Pada tahun 750-1500 Masehi, kejayaan Islam di muka bumi membentang dari Andalusia sampai ke Nusantara. Kekuatan laut dan daratnya disegani dunia. Pada masa itu pula pendidikan dalam agama Islam mencapai puncaknya. Ilmuwan-ilmuwan dan cendekiawan muslim muncul ke permukaan dan mencetuskan berbagai macam penemuan. Sebutlah Al-Khawarizmi sang pakar matematika, Ibnu Sina (Avicenna) dengan ilmu kedokterannya, Ibnu Khaldun dengan teori sejarahnya, Ibnu Rusyd (Averroes) dengan filsafatnya, dan masih banyak lagi cendekiawan muslim yang menjadi simbol akan majunya bidang pendidikan dalam agama Islam.
Namun, setinggi apapun nilai pendidikan yang dipegang suatu bangsa, tak akan mampu bertahan lama tanpa dukungan sumber daya yang pantas dan memadai. Sebagai contoh, pancaran peradaban Islam yang bersinar di Eropa pada masa kekhalifahan Abbasiyah dan Utsmaniyah seakan-akan redup begitu saja pada hari ini dan hanya meninggalkan bekas jejak yang dapat dinikmati sebatas oleh padangan mata. Mereka memiliki modal yang lebih dari cukup untuk mempertahankan pendidikan, namun prasarana yang kurang menyebabkan mimpi itu kandas di tengah jalan.
Di sisi lain, Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi negara yang memiliki sumbangsih besar dalam mempertahankan pendidikan Islam. Dilansir dari www.republika.co.id, dalam sebuah artikel berjudul “Literasi, Jalan Membangun Lagi Kejayaan Islam”, Nasarudin Umar sebagai Imam Masjid Istiqlal menyebutkan bahwa rakyat Indonesia harus bangga karena Indonesia bahkan sudah menjadi kiblat peradaban dunia Islam dan masyarakatnya sudah puluhan tahun bisa hidup dalam perbedaan. Salah satu sebab bertahannya pendidikan Islam di bumi pertiwi adalah banyaknya lembaga pendidikan Islam berupa madrasah, pesantren dan perguruan tinggi.
Pondok pesantren mengambil peran paling besar dalam mempertahankan kemurnian pendidikan Islam. Sarana yang disediakan oleh pesantren mengacu kepada kesahihan kitab-kitab yang dipelajari dan guru-guru dengan sanad yang jelas sampai kepada ulama-ulama salaf, sehingga kemurnian dan keaslian pelajaran yang disodorkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Kendati demikian, pendidikan duniawi pun tetap dibutuhkan untuk mematangkan pribadi seorang pelajar. Oleh karenanya, pendidikan formal sejenis SD, SMP sampai jenjang kuliah tetap dibutuhkan agar tidak mencetak ilmuwan tanpa agama dan ahli ibadah tanpa ilmu dunia. Ponpes Dalwa pun unjuk gigi dalam mengatasi problematika yang satu ini.
Memang apa yang bisa kita dapat dari Dalwa?
Darullughah Wadda’wah tidak hanya menyediakan pondok pesantren sebagai prasarana pendidikan diniyyah, tetapi juga membangun IAI Dalwa sebagai penunjang pendidikan formal para pelajar di Indonesia. Karena Abuya Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun selaku pendiri pesantren tahu betul akan kebutuhan pokok umat muslim di Indonesia dari segi pendidikan.
Lalu, apa yang membedakan Dalwa dengan pondok pesantren yang lain?
Abuya Zein Baharun sebagai mudirul ma’had menyiapkan ulama-ulama berkualitas sebagai tenaga pengajar di Ponpes Dalwa. Rata-rata guru yang mengisi kelas-kelas diniyyah adalah mereka yang pernah menginjakkan kakinya untuk belajar di Timur Tengah – asal muasal peradaban Islam–seperti Mesir, Yaman, Mekah dan Madinah. Sanad keilmuan mereka pun tidak diragukan lagi, karena bersambung melalui para guru –yang merupakan ulama kholaf terbaik– kepada Rasulullah saw., seperti Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki, Al Habib Salim asy-Syathiri, Al Habib Zein bin Smith, Sayyid Ahmad bin Muhammad Al Maliki dan banyak ulama-ulama lainnya.
Abuya juga menyiapkan ulama-ulama masyhur sebagai guru bagi para santri, seperti Syekh Samih Al Kuhali, Syekh Muhammad Darwis asy-Syami, Prof. Dr. Syekh Mahir Hasan Al Munajjid dan Habib Abdullah Al Muhdhar. Abuya Zein pun akan memberikan jalur bagi para santri yang ingin meneruskan pendidikannya di luar negeri, seperti di Tarim, Mekah, Madinah dan lainnya.
Kalau IAI Dalwa, apa istimewanya?
IAI Dalwa turut memperhatikan kualitas pembelajaran dari segi materi dan personalitas mahasiswa. Para mahasiswa diberikan pelajaran yang setara dengan kampus-kampus di luar, ditambah seminar-seminar sebagai ladang pelatihan, serta dibentuk menjadi aktivis dan pribadi yang kritis dalam menghadapi setiap persoalan. Terlepas dari semua itu, yang paling penting adalah para mahasiswa yang bergelut dalam dunia kampus IAI Dalwa tetap terjaga akidahnya dengan dihadirkannya para dosen yang berkeilmuan agama yang mumpuni, sehingga IAI Dalwa mencetak para cendekiawan yang tetap memegang teguh syariat Islam dan bersih dari ideologi-ideologi yang menyimpang. Sebagaimana dalam Mars IAI Dalwa, mahasiswa IAI Dalwa adalah mahasiswa berjiwa santri.
Terus, bagaimana dengan fasilitasnya?
Dalwa hadir dengan beberapa gedung asrama yang menjadi tempat tinggal para santri. Kamar mandi, tempat tidur dan lemari telah disediakan oleh pihak pondok. Koperasi kitab, makanan dan minuman pun siap membantu memenuhi kebutuhan pokok para santri. Di antara unit bisnis yang tersedia di dalam kompleks Pesantren Dalwa Pusat adalah Dalwa Mart (minimarket), Dalwa Collection (toko pakaian), Dalwa Sport (toko olahraga) dan Dalwa Café.
Untuk gedung perkuliahan sendiri, Abuya Zein Baharun sedang merintis gedung Mabna Abuya Hasan yang dirancang memiliki 9 lantai. Kelak, gedung itu akan digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan perkuliahan IAI Dalwa dan perkantoran Ponpes Dalwa Pusat. Pembangunan gedung baru saja digarap Agustus tahun 2021 lalu.
Kalau begitu, kenapa harus pilih Dalwa?
Di antara nilai lebih Dalwa yang jarang dimiliki pesantren lain adalah jumlah habaib yang ikut menimba ilmu di sini. Dengan terbagi menjadi 6 kompleks pesantren, yakni Dalwa Pusat, Dalwa 2, Dalwa 3, Dalwa 4 Tahfidz serta Dalwa Banat 1 dan 2, jumlah habib dan syarifah yang menjadi santri dalam setiap kompleksnya tentu melimpah.
Dalwa pun berpegang teguh kepada Thoriqoh Saadah Bani ‘Alawi, yang merupakan tarekat paling banyak dianut oleh para habaib, sehingga kepribadian santri Dalwa akan terbentuk sesuai dengan ajaran-ajaran yang diajarkan para ulama dan habaib terdahulu.
Bahkan, banyak alumni Dalwa yang sukses menjadi dai kondang, ulama besar, serta tokoh berpengaruh di tanah air. Sebut saja Habib Hanif Al Attas, Habib Novel Alaydrus, Habib Muhammad bin Abdullah Al Haddad (Dilwa), Buya Yahya (Al-Bahjah), Syarifah Halimah Alaydrus dan banyak alumni lainnya yang memberi manfaat besar bagi Indonesia.
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, tentu Dalwa merupakan pilihan yang tepat bagi umat muslim Indonesia guna meraih keberhasilan bukan hanya untuk kehidupan dunia, namun juga kehidupan akhirat, terutama di zaman ini yang penuh dengan macam-macam fitnah.Ezra/red.
Comments