tahun 2017 berkaitan dengan dimana CO2 diproduksi, Asia merupakan pengemisi terbesar pertahunnya yang mencakup 53 persen emisi global yang mengeluarkan 19 miliar ton pertahun, Kemudian diikuti oleh Amerika Utara sebesar 18 persen, Eropa 17 persen dan 12 persen sisanya.
China menyumbang emisi terbesar sekitar 10 miliar ton pertahunnya, diikuti Amerika Serikat 15 persen dan Uni Eropa 10 persen, jika digabungkan, ketiganya menyumbang lebih dari separuh emisi didunia. Kemudian ditambah oleh India, Rusia, Jepang, Iran, Arab Saudi, Korea selatan dan Kanada, bila semua digabungkan dengan tiga negara diatas maka sepuluh negara ini bertanggung jawab atas 75 persen emisi global.
Jika kita memutuskan bahwa sepuluh negara diatas adalah yang terlebih dahulu harus bertanggung jawab, maka itu adalah penilaian yang terlalu cepat.
Oleh karena itu, mari kita beralih ke pertanyaan kedua.
Negara mana dengan total emisi tertinggi?
Berbicara tentang hal ini, jika kita melihat seluruh emisi yg dihasilkan sepanjang sejarah hingga sekarang, maka pandangan kita berubah drastis. Amerika dan Eropa mengalahkan China.
Amerika telah mengeluarkan sekitar 400 miliar ton CO2 sejak tahun 1751, ia bertanggung jawab atas 25 persen emisi historis, mengalahkan China dengan total emisi 200 miliar ton.
Kemudian Uni Eropa (UE 28) berada diperingkat kedua dengan total 353 miliar ton emisi dengan presentase 22 persen secara historis, lalu China diperingkat ketiga.
Akan tetapi, selain menghitung total tahunan dan total secara historis, kita juga harus menghitung populasi dan emisi total dari sebuah negara.
Umumnya negara dengan populasi yang banyak juga menghasilkan emisi lebih banyak, dan hal ini mengarahkan kita pada pertanyaan berikutnya.
Negara mana dengan emisi per orang terbanyak?
Manusia rata-rata menghasilkan 5 ton Karbondioksida pertahun, akan tetapi rata-rata bisa menipu. Jika kita perinci dengan membagi total emisi dengan populasinya, kita akan mendapatkan nilai emisi perorangan.
Maka negara dengan emisi perorangan tahunan terbesar jatuh pada negara-negara penghasil minyak utama, hal ini terutama berlaku bagi mereka yang populasinya relatif rendah. Sebagian besar berada di Timur Tengah, Pada 2017 Qatar memiliki emisi tertinggi yaitu 49 ton per orang, diikuti oleh Trinidad dan Tobago (30 ton), Kuwait (25 ton), Uni Emirat Arab (25 ton), Brunei (24 ton), Bahrain (23 ton) dan Arab Saudi (19 ton).
Namun, karena populasi yang relatif sedikit berarti juga menghasilkan emisi total yang sedikit. Oleh karena itu, negara dengan penduduk yang lebih banyak akan menghasilkan total emisi yang lebih tinggi juga seperti Amerika, Australia dan Kanada dengan jejak Karbon (Besaran emisi gas rumah kaca yang diproduksi oleh individu untuk kegiatan sehari-hari) masing masing lebih dari 15 ton dan ini lebih dari rata rata global pada tahun 2017 dengan kisaran 4.8 ton per orang.
Meski china menjadi penyumbang emisi terbesar saat ini, akan tetapi China memiliki populasi yang besar sehingga emisi perorangan hanya sekitar 7 ton pertahunnya.
Disisi lain, standar hidup tinggi suatu negara juga seharusnya menghasilkan jejak Karbon yang tinggi seperti hasil dari kendaraan bermotor dan batubara untuk menghasilkan listrik, dll. Akan tetapi jelas ada perbedaan jumlah emisi bahkan antara negara yang mempunyai standar hidup yang sama. Sebagai contoh: Pada tahun 2015 hanya 6 persen listrik di Prancis yang menggunakan bahan bakar fosil dibanding Jerman yang menggunakan 55 persen bahan bakar fosil sebagai pembangkit listriknya.
Semua ini akhirnya berakhir pada satu hal: ketidak setaraan emisi global membuat perselisihan mengenai siapa yang benar-benar membuat dampak: negara-negara kaya dengan emisi per orang yang tinggi atau negara yang memiliki penduduk terbanyak
Dilansir dari Ourworldindata.com, golongan menengah keatas penduduk dunia, termasuk negara-negara kaya menyumbang 86 persen emisi didunia dibanding negara-negara miskin yang hanya 14 persen.
Namun mirisnya, negara-negara dengan emisi kecil beresiko mengalami kerugian lebih besar akibat perubahan iklim. Negara negara berkembang seperti ketahanan pangan, bencana alam, dll.
Oleh karena itu, pertanyaan terakhir ialah, siapa yang bertanggung jawab?
Kebanyakan negara-negara kaya saat ini berada pada posisi yang nyaman, meraka menjadi kaya dengan menggunakan bahan bakar fosil, mereka memiliki jejak karbon historis yang besar dan rata-rata emisi perorangan yang masih tinggi.
Akan tetapi, emisi negara pertahun mereka disusul oleh negara lain seperti negara raksasa China, dan negara raksasa lain seperti India mulai menyusul.
Lalu apakah ada acara untuk mengurangi emisi global? Hal itu tentu bisa dilakukan contohnya, negara-negara kaya yang berpendidikan dan berteknologi tinggi mengembangkan solusi penghasil energi yang rendah karbon dan murah dan disebarkan keseluruh dunia, dan kita juga perlu teknologi penghasil energi yang murah dan mudah tersedia dan tentu saja rendah karbon, agar negara-negara miskin tidak terlalu bergantung pada bahan bakar fosil.
Satu hal lagi, jika negara-negara barat yang kaya mulai menangani masalah iklim dengan serius, maka negara lain akan mengikuti, dan semua ini harus dilakukan secepat mungkin.
China mungkin menjadi pengemisi terbesar saat ini yang berarti mereka juga harus menangani masalah ini dengan cara dan waktu yang tepat. Akan tetapi ini tidak mengurangi kewajiban negara lain dalam mengurangi emisi tahunan mereka, dan mereka harus menyelesaikan masalah ini dengan cara mereka sendiri.
Perubahan iklim adalah masalah global yang berarti ini adalah masalah kita bersama. Mengungkit kesalahan masa lalu adalah pilihan yang tidak tepat agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Maka dari itu, ini adalah hal yang tidak bisa diselesaikan secara individu.
Menentukan siapa yang bertanggung jawab bukanlah hal yang sederhana, dan hal ini telah menjadi pembahasan selama bertahun tahun tanpa hasil yang jelas.
Dan pada akhirnya, semua ini kembali kepada kita. Kita harus berusaha megurangi emisi dengan semua kemampuan kita, jika mereka belum memulainya, maka mulailah dari dirimu sekarang. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11). wallahua`lam.
Comments